Kata Christopher Tanuwidjaja Soal Timnas Basket Putri Berprestasi Tanpa Liga Resmi

Senin, 21 Agustus 2023 – 15:27 WIB
Skuad Timnas basket putri Indonesia saat berlaga pada ajang SEA Games 2023 di Kamboja. Foto: Yoga Prakasita/Dokumentasi Perbasi

jpnn.com - Penanggung jawab Timnas basket putri Indonesia, Christopher Tanuwidjaja punya pandangan tersendiri soal prestasi Srikandi Merah Putih sepanjang 2023.

Meski tanpa kompetisi liga resmi, Timnas basket putri mampu merebut sejumlah prestasi.

BACA JUGA: Bidik Prestasi di Asian Games 2022, Timnas Basket Putri Rekrut Asisten Pelatih Los Angeles Lakers

Yang terbaru tentu saja merengkuh emas SEA Games 2023 dan lulus ke Divisi A FIBA Women's Asia Cup.

Karena itu, pencinta basket Tanah Air mendesak Perbasi untuk segera menggelar kompetisi Liga Putri.

BACA JUGA: Ini Pekerjaan Rumah Timnas Basket Putri Indonesia Setelah Mengalahkan Thailand

Keinginan publik didasari agar prestasi Timnas basket putri Indonesia konsiseten, bukan karena faktor keberuntungan semata.

Tercatat, kompetisi Liga Putri terakhir bergulir pada 2020 dengan tajuk Liga Srikandi. Namun, terpaksa berhenti akibat pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Menang Lawan Thailand, Timnas Basket Putri Indonesia Berpeluang Ukir Sejarah Baru di Asia

Menurut Itop -sapaan akrab Christopher-, saat ini situasi di Asia Tenggara memang sedang krisis talenta pemain.

Tidak heran, beberapa negara, seperti Malaysia, bahkan Thailand tidak menggulirkan Liga Putri. Mereka hanya mengandalkan training camp (TC) jangka panjang.

Namun, langkah itu terbilang berhasil mengingat Malaysia dan Thailand cukup kompetitif bersaing di kawasan ASEAN.

“Kondisinya di wilayah Asia Tenggara hampir sama dengan Indonesia, yakni tidak ada kompetisi Liga Putri dan krisis talenta pemain.”

“Kami berharap harus ada kompetisi kelompok umur untuk putri, di mana para pemain terpilih bisa mengisi skuad Timnas senior Indonesia,” ungkap mantan manajer CLS Knight Surabaya itu saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (21/8/2023).

Pria kelahiran 25 November 1979 itu tidak memungkiri bahwa kompetisi profesional bisa membantu perkembangan para pemain.

Akan tetapi, sejauh ini minat tim yang ingin berkompetisi di Liga Putri masih sedikit.

Karena itu, Itop melihat menggelar Liga basket putri tak semudah membalikan telapak tangan. 

Selain minim tim yang berminat, talenta pebasket putri di tanah air juga tak melimpah. Kondisi tersebut tak jarang membuat turnamen berjalan tidak sehat.

Dalam beberapa edisi terakhir bahkan terjadi perbedaan skor mencolok yang membuat Liga Putri tidak berjalan kompetitif.

Hal ini, ucap Itop, akan berdampak pada menurunnya prestasi Timnas basket putri Indonesia.

“Perkembangan talenta menuju proses ke sana sejatinya tidak hanya dari mengandalkan bergulirnya kompetisi Liga Putri. Adanya ketimpangan tim kadang membuat kompetisi tidak sehat yang mengakibatkan level permainan Indonesia turun.”

“Terbukti setelah 2015, Timnas basket putri Indonesia kurang bisa berbicara banyak di SEA Games bahkan di laga awal sering mengalami kekalahan,” tambah suami dari Sherly Humardani itu.

Untuk itu, selama satu setengah tahun terakhir, Timnas basket putri lebih memilih melakukan model training camp jangka panjang untuk persiapan menjelang tampil di sejumlah kejuaraan.

Hasilnya, bisa dilihat saat Indonesia merebut perak SEA Games 2021, dan berlanjut membawa pulang emas SEA Games 2023.

Terkini, Timnas basket putri Indonesia mampu promosi ke Divisi A FIBA Women's Asia Cup untuk pertama kalinya sejak turnamen digelar 1990 silam.(mcr16/jpnn)


Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Muhammad Naufal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler