Kepala Humas TSI Cisarua, Yulius H Suprihardo mengungkapkan, manajemen siap bertanggungjawab bahkan telah memberikan santunan kepada pihak keluarga dan kejadian tidak ada unsur kesengajaan.
Ia mengatakan, korban pertama kali ditemukan Jumat (17/8) sekitar pukul 15.00 oleh seorang keeper saat sedang menginspeksi kawasan exhibit atau exercise Harimau Sumatera. "Setelah salat Jumat, korban memang tidak diketahui posisinya dan rekan-rekanya pun sempat mencari," tuturnya.
Menurut dia, tempat korban tewas merupakan kawasan yang tidak diperuntukkan bagi masyarakat. Semua petugas kebersihan termasuk korban yang masuk dalam kawasan itu, kata dia, seharusnya melapor terlebih dahulu kepada keeper yang bertugas.
Namun, saat kejadian korban tidak melapor. “Kami juga belum tahu bagaimana korban bisa sampai ada di dalam, ini yang masih kita selidiki," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tidak bisa menyimpulkan apakah ada prosedur standar yang tidak dilakukan korban. Ia menyerahkan, penyelidikan kepada kepolisian. “Saya jamin Harimau tidak keluar karena pagar memiliki tinggi tiga meter dan dilengkapi electric fan atau kawat jeruji yang dialiri medan listrik,” tegasnya
Ia menambahkan, peristiwa ini merupakan pertama kali terjadi di TSI dan berharap yang terakhir. “Kami juga menjamin pengunjung aman untuk berkunjung ke TSI," tuturnya.
Menurut dia, korban berstatus karyawan TSI yang diambil dari kampung sekitar. "Korban tewas meninggalkan tiga orang anak, " katanya.
Sekadar mengingatkan, Junaedi ditemukan tewas mengenaskan setelah diterkam harimau pada Jumat (17/8). Saat ditemukan, tubuh pria asal RT 03/03, Kampung Pakancilan, Desa Kutam, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor sudah dalam keadaan tidak utuh karena dicabik-cabik harimau.
Kanit Reskrim Polsek Cisarua, AKP Iwan Wahyudin mengatakan, masih melakukan penyelidikan kasus. “Kita telah meminta keterangan tiga saksi,” ujarnya. (sdk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foke Pimpin Upacara Agustusan, Prijanto Tak Kelihatan
Redaktur : Tim Redaksi