Kawah Timbang Berstatus Siaga

Radius Aman Diperluas Jadi 1 Kilometer

Jumat, 29 Maret 2013 – 06:29 WIB
WONOSOBO – Aktivitas vulkanis Kawah Timbang di Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, meningkat tajam. Gempa yang terjadi pun semakin sering.

Jika sebelumnya mencapai 22 kali sehari, kemarin terjadi 64 kali gempa. Dengan kondisi tersebut, status Kawah Timbang dinaikkan menjadi siaga.

Umar Rosadi, penanggung jawab gunung api di wilayah Jawa Tengah-Jawa Timur pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, mengatakan bahwa aktivitas Kawah Timbang terus meningkat sejak 11 Maret. Kadar gas beracun jenis CO2 pun meningkat melampaui ambang batas normal. Aktivitas gempa vulkanis juga naik.

Dengan penetapan status siaga, kata Umar, jarak radius aman diperluas. Sebelumnya jarak aman 500 meter dari mulut Kawah Timbang, saat ini diperluas menjadi 1.000 meter atau 1 kilometer.

”Radius aman 1 kilometer dari mulut kawah karena bau belerang serta luncuran gas juga meningkat,” kata Umar kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Petugas Pengamatan Gunung Dieng Tunut menambahkan, aktivitas kegempaan meningkat pada 27 Maret sekitar pukul 19.30 hingga pukul 23.30. Dalam rentang waktu itu, jumlah gempa vulkanis mencapai 46 kali secara berturut-turut. Hingga kemarin (28/3) total kegempaan mencapai 64 kali. ”Luncuran gas juga meluas,” katanya.

Tunut menyebutkan, pada pukul 02.00, selain kegempaan meningkat, luncuran gas dan bau belerang melampaui ambang batas. Kadar bau belerang mencapai 57 ppm.

"Normalnya kadar belerang di bawah 10 ppm. Apabila melebihi batas itu, kalau dihirup manusia bisa mematikan,” ujarnya. Dengan kondisi tersebut, Tunut memerintah petugas lain menutup jalan Wonosobo–Banjarnegara dari pukul 02.00 sampai 06.30.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara langsung merespons naiknya status Kawah Timbang. Langkah yang dilakukan, antara lain, menyiapkan tiga lokasi pengungsian di Balai Desa Batur, Gembol, dan Surenan. Tiga lokasi pengungsian itu berada sekitar 2,4 kilometer dari arah Kawah Timbang.

Meski status Kawah Timbang terus naik, para petani di sekitar lokasi seolah tidak peduli. Mereka tetap beraktivitas di ladang. Padahal, jarak ladang yang digarap hanya sekitar 300 meter.

”Kami sebenarnya takut, tapi bagaimana lagi. Kalau tidak kerja, kami tidak bisa kasih nafkah keluarga,” ujar Andiyanto, 30, buruh tani yang menggarap ladang yang jaraknya 300 meter dari Kawah Timbang. (ali/jpnn/c10/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ulama Besar Amerika Roadshow Indonesia

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler