Kata Pakar soal BPA pada Galon Polikarbonat, Mitos atau Fakta?

Jumat, 22 November 2024 – 16:56 WIB
Isu terkait kandungan BPA dalam galon guna ulang (GGU) belakangan ramai dibicarakan di media. Foto ilustrasi: Dok Komunitas pengusaha AMDK untuk JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Isu terkait kandungan BPA dalam galon guna ulang (GGU) belakangan ramai dibicarakan di media.

Hal tersebut lantas memicu perdebatan apakah benar paparan BPA dalam galon guna ulang bisa berdampak bagi kesehatan manusia.

BACA JUGA: IAKMI Sebut Pelabelan Berpotensi Mengandung BPA Pada Galon AMDK yang Sudah SNI Tak Perlu

Medical Sexologiest Binsar Martin Sinaga menegaskan air minum dalam galon polikarbonat tidak bisa menyebabkan kemandulan.

Dia menjelaskan sejumlah penyebab kemandulan adalah gaya hidup yang tidak sehat hingga terkena penyakit tertentu.

BACA JUGA: Hasil Survei: Mayoritas RS hingga Kantor Pemerintah Masih Pilih AMDK dari Galon PC

"Isu yang menyebutkan air kemasan galon kuat polikarbonat itu bisa menyebabkan kemandulan pada pria itu tidak benar sama sekali. Itu tidak ada hubungannya," ujar dia.

Faktor gaya hidup menjadi penyebab yang paling mempengaruhi penyebab kemandulan pada pria.

"Misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol yang diketahui dapat merusak spermatogenesis karena bekerja pada suhu maksimal," kata dia.

Sedangkan pada wanita, selain karena gaya hidup, kemandulan juga bisa disebabkan oleh gangguan hormon atau yang dikenal dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) dan lingkungan. Selain itu, usia juga merupakan faktor gangguan kehamilan.

Kendati demikian, memang BPA dapat mempengaruhi hormon, tetapi bukti menunjukkan bahwa paparan dalam jumlah kecil tidak cukup untuk menyebabkan gangguan reproduksi yang serius.

Martin mengungkapkan banyak studi menunjukkan bahwa tingkat paparan BPA yang dihasilkan dari kemasan berbahan BPA masih jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki otoritas mengatur ambang batas zat kimia pada makanan dan obat atau semacam BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)  di Indonesia.

Teranyar, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin mengungkapkan bahwa hasil penelitian tidak menemukan adanya migrasi BPA dari galon PC ke dalam air.

"Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," ungkap Martin.

Artinya, kadar BPA dalam galon masih sangat aman dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), BPOM dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Penelitian ini menunjukkan semua sampel air minum yang diuji terbukti aman untuk dikonsumsi masyarakat dan telah sesuai dengan standar serta regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga standar internasional," katanya.

Dokter Spesialis Anak sekaligus Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Rini Sekartini mengatakan beberapa penelitian mengaitkan BPA dengan potensi gangguan perkembangan pada anak.

Namun, banyak ahli menyatakan bahwa faktor lingkungan dan nutrisi lebih berpengaruh. Kalaupun ditemukan, paparan BPA dalam penggunaan galon cenderung rendah dan dianggap aman.

"Saat ini belum ada bukti bahwa air galon Polikarbonat bisa menyebabkan penyakit autis pada anak," jelas Rini.

Senada, Psikolog Anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto mengungkapkan tidak ada anak yang dilaporkan autis setelah mengonsumsi air dari galon guna ulang.

"Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon," ucap Kak Seto.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BPA   polikarbonat   autis   AMDK   BPOM   galon  

Terpopuler