MANADO – Hujan yang mengguyur Kota Manado sejak Sabtu dan Minggu (16-17/2) ini mengakibatkan ribuan rumah tergenang banjir di berbagai tempat. Sebagian warga yang tinggal di tepi sungai seperti di Kelurahan Ternate Tanjung, Lingkungan I,II, dan III, Kota Manado, Sulawesi Utara sejak pukul 24.00 Wita telah mengungsi. Mereka mengungsi di SD Negeri 52 dan mesjid Darul Artam Ternate Tanjung. Tampak anak-anak dan orang tua menjadi prioritas yang diungsikan.
Selain itu, pengumuman lewat pengeras suara juga dilakukan oleh pemerintah kelurahan setempat untuk mengigatkan warga agar waspada dan mengungsikan barang-barang penting ke tempat yang aman. “Kondisi hujan seperti ini kami telah siaga dan telah mengemas surat-surat penting seperti ijazah, sertifikat tanah, akte, mas, kendaraan dan lainnya untuk diungsikan,” kata Kamarudin Suhadi, saat ditemui di Mesjid Darul Artam.
Di tengah kondisi hujan dan air sungai semakin meluap, warga dengan payung dan jas hujan di Ternate Tanjung sibuk menyelamatkan barang-barang seperti kompor gas, tabung elpiji, kasur, televisi, pakaian, dan kursi.
Ditempat terpisah, sekira pukul 12.30 wita, warga di kelurahan Ketang Baru juga mulai berbondong-bondong mengungsikan diri. Mereka juga mengungsikan barang-barang penting ke tempat yang aman. Namun pada siang hari, di lokasi ini telah digenangi air 100 persen.
Sementara itu, di Kelurahan Komo Luar lingkungan I,II, dan III banjir setinggi 4 meter di tepi sungai meremdam sekira 320 rumah. “Air sungai meluap sejak pagi hari, warga telah diungsikan ke tampat yang lebih tinggi seperti di Hotel Ahlan. Sebagian dari mereka masih dilakukan evakuasi,” kata Lurah Komo Luar Muhammad Pakaya, saat di temui dilokasi banjir di Lingkungan I.
Kantor wali kota Manado dan lapangan Sparta Tikala juga menjadi terendam. Air mengenagi lokasi ini setinggi lutut kaki orang dewasa. Tampak mobil pemadam kebakaran pemkot Manado pun segera diungsikan ke tempat yang lebih tinggi.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Paal II di belakan diler Honda. Rata-rata rumah yang terletak di bibir sungai tergenang banjir setinggi 4-5 meter. “Luapan air sungai sangat tinggi, sehingga membuat satu unit rumah terbawa banjir,” ujar salah seorang warga setempat. Selain itu, ternak warga seperti babi pun ikut diungsikan di tepi jalan karena lokasinya lebih tinggi.
Di tempat lain seperti di Kelurahan Perkamil, air juga mengenangi rumah warga. “Banjir mengenagi rumah warga dari lingkungan 1-4,” kata kepala lingkungan VIII Siwu Suwu. Selain itu, jembatan maesa yang menghubungkan Perkamil dan Paal Empat juga digenangi banjir sehingga tidak bisa dilewati.
Setelah air berangsur surut, berbagai pos bantuan pun datang. Seperti di Paal II. Tampak warga sedang memasak mie instan. Selain itu pihak kepolisian dan TNI juga sibuk mengevakuasi korban bajir seperti di Komo Luar.
Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan warga yang sering membuang sampah sebarang. Menurut Boy Waturandang, yang juga petugas pemantau air di Kelurahan Dendegan Luar mengatakan, setiap hari sampah yang melewati sungai sangat banyak.
“Ini membuktikan bahwa kesadaran membuang sampah masyarakat masih rendah dan menjadi salah satu penyebat banjir,” kata Waturandang, saat di temuai di pos pemantau air. “Kondisi sungai juga sudah terjadi pendangkalan ditambah dengan sebagian warga sekitar tepi sungai marak membangu keramba sehingga mempersempit alur jalannya air sungai ketika hujan tiba,” tambahnya. (ctr-02)
Selain itu, pengumuman lewat pengeras suara juga dilakukan oleh pemerintah kelurahan setempat untuk mengigatkan warga agar waspada dan mengungsikan barang-barang penting ke tempat yang aman. “Kondisi hujan seperti ini kami telah siaga dan telah mengemas surat-surat penting seperti ijazah, sertifikat tanah, akte, mas, kendaraan dan lainnya untuk diungsikan,” kata Kamarudin Suhadi, saat ditemui di Mesjid Darul Artam.
Di tengah kondisi hujan dan air sungai semakin meluap, warga dengan payung dan jas hujan di Ternate Tanjung sibuk menyelamatkan barang-barang seperti kompor gas, tabung elpiji, kasur, televisi, pakaian, dan kursi.
Ditempat terpisah, sekira pukul 12.30 wita, warga di kelurahan Ketang Baru juga mulai berbondong-bondong mengungsikan diri. Mereka juga mengungsikan barang-barang penting ke tempat yang aman. Namun pada siang hari, di lokasi ini telah digenangi air 100 persen.
Sementara itu, di Kelurahan Komo Luar lingkungan I,II, dan III banjir setinggi 4 meter di tepi sungai meremdam sekira 320 rumah. “Air sungai meluap sejak pagi hari, warga telah diungsikan ke tampat yang lebih tinggi seperti di Hotel Ahlan. Sebagian dari mereka masih dilakukan evakuasi,” kata Lurah Komo Luar Muhammad Pakaya, saat di temui dilokasi banjir di Lingkungan I.
Kantor wali kota Manado dan lapangan Sparta Tikala juga menjadi terendam. Air mengenagi lokasi ini setinggi lutut kaki orang dewasa. Tampak mobil pemadam kebakaran pemkot Manado pun segera diungsikan ke tempat yang lebih tinggi.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Paal II di belakan diler Honda. Rata-rata rumah yang terletak di bibir sungai tergenang banjir setinggi 4-5 meter. “Luapan air sungai sangat tinggi, sehingga membuat satu unit rumah terbawa banjir,” ujar salah seorang warga setempat. Selain itu, ternak warga seperti babi pun ikut diungsikan di tepi jalan karena lokasinya lebih tinggi.
Di tempat lain seperti di Kelurahan Perkamil, air juga mengenangi rumah warga. “Banjir mengenagi rumah warga dari lingkungan 1-4,” kata kepala lingkungan VIII Siwu Suwu. Selain itu, jembatan maesa yang menghubungkan Perkamil dan Paal Empat juga digenangi banjir sehingga tidak bisa dilewati.
Setelah air berangsur surut, berbagai pos bantuan pun datang. Seperti di Paal II. Tampak warga sedang memasak mie instan. Selain itu pihak kepolisian dan TNI juga sibuk mengevakuasi korban bajir seperti di Komo Luar.
Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan warga yang sering membuang sampah sebarang. Menurut Boy Waturandang, yang juga petugas pemantau air di Kelurahan Dendegan Luar mengatakan, setiap hari sampah yang melewati sungai sangat banyak.
“Ini membuktikan bahwa kesadaran membuang sampah masyarakat masih rendah dan menjadi salah satu penyebat banjir,” kata Waturandang, saat di temuai di pos pemantau air. “Kondisi sungai juga sudah terjadi pendangkalan ditambah dengan sebagian warga sekitar tepi sungai marak membangu keramba sehingga mempersempit alur jalannya air sungai ketika hujan tiba,” tambahnya. (ctr-02)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabes Diminta Turun Usut Bom Gereja di Makassar
Redaktur : Tim Redaksi