Kemarin, Badan Administrasi Obat Terapeutik (TGA) Australia mengumumkan adanya setelah disuntik vaksin COVID-19, AstraZeneca.
dan telah menimbulkan efek samping bagi 11 orang yang menderita trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) yang termasuk langka di Australia.
BACA JUGA: Akan Dikarantina di Luar Kota Darwin, Australia Tak Perpanjang Larangan Penerbangan dari India
Namun anehnya, pakar kesehatan mengatakan mereka "termotivasi" oleh data ini.
Jadi ada apa dengan vaksin AstraZeneca? Apakah Anda harus khawatir? Dan apakah ini mempengaruhi proses vaksinasi di Australia?
BACA JUGA: Warga Jepang Tolak Olimpiade Tokyo
Apakah ini sudah diperkirakan?Menurut pakar, orang yang lebih muda memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom pembekuan darah.
Namun, walau risikonya rendah, lansia juga masih dapat mengalaminya.
BACA JUGA: Sejarah Terlupakan 6 Warga Tiongkok yang Selamat dari Tenggelamnya Kapal Titanic
Menurut kepala TGA John Skerritt, pihak berwajib "tidak terkejut melihat hasil yang muncul saat ini".
Dan ini semua kembali pada hitung-hitungan sederhana.
"Jika kita mundur sedikit dan melihat lagi siapa yang sejauh ini disuntik vaksin AstraZeneca, sebenarnya hanyalah mereka yang di atas 50 tahun," ujar Profesor John kemarin (06/05).
Menurutnya, "jelas sekali kasus pembekuan darah selanjutnya terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun".
"Dan ingat, hasil tahap awal di seluruh dunia menunjukkan bahwa tingkat kemungkinan dari efek samping ini lebih banyak dialami mereka yang di bawah 50 tahun, namun bukannya juga tidak mungkin dialami mereka yang di atas 50 tahun."
Dr Margie Danchin, dokter anak dan peneliti imunisasi di Institut Penelitian Anak Murdoch, menyetujui ungkapan Profesor John.
"Kita akan terus melihat penambahan kasus dan semuanya akan diperiksa dengan ekstensif," katanya.
Namun para pakar ini tetap berusaha meyakinkan masyarakat bahwa efek samping ini sangatlah jarang ditemukan, karena umumnya diderita oleh mereka yang memiliki "kondisi kesehatan yang pada dasarnya serius".
Profesor John mengatakan orang yang pada dasarnya memiliki kelainan pembekuan darah dan sedang mengonsumsi obat pengenceran darah "tidak akan terkena risiko tambahan". Bagaimana dengan data yang telah kita lihat?
Dr Margie mengatakan angka kasus pembekuan darah di Australia serupa dengan yang dimiliki negara lain.
Hingga Senin, hampir 1,4 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan. Sejauh ini, sudah tercatat 11 kasus TTS.
Profesor Margie mengatakan saat jumlah vaksin yang diberikan semakin banyak, jumlah kasus TTS yang tercatat belakangan ini "sejalan dengan yang diperkirakan".
"Ini adalah kejadian langka, namun jumlahnya masih sesuai dengan frekuensi yang diharapkan secara internasional," katanya.
Ia mengatakan angka efek samping langka di Australia sangatlah serupa dengan "yang dilaporkan di publik dan rahasia" ke TGA dari negara seperti Kanada, Inggris, dan Eropa. Apakah kasus di Australia lebih banyak karena sistem laporan yang baik?
Dr Danchin mengatakan Australia memiliki salah satu sistem pengawasan keamanan vaksin yang paling kuat di dunia.
"Jadi saya pikir orang harus diyakinkan bahwa kita juga mengetahui kasus ini, jumlahnya lebih sedikit, namun memang sudah diperkirakan," katanya.
Meski terkesan mengkhawatirkan bila mendengar bertambahnya efek samping dari vaksin tersebut, Profesor John mengatakan otoritas kesehatan "merasa termotivasi" ketika melihat banyak orang bersedia melaporkan.
"Kami ingin penerima vaksin melaporkan kejadian mereka secara langsung pada kami (TGA), baik tentang vaksin atau obat manapun," katanya.
"Kami telah menerima laporan dampak vaksin 60 kali lipat dibandingkan tahun 2020."
Ia mengatakan akan terus mendalami dan mempelajari kasus efek samping vaksinasi dengan AstraZeneca yang serius dan tidak terduga. Apakah sindrom pembekuan darah ini lebih banyak dialami perempuan?
Menurut data, lebih banyak pria mengalami TTS di Australia.
Namun menurut Dr Margie, gender belum dikategorikan sebagai faktor risiko penyebab TTS setelah disuntik AstraZeneca.
Ketika isu pembekuan darah ini pertama kali ditemukan di Eropa, persentase perempuan yang mengalaminya lebih banyak dari pria.
Namun Dr Margie mengatakan ini tidak berarti bahwa perempuan berisiko lebih tinggi mengalami TTS dibanding pria.
Justru, vaksin AstraZeneca diberikan pada lebih banyak petugas kesehatan perempuan ketika mulai didistribusikan di Inggris dan Eropa.
"Kita harus lebih berhati-hati dalam mengartikan data. Dan saat ini, gender belum dikategorikan sebagai faktor risiko." Apakah kepercayaan pada vaksin AstraZeneca akan menurun?
Profesor Julie Leask, pakar penolakan terhadap vaksin di Sekolah Perawat dan Bidan Sydney mengatakan meskipun beberapa orang akan merasa "ketakutan" setelah mendengar efek samping vaksin tersebut, tingkat kepercayaan terhadapnya tidak akan menurun drastis.
Ia mengatakan ketika pemerintah menetapkan Pfizer sebagai vaksin yang direkomendasikan bagi warga di bawah 50 tahun, tingkat kepercayaan pada AstraZeneca sedikit menurun, tapi tidak "terjun bebas".
.
"Beberapa orang lebih khawatir dengan efek samping sementara yang minor sifatnya dan seberapa besar kemungkinan hal ini akan mengganggu kegiatan belajar atau kerja mereka," katanya.
"Lainnya bersedia menjalani efek samping sekecil apapun, karena melihat nilai positif dari divaksinasi." Jadi, haruskah kita khawatir?
Intinya, pakar mengatakan tidak ada hal yang harus dikhawatirkan dari pengumuman TGA baru-baru ini.
Profesor John mengatakan bukti yang ada telah menunjukkan "sisi baik dari vaksin ini bagi warga di atas 50 tahun yang jauh melebihi risikonya".
"Dengan divaksinasi, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi juga orang-orang yang kita sayangi, khususnya lansia dan yang lebih rentan."
Pihak berwajib Australia juga mengatakan kondisi lima orang yang sempat masuk rumah sakit karena pembekuan darah sudah membaik sehingga boleh pulang.
Namun, menurut Profesor Julie, wajar sekali bagi orang untuk khawatir ketika mendengar efek samping vaksin, walau sekecil apapun.
"Orang memang harus mempertimbangkan risiko dan keuntungan ketika membuat keputusan, dan mereka boleh melakukannya ketika mau divaksinasi juga," katanya.
Dr Margie mendorong warga untuk tetap memelihara perspektif bahwa vaksinasi akan menimbulkan sedikit risiko.
"Hidup kita telah berubah," katanya. "Tidak akan lagi kembali normal. Dan vaksin adalah paspor kita untuk keluar dari pandemi."
Diproduksi oleh Natasya Salim dari
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kondisi Mahasiswa Indonesia di India yang Saat Ini Kembali Mengalami Peningkatan Kasus COVID-19