jpnn.com - SURABAYA - Potensi kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) terus ditekan. Salah satunya menggunakan closed circuit television (CCTV) untuk mengantisipasi satwa berkelahi.
Selama sebulan terakhir, sesuai data KBS, terdapat dua satwa yang mati akibat berkelahi. Yakni, rusa timorensis berumur enam tahun dan kambing gunung berumur enam bulan. Keduanya memiliki luka yang diprediksi terjadi karena berkelahi.
Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Liang Kaspe menuturkan, memang CCTV itu bisa mengantisipasi satwa yang berkelahi. Dengan demikian, satwa yang terluka parah atau mati akibat berkelahi bisa dicegah.
Saat ini ada sekitar 52 CCTV yang terpasang di KBS. Lokasi pemasangan CCTV itu dirahasiakan, tapi bisa memonitor kandang satwa. "CCTV ini sangat membantu kok. Pemantauan bisa 24 jam penuh," ujarnya.
Namun, lanjut dia, selain dengan CCTV, petugas KBS menggunakan cara lain. Biasanya, hewan itu berkelahi saat musim kawin atau berahi sedang tinggi. Contohnya, kalau sedang berahi, biasanya sepasang harimau akan dibiarkan berpasangan hanya pada siang. "Saat malam dipisah lagi agar tidak terjadi sesuatu, seperti berkelahi."
Rusa juga sebenarnya biasa memperebutkan betina saat berahi. Tapi, memang perlu pengawasan khusus sehingga tidak menimbulkan luka parah jika berkelahi. "Tapi, setelah masa kawin, biasanya sudah normal lagi," paparnya.
Perlu pemahaman bahwa kematian satwa itu bukan hal yang janggal. Jadi, satwa juga pasti mati, tapi penyebabnya seperti apa. Kalau sakit dan berkelahi, itu wajar terjadi di kebun binatang. "Kalau mati seperti singa Michael, itu memang tidak wajar. Tapi, sejauh matinya wajar, jangan dibesar-besarkan," terangnya.
Selain itu, lanjut dia, KBS sedang menunggu penghuni baru. Yakni, bayi kuda nil dan menetasnya telur komodo. Diprediksi, kuda nil melahirkan pada bulan ini.
Belasan telur komodo diprediksi menetas pada Maret. "Kalau telur komodo menetas semuanya, tentu jumlah satwa endemik Indonesia ini bertambah banyak di KBS," paparnya.
Menurut dia, tidak hanya ada kematian di KBS, tapi juga kelahiran satwa. Beberapa minggu lalu, sebenarnya ada bayi bekantan baru. "Kami tidak mengetahui kapan lahirnya secara tepat karena memang dibiarkan bebas."
Sementara itu, Dirut PDTS KBS Ratna Achjuningrum mengatakan, perbaikan KBS terus dilakukan. Diharapkan angka kematian satwa bisa ditekan. Tapi, adanya 84 satwa yang sakit, cacat, dan tua tentu lebih rentan mati. "Yang pasti, kami terus merawat satwa yang dinilai perlu," tuturnya. (idr/mas/end)
BACA JUGA: Pulang, Pengungsi Kelud Malah Kelaparan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antisipasi Aksi Honorer K2, Kantor BKD dan DPRD Dijaga Ketat
Redaktur : Tim Redaksi