LONDON - Penyelidikan terkait skandal penyadapan oleh tabloid News of the World (NOTW) media di bawah naungan News International (NI) Group Limited yang berhenti terbit pada 10 Juli 2011, berlanjut. Kali ini, kasus tersebut menempatkan pebisnis James Murdoch, 39, di kursi panas.
Kemarin (24/4) James Murdoch yang pernah menjabat sebagai executive chairman NI Group Limited memberikan kesaksian di hadapan sidang. Kedatangan anak keempat taipan media asal Australia, Rupert Murdoch itu mengundang perhatian banyak pihak. Selain awak media, para pengunjung sidang di gedung Royal Courts of Justice pun menunggu kehadiran pebisnis 39 tahun tersebut.
Mengendarai mobil jenis SUV (sport utility vehicle) warna hitam, Murdoch yang kemarin mengenakan setelan gelap dan dasi biru bergaris menjadi saksi yang hadir paling akhir. Seperti para saksi lain, Murdoch harus mengucapkan sumpah di depan hakim sebelum membeber kesaksiannya.
Sebagai bos perusahaan yang menerbitkan NOTW, pria berkacamata itu dituduh memahami skandal yang menyita perhatian dunia tersebut. Tetapi, dia membantah keras semua tuduhan itu.
Menurut dia, para petinggi NOTW sengaja menutup kasus tersebut. Murdoch malah ganti menyalahkan Colin Myler yang dulu menjabat editor NOTW dan Tom Crone, mantan pengacara tabloid itu. Dia menegaskan bahwa Myler dan Crone memberikan keterangan salah kepada dirinya terkait skandal penyadapan. Karena itulah, dia pun mengaku tidak mengetahui skala maupun dampak skandal tersebut bagi publik.
Kemarin Murdoch menjadi saksi penting dalam proses investigasi terkait etika media. Penyelidikan yang dipimpin Hakim Brian Leveson itu dikenal sebagai Leveson Inquiry.
"Menurut Anda, apa yang membuat Myler atau Crone menyembunyikan semuanya? Apa hubungan Anda dengan mereka yang membuat mereka memilih tidak mengganggu Anda dengan urusan semacam itu?" tanya Leveson.
"Mungkin seperti itu," jawab Murdoch. Sejak menjabat sebagai bos NI Group Limited yang membawahi NOTW pada Desember 2007, dia mengaku tak pernah menerima laporan yang aneh. Saat skandal penyadapan mencuat, para petinggi tabloid tersebut berusaha meyakinkan dia bahwa semuanya baik-baik saja. Sebagai bos, dia mengaku tak pernah meremehkan atau meragukan kinerja bawahannya.
Terbongkarnya skandal penyadapan atas ratusan orang, sebagian besar di antaranya selebriti dan tokoh masyarakat, membuat Murdoch kewalahan. Apalagi, dia lantas menuai lebih dari 100 gugatan dan terpaksa menjalani sedikitnya tiga pemeriksaan. Tak ingin reputasinya membawa dampak buruk bagi bisnis media yang dirintis sang ayah, Murdoch pun mundur dari British Sky Broadcasting Group PLC.
Selain mengancam kelangsungan bisnis perusahaan Murdoch, skandal penyadapan itu merusak hubungannya dengan sejumlah politisi Inggris. Termasuk, hubungan baik dia dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Belakangan, mencuat berita kesepakatan antara Murdoch dan Cameron yang ketika itu masih menjabat sebagai ketua Partai Konservatif.
Konon, dia berjanji mendukung dan memublikasikan seluruh kampanye politik Cameron menuju kursi PM lewat koran The Sun. Strategi itu diyakini bakal membuat Partai Buruh terancam. Sebagai imbalannya, jika misi politik Cameron tercapai, Murdoch mendapat izin atas British Sky Broadcasting alias BskyB. Tetapi, dia membantah keras kesepakatan yang terjadi pada 10 September 2009 itu.
"Saya tidak mungkin melakukan kesepakatan berdasar perhitungan kasar seperti itu. Hal-hal semacam itu tak akan pernah terjadi pada saya," tegasnya.
Tetapi, Murdoch mengaku pernah membicarakan hal itu saat makan malam dengan Cameron pada rangkaian Natal 2010. Menurut dia, perbincangan saat itu bersifat santai dan tak mengarah pada diskusi. Hanya perbincangan di sela makan malam.
Rencananya, taipan Rupert Murdoch pun giliran akan memberikan kesaksian di hadapan Leveson. Pria 81 tahun itu dijadwalkan hadir sebagai saksi dalam rangkaian Leveson Inquiry dua kali. Yakni, hari ini (25/4) dan besok (26/4). Rupert bakal diminta menjelaskan hubungan media-media yang dia kelola, khususnya NOTW, dengan para politisi dan aparat penegak hukum. (AP/AFP/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bola Kesayangan Kembali Setelah Terbawa Tsunami Hingga Alaska
Redaktur : Tim Redaksi