KABUL - Menjelang penarikan seluruh pasukan tempur asing dari Afghanistan akhir tahun depan, pemerintahan Presiden Hamid Karzai kian tak harmonis dengan Amerika Serikat (AS). Kemarin (10/3) Karzai menuding AS bekerja sama dengan Taliban demi meyakinkan rakyat Afghanistan bahwa kekerasan akan memburuk di negeri itu jika tentara asing pergi sesuai jadwal pada akhir 2014.
Menurut Karzai, dua bom bunuh diri pada Sabtu lalu (9/3) mengindikasikan serangan Taliban itu sengaja dilancarkan untuk menunjukkan bahwa pasukan internasional masih bakal diperlukan guna menjaga perdamaian di Afghanistan setelah misi tempur yang sekarang berakhir pada 2014. Dua serangan bom bunuh diri itu terjadi di luar markas Dephan (departemen pertahanan) Afghanistan di Kota Kabul dan di dekat pos pemeriksaan polisi di Provinsi Khost.
"Ledakan di Kabul dan Khost itu menunjukkan bahwa mereka (Taliban) bekerja untuk Amerika. Mereka berusaha untuk menakuti kita agar terus berpikir bahwa keberadaan pasukan internasional tetap dibutuhkan di Afghanistan. Jika tidak ada pasukan internasional, kita bakal menghadapi berbagai insiden seperti itu," ungkap Karzai saat berpidato soal kondisi perempuan Afghanistan yang disiarkan televisi secara nasional kemarin.
Sebagai bukti, Karzai membeber bahwa Taliban Afghan dan negeri Paman Sam pernah mengadakan pembicaraan di Qatar. "Para pemimpin senior Taliban dan Amerika terus melakukan pembicaraan di Negara Teluk setiap hari," tutur tokoh yang suka mengenakan feznya (topi atau kopiah) itu.
Taliban memang menghentikan pembicaraan tahun tahun lalu dengan menuduh pernyataan AS "tidak tegas, ragu-ragu, dan mendua". Meski begitu, Karzai menyebut bahwa pemerintah AS tetap berkomitmen untuk mewujudkan rekonsiliasi politik yang melibatkan dialog dengan Taliban. Hanya, kemajuan rekonsiliasi tersebut akan membutuhkan kesepakatan dengan pemerintah Afghanistan.
Belum ada tanggapan langsung dari pejabat resmi AS soal pernyataan Karzai tersebut. Tetapi, juru bicara Taliban di Afghanistan Zabihullah Mujahid membantah bahwa dialog dan negosiasi dengan AS masih berlanjut. Dia beralasan bahwa sejauh ini belum ada kemajuan sejak pembicaraan itu dihentikan. "Taliban membantah keras komentar dan pernyataan Karzai," katanya kemarin.
Selama ini, Kabul bersikukuh menolak Taliban diajak ke meja perundingan sebelum pasukan tempur NATO ditarik seluruhnya. Para pejabat Afghanistan pun belum pernah mengadakan pembicaraan langsung dengan Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan pada 2001.
Taliban terbukti mampu bertahan setelah lebih dari satu dekade perang dengan pasukan negara-negara Barat. Para diplomat AS pun telah berupaya untuk memperluas dialog dengan melibatkan Taliban. Pembicaraan itu dimulai secara rahasia di Jerman akhir 2010 setelah Taliban menawarkan untuk membuka kantor perwakilan di Qatar.
Sementara itu, pernyataan keras Karzai itu diduga terkait dengan banyaknya warga sipil Afghanistan yang tewas akibat serangan tentara koalisi pimpinan AS dan NATO. Pekan lalu, 10 warga sipil tewas di Provinsi Kunar, timurlaut Afghanistan, akibat serangan yang dilancarkan pasukan koalisi ketika operasi bersama tentara Afghanistan. Korban jiwa termasuk perempuan dan anak-anak.
Insiden itu menuai reaksi keras dari Karzai. Saat berpidato di markas militer di Kabul Sabtu lalu, Karzai menyatakan bahwa pihaknya akan menerbitkan dekrit yang melarang aparat keamanan Afghanistan untuk minta bantuan pasukan internasional melancarkan serangan udara. Hal itu berlaku dalam kondisi apapun.
Pidato Karzai itu juga terjadi di tengah proses negosiasi Kabul dan Washington terkait penempatan pasukan Paman Sam dalam jangka panjang di Afghanistan. Atau, selang beberapa hari setelah kesepakatan penyerahan pengelolaan penjara AS di luar Kabul kepada pemerintah Afghanistan gagal tercapai.
Karzai memimpin pemerintahan transisi di Afghanistan sejak Desember 2001. Kemudian, dia terpilih dalam pemilu presiden secara demokratis pada Desember 2004.
Pernyataannya kemarin juga muncul di tengah kunjungan ke luar negeri pertama Menteri Pertahanan (Menhan) AS Chuck Hagel sejak memimpin Pentagon. Hagel, yang tiba di Kabul Jumat malam lalu (8/3), dijadwalkan bertemu dan berbicara dengan Karzai pekan ini.
Sebelumnya, Karzai memerintahkan pembatasan aktivitas militer AS di Afghanistan. Ini terkait dengan memanasnya hubungan antara pemerintah Kabul dengan 66 ribu pasukan tempur AS di Afghanistan.
Kunjungan Hagel sendiri bertepatan dengan berakhirnya tenggat waktu yang diberlakukan Karzai kepada pasukan khusus AS. Tentara negeri Paman Sam telah diperintahkan untuk meninggalkan Provinsi Wardak, timur Afghanistan, karena dituduh melakukan penyiksaan dan pembunuhan atas warga sipil di sana. Pasukan AS membantah tuduhan itu. Sejauh ini juga tak jelas apakah mereka bersedia untuk keluar dari Wardak sesuai batas waktu. (RTR/AP/cak/dwi)
Menurut Karzai, dua bom bunuh diri pada Sabtu lalu (9/3) mengindikasikan serangan Taliban itu sengaja dilancarkan untuk menunjukkan bahwa pasukan internasional masih bakal diperlukan guna menjaga perdamaian di Afghanistan setelah misi tempur yang sekarang berakhir pada 2014. Dua serangan bom bunuh diri itu terjadi di luar markas Dephan (departemen pertahanan) Afghanistan di Kota Kabul dan di dekat pos pemeriksaan polisi di Provinsi Khost.
"Ledakan di Kabul dan Khost itu menunjukkan bahwa mereka (Taliban) bekerja untuk Amerika. Mereka berusaha untuk menakuti kita agar terus berpikir bahwa keberadaan pasukan internasional tetap dibutuhkan di Afghanistan. Jika tidak ada pasukan internasional, kita bakal menghadapi berbagai insiden seperti itu," ungkap Karzai saat berpidato soal kondisi perempuan Afghanistan yang disiarkan televisi secara nasional kemarin.
Sebagai bukti, Karzai membeber bahwa Taliban Afghan dan negeri Paman Sam pernah mengadakan pembicaraan di Qatar. "Para pemimpin senior Taliban dan Amerika terus melakukan pembicaraan di Negara Teluk setiap hari," tutur tokoh yang suka mengenakan feznya (topi atau kopiah) itu.
Taliban memang menghentikan pembicaraan tahun tahun lalu dengan menuduh pernyataan AS "tidak tegas, ragu-ragu, dan mendua". Meski begitu, Karzai menyebut bahwa pemerintah AS tetap berkomitmen untuk mewujudkan rekonsiliasi politik yang melibatkan dialog dengan Taliban. Hanya, kemajuan rekonsiliasi tersebut akan membutuhkan kesepakatan dengan pemerintah Afghanistan.
Belum ada tanggapan langsung dari pejabat resmi AS soal pernyataan Karzai tersebut. Tetapi, juru bicara Taliban di Afghanistan Zabihullah Mujahid membantah bahwa dialog dan negosiasi dengan AS masih berlanjut. Dia beralasan bahwa sejauh ini belum ada kemajuan sejak pembicaraan itu dihentikan. "Taliban membantah keras komentar dan pernyataan Karzai," katanya kemarin.
Selama ini, Kabul bersikukuh menolak Taliban diajak ke meja perundingan sebelum pasukan tempur NATO ditarik seluruhnya. Para pejabat Afghanistan pun belum pernah mengadakan pembicaraan langsung dengan Taliban, yang digulingkan dari kekuasaan pada 2001.
Taliban terbukti mampu bertahan setelah lebih dari satu dekade perang dengan pasukan negara-negara Barat. Para diplomat AS pun telah berupaya untuk memperluas dialog dengan melibatkan Taliban. Pembicaraan itu dimulai secara rahasia di Jerman akhir 2010 setelah Taliban menawarkan untuk membuka kantor perwakilan di Qatar.
Sementara itu, pernyataan keras Karzai itu diduga terkait dengan banyaknya warga sipil Afghanistan yang tewas akibat serangan tentara koalisi pimpinan AS dan NATO. Pekan lalu, 10 warga sipil tewas di Provinsi Kunar, timurlaut Afghanistan, akibat serangan yang dilancarkan pasukan koalisi ketika operasi bersama tentara Afghanistan. Korban jiwa termasuk perempuan dan anak-anak.
Insiden itu menuai reaksi keras dari Karzai. Saat berpidato di markas militer di Kabul Sabtu lalu, Karzai menyatakan bahwa pihaknya akan menerbitkan dekrit yang melarang aparat keamanan Afghanistan untuk minta bantuan pasukan internasional melancarkan serangan udara. Hal itu berlaku dalam kondisi apapun.
Pidato Karzai itu juga terjadi di tengah proses negosiasi Kabul dan Washington terkait penempatan pasukan Paman Sam dalam jangka panjang di Afghanistan. Atau, selang beberapa hari setelah kesepakatan penyerahan pengelolaan penjara AS di luar Kabul kepada pemerintah Afghanistan gagal tercapai.
Karzai memimpin pemerintahan transisi di Afghanistan sejak Desember 2001. Kemudian, dia terpilih dalam pemilu presiden secara demokratis pada Desember 2004.
Pernyataannya kemarin juga muncul di tengah kunjungan ke luar negeri pertama Menteri Pertahanan (Menhan) AS Chuck Hagel sejak memimpin Pentagon. Hagel, yang tiba di Kabul Jumat malam lalu (8/3), dijadwalkan bertemu dan berbicara dengan Karzai pekan ini.
Sebelumnya, Karzai memerintahkan pembatasan aktivitas militer AS di Afghanistan. Ini terkait dengan memanasnya hubungan antara pemerintah Kabul dengan 66 ribu pasukan tempur AS di Afghanistan.
Kunjungan Hagel sendiri bertepatan dengan berakhirnya tenggat waktu yang diberlakukan Karzai kepada pasukan khusus AS. Tentara negeri Paman Sam telah diperintahkan untuk meninggalkan Provinsi Wardak, timur Afghanistan, karena dituduh melakukan penyiksaan dan pembunuhan atas warga sipil di sana. Pasukan AS membantah tuduhan itu. Sejauh ini juga tak jelas apakah mereka bersedia untuk keluar dari Wardak sesuai batas waktu. (RTR/AP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu
Redaktur : Tim Redaksi