Ke Madeira, Mengunjungi 'Rumah Sejarah' Cristiano Ronaldo

Lempar Kursi ke Guru, Pilih Jadi Pemain Sepak Bola

Minggu, 25 Mei 2014 – 11:58 WIB
Museum Cristiano Ronaldo yang berada di Jalan Princesa Dona Maria Amelia, Madeira, Portugal. Foto dok. Real Madrid

jpnn.com, JAKARTA - Seakan tak ingin melupakan tanah kelahirannya, pesepak bola Cristiano Ronaldo mendirikan museum pribadi di Funchal, ibu kota Madeira, Portugal. Wartawan Jawa Pos IBNU YUNIANTO Kamis (22/5) mengunjungi museum yang berisi benda-benda bersejarah megabintang Real Madrid itu.

---

BACA JUGA: Platini: Ada yang Salah dengan Ballon dOr

MUSEUM Cristiano Ronaldo (CR7) menempati salah satu ruko di Jalan Princesa Dona Maria Amelia, Madeira. Dari Lisbon, ibu kota Portugal, jaraknya sekitar 800 kilometer atau 1 jam 45 menit dengan pesawat. Madeira me­rupakan pulau karang di tengah Samudra Atlantik. Di pulau itu Ronaldo lahir dan tumbuh. Di museum yang baru dibuka Desember tahun lalu tersebut, jejak kebintangan pemain bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aviero itu terekam.

Menurut Alberto Pareia de Sousa, sopir taksi yang mengantarkan saya dari Aeroporto de Madeira (Bandara Madeira), meski masih seumur jagung, museum CR7 sudah begitu dikenal luas hingga luar negeri. Hari itu saja (22/5), kata Sousa, dia sudah mengantar enam penumpang -termasuk saya- menuju museum tersebut.

BACA JUGA: Wenger Jagokan Ronaldo Raih Ballon dOr

Museum itu sebenarnya kecil, hanya sekitar 50 meter persegi. Tulisan Museu Cr7 dan foto Cristiano Ronaldo dengan kaus merah menutupi pintu geser pembatas museum dengan area lobi

Untuk dapat masuk, pengunjung harus membayar tiket EUR 6 (sekitar Rp 69 ribu). Dari nomor tiket yang dikeluarkan, saya adalah pengunjung ke-169 hari itu. Lumayan ramai karena museum baru dibuka pukul 09.00 dan saya sampai di lokasi sekitar pukul 12.30.

BACA JUGA: Owen Anggap Ribery tak Layak Raih Ballon dOr

Saya beruntung masuk museum pas jam istirahat makan siang sehingga pengunjung yang berada di dalam museum hanya sedikit. Lebih beruntung lagi, saat itu sepupu Ronaldo, Nuno Aveiro, juga sedang berada di museum. Dia dengan antusias mau menemani saya melihat-lihat isi museum.

Museum dibuka dengan Hall of Youth, berisi foto-foto masa kecil CR7 dari usia 3 bulan hingga 11 tahun. Menurut Nuno, meski berisi kehidupan pribadi Ronaldo, museum CR7 bukan rumah masa kecil Ronaldo.

''Kami lahir di Rua Quinta de Falcao di San Antonio, sekitar 5 kilometer dari sini. Tapi, Anda tidak akan dapat menemukan rumah kami lagi karena pada 1997 diruntuhkan pemerintah. Rumah kami mengundang terlalu banyak turis dan jurnalis sehingga dianggap mengganggu tetangga,'' ujarnya.

Masa kecil Ronaldo juga tidak terlalu menyenangkan. Ayahnya, mendiang Jose Dinis Aveiro, hanya seorang pekerja kebersihan Kota Madeira merangkap pengurus perlengkapan pemain di klub sepak bola Andorinha, tim pertama Ronaldo. Ibunya, Maria Dolores dos Santos Aveiro, seorang koki. Rumah mereka yang kecil hanya punya dua kamar sehingga Ronaldo harus berbagi tempat tidur dengan dua kakak perempuannya.

"Meski demikian, masa kecil kami bahagia karena kami menemukan passion kami, sepak bola," kata Nuno.

Sayang, ayah Ronaldo tidak berumur panjang. Dia meninggal karena mengidap kanker liver. Satu-satunya kenangan adalah ketika Cristiano Ronaldo kecil dinaikkan di atas pundak sang ayah setelah melihat pertandingan sepak bola lokal. Di museum itu juga dipajang foto-foto penampilan CR7 saat main bersama tim-tim yang pernah dibelanya. Juga saat menyandang ban kapten timnas Portugal. Ada pula foto Ronaldo bersama Cristiano Junior, anaknya.

Nuno bercerita, semasa kecil Ronaldo kerap bermain sepak bola di jalanan depan rumahnya yang menurun tajam. Karena itu, bersama teman-teman sepantaran, dia harus bisa menyiasati agar bisa berlatih umpan-umpan presisi. Jalanan naik-turun juga melatih stamina. Ketika berumur sembilan tahun, Ronaldo dan Nuno diterima masuk Sekolah Sepak Bola Andorinha.

"Karena keuletannya ketika membawa bola, teman-teman di klub menjuluki Cristiano dengan Abelhinha yang artinya lebah kecil," kata Nuno sambil menunjukkan foto Ronaldo yang memakai kaus garis merah-putih klub Andorinha.

Dari Andorinha, Ronaldo pindah ke klub CD Nacional. Ayah baptis CR7, Jose Fernao Barros de Sousa, yang saat itu menjabat pencari bakat untuk klub Nacional, membawa Ronaldo meniti jalan emasnya. Setahun kemudian, Fernao Barros pula yang membawa Ronaldo ke Lisbon untuk bermain di Sporting Clube de Portugal atau yang lebih dikenal dengan Sporting Lisbon. Inilah klub profesional pertama yang dibela Ronaldo sebelum kemudian melanglang ke klub-klub besar lainnya.

Fernao sebenarnya ingin membawa Ronaldo ke Benfica, klub favorit ayah CR7. Namun, Maria Dolores yang suporter Sporting hanya mengizinkan anaknya main untuk Sporting. Ronaldo sendiri juga memilih Sporting, dan belakangan Real Madrid, karena ingin menapaki pahlawannya sejak kecil, Luis Figo.

Nuno yang tidak memiliki bakat sepak bola sebesar Ronaldo harus merelakan saudara kecilnya itu mengejar mimpinya di luar Madeira dengan nilai transfer EUR 22.500 (sekitar Rp 355 juta dengan kurs Rp 15.800). "Sejak kecil dia memang sudah sering memecahkan rekor transfer," kata Nuno sambil menunjukkan foto Ronaldo kecil memakai kaus hijau putih bergaris milik Sporting Lisbon.

Di Lisbon Ronaldo langsung menarik perhatian petinggi klub sejak hari pertama bergabung. Skill-nya mengolah si kulit bundar dinilai di atas rata-rata pemain lainnya. Itu sebabnya, Ronaldo cepat mendapat kepercayaan menjadi pemain utama timnya.

Kecerdasannya bermain bola ternyata tak berbanding lurus dengan kecerdasannya di sekolah. Pada umur 14 tahun Ronaldo meninggalkan sekolah untuk sepenuhnya bermain sepak bola. Itu terjadi setelah sebuah insiden pelemparan kursi yang diduduki Ronaldo ke gurunya. Ronaldo menilai gurunya merendahkan harga dirinya. Sayang, kursi bersejarah itu tidak masuk menjadi memorabilia di Museum Cr7.

Setahun berada di Lisbon, Ronaldo terdeteksi mengalami gangguan irama jantung. Klub lantas mengobatkan CR7 dengan memasang ring di jantungnya. Tak lama kemudian, dia diundang ke London untuk beruji coba di Arsenal. Periode tersebut ditandai dengan foto Ronaldo di tempat latihan Arsenal. Namun, Manajer Arsenal Arsene Wenger tidak tertarik dengan pemuda kurus itu. Sehingga mimpi Ronaldo main di Liga Inggris tertunda.

Bintang terang mulai datang setahun kemudian (2002) ketika Manchester United melakukan laga ekshibisi melawan Sporting Lisbon. Sporting menang 3-0 dan para pemain United mendesak Manajer Sir Alex Ferguson "mengambil" Ronaldo. Gayung bersambut, Sporting melepasnya. Remaja kerempeng itu pun dibeli United seharga EUR 15 juta. Foto Ronaldo dengan kaus tenun ikat warna biru kuning yang dipakainya saat mengikat kontrak terpasang di salah satu dinding museum. Di sampingnya ada replika trofi Piala FA yang dipersembahkan Ronaldo untuk United setahun setelah kedatangannya.

Di zona Hall of Fame, pengunjung bisa melihat penghargaan-penghargaan yang diterima CR7. Center of gravity di zona ini tentu saja sepatu emas dan dua trofi Ballon d'Or (pemain terbaik dunia) yang diterima Ronaldo. Di tempat itu juga berdiri patung lilin Ronaldo. Pengunjung biasanya tidak melewatkan momen untuk mejeng bersama "Ronaldo" itu.

Yang tak kalah menarik adalah penghargaan yang diterima Ronaldo dari pemerintah Portugal berupa gelar Grand Officer Ordem do Infante Dom Henrique atau Order of Prince Henry the Navigator. Ini adalah penghargaan tertinggi ketiga di Portugal setelah Grand Collar dan Grand Cross. Selain Ronaldo, gelar yang sama pernah diterima Kaisar Akihito dari Jepang dan pahlawan Afrika Selatan Nelson Mandela.

"Cristiano adalah duta Portugal. Tidak ada nama besar dari Portugal yang lebih populer daripada Cristiano Ronaldo di dunia saat ini. Karena itu wajar bila dia mendapat gelar Kesatria Portugal," terang Nuno.

Sejak CR7 pindah ke United, Nuno Aveiro sempat diminta mendampinginya. Maka, saat itu Nuno mengurus segala sesuatu yang terkait dengan keberadaan sepupunya itu sebagai pemain bintang. Misalnya mengumpulkan surat-surat fans Ronaldo serta merawat piala, penghargaan individual, dan benda-benda bersejarah Ronaldo lainnya. Nuno pula yang mengumpulkan bola-bola setiap kali Ronaldo mencetak hat-trick. Bola-bola yang dilengkapi tanda tangan rekan satu klubnya itu ditempatkan di ruangan tersendiri.

"Ada sekitar 150 piala dan penghargaan individu yang diperoleh Cristiano sampai saat ini. Kami masih punya banyak ruangan untuk penghargaan lagi di masa depan," kata Nuno yang pulang ke Portugal setelah Ronaldo pindah ke Real Madrid dan tinggal bersama kekasihnya, Irina Shayk. (*/c10/c9/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Platini Sebut Ribery Kandidat Terkuat Ballon dOr


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler