jpnn.com, INGGRIS - Kasihan Mesut Ozil, pemain mahal yang kini terombang ambing di Arsenal.
Ozil diketahui didatangkan dari Real Madrid pada 2013 silam.
BACA JUGA: Tuding Tiongkok Bakar Alquran Muslim Uighur, Mesut Ozil Diundang ke Xinjiang
Ia pernah menjadi pujaan publik Emirates Stadium, berkat permainan kreatifnya.
Selama tujuh musim berseragam The Gunners, pemain kidal itu menyumbang tiga Piala FA bagi klub ibu kota.
BACA JUGA: Mesut Ozil Tak Laku Dijual
Namun, pemain asal Jerman itu tidak pernah lagi membela Arsenal sejak Liga Inggris dimulai lagi setelah sempat tertangguhkan akibat pandemi COVID-19 pada 17 Juni silam.
Total pada musim 2019/2020, Ozil tampil mencatatkan 23 penampilan kompetitif di semua kompetisi untuk Arsenal, dengan koleksi hanya satu gol.
BACA JUGA: Presiden Erdogan Jadi Saksi Pernikahan Mesut Ozil
Saat Ozil absen di sisa musim, Arsenal mencatatkan lima kemenangan, lima kekalahan, dan satu kali imbang di Liga Inggris.
Meski demikian, mereka masih mampu mengukir dua kemenangan di ajang Piala FA untuk membuat pasukan Mikel Arteta berhak tampil di final pada Sabtu (1/8) depan.
Sebagian pengamat meyakini bahwa seandainya Ozil dimainkan di sisa kompetisi, nasib Arsenal mungkin akan berbeda.
Sayang, nasi kini sudah menjadi bubur dan catatan statistik juga tidak berpihak pada Ozil di musim ini. Sebab, ia memang lebih banyak tidak dimainkan penuh 90 menit.
Manajer Arsenal Mikel Arteta tidak pernah menginformasikan alasan sebenarnya mengapa membekukan Ozil.
Secara diplomatis, Arteta hanya pernah menuturkan sang pemain dibekap cedera.
Fakta tersebut terbantahkan oleh Ozil sendiri.
Di media sosial, Ozil justru mengatakan kondisinya baik-baik saja dan siap turun membela tim.
Khusus terkait media sosial, terhitung sejak 18 Mei silam, Ozil sama sekali tidak pernah berkicau sesuatu yang terkait langsung dengan Arsenal.
Selain tagar #YaGunnersYa pada foto dan video latihannya.
Terakhir kalinya akun Twitter OZil berkicau dengan menyebut (mention) akun resmi Arsenal, 8 Maret silam.
Seandainya diasumsikan terdapat hubungan kurang harmonis antara Ozil dengan Arteta, mungkin penggemar Arsenal tidak kaget.
Dengan manajer pendahulu Arteta saja, Unai Emery, Ozil kerap memiliki sikap berseberangan.
Saat itu, Ozil dan Emery kerap saling serang di media massa.
Emery terang-terangan memperlihatkan rasa dongkolnya terhadap pemain berdarah Turki itu.
Sedangkan Ozil pun tidak sungkan "curhat" terkait apa yang dianggapnya sebagai sikap tidak adil dari Emery.
Masalah lain yang juga terkait dengan Ozil adalah gajinya yang besar.
Dari laporan klub, Ozil merupakan pemain dengan gaji tertinggi di Arsenal, yakni 350.000 pound atau sekitar Rp 6,54 miliar per pekan.
Dengan kontribusinya yang minim pada musim lalu, secara logis manajemen Arsenal tentu ingin melepas sang pemain.
Sebab, apa gunanya membakar uang tanpa bisa memaksimalkan potensi sang pemain di lapangan?
Kontrak Ozil sendiri baru akan habis pada musim panas tahun depan.
Jika tidak dapat melepas pemain berdarah Turki itu, The Gunners masih harus membuang uang sebesar 14 juta pound hanya untuk gaji Ozil pada musim depan.
Sayangnya, menjual atau meminjamkan sang pemain saat ini juga bukan perkara mudah, karena beberapa sebab.
Laman Transfermarkt menaksir harga Ozil saat ini sekitar 17,50 juta pound.
Pada masa normal, jumlah itu mungkin masih masuk akal untuk dirogoh dari bujet transfer.
Namun, perlu diingat klub-klub Eropa masih belum pulih dari hantaman pandemi COVID-19, termasuk sektor finansial mereka.
Seandainya pun banderol itu masih dapat dipenuhi oleh klub-klub Eropa, mungkin mereka akan menemui kesulitan memenuhi permintaan gaji yang disodorkan Ozil dan agennya.
Masalah gaji menjadi hal yang sensitif terkait Ozil.
Sebab, sang pemain merupakan sosok yang cukup perhitungan dengan haknya tersebut.
Bahkan, saat liga ditangguhkan akibat pandemi COVID-19, Ozil menolak gajinya dipangkas.
Dengan meninjau gelagat yang ada, Arteta jelas tidak akan memasukkan Ozil untuk skuadnya musim depan.
Pria Spanyol itu bisa jadi akan mengabaikan Ozil sampai kontraknya habis.
Opsi lain mungkin adalah meminjamkan Ozil.
Sejumlah klub Turki terlihat masih tertarik mendatangkan Ozil, ditambah ia masih memiliki hubungan darah dengan negara tersebut.
Alternatif lainnya yang rasanya lebih kecil peluangnya, menjual Ozil ke klub-klub Amerika Serikat atau ke Asia Timur seperti Jepang dan China.
Liga AS kerap menjadi tujuan para pemain yang sudah habis kariernya di Eropa, namun masih ingin bermain sepak bola kompetitif di level yang tidak terlalu jauh di bawah kompetisi sebelumnya.
Sedangkan Liga Jepang, juga beberapa kali menjadi tujuan para pemain elite dunia, seperti Andres Iniesta dan Fernando Torres.
Atau, seandainya mau berpikir out of the box, bukan tidak mungkin Ozil kemudian merapat ke klub-klub Timur Tengah. Siapa tahu...(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang