jpnn.com, MEKSIKO - Beatriz Ramon dan adik laki-lakinya, Oscar, mendengar ledakan dahsyat dan melihat lampu tiba-tiba padam saat mereka meninggalkan toko kelontong di Mexico City tenggara sebelum pukul 22:30 pada Senin malam, tepat di seberang jalan dari jalur kereta api Metro.
Mereka mengira trafo telah meledak.
BACA JUGA: Ini Jumlah Kecelakaan di Perlintasan Kereta Api Sejak Januari 2020
Tapi ketika listrik kembali nyala beberapa menit kemudian, Ramon melihat asap putih mengepul dari kereta api metro, dan dua gerbong berwarna oranye terjun membentuk huruf V, di antara rel tinggi, yang roboh menjadi dua.
Kereta api metro itu jatuh ke jalanan yang berada di bawah jalur kereta metro, dan menewaskan 25 orang.
BACA JUGA: Innova vs Kereta Api, Mobil Terpental, Pengemudi Tewas di Tempat
Kejadian itu adalah kecelakaan metro paling mematikan di ibu kota dalam beberapa dekade.
Ramon, yang adalah dokter gigi berusia 30 tahun, dan Oscar berlari ke tempat kejadian untuk menawarkan bantuan sambil berusaha menjaga jarak jika jembatan layang yang rusak semakin runtuh.
BACA JUGA: Kronologis Kecelakaan di Perlintasan Kereta Api Bulak Kapal
Jalan raya yang biasanya sibuk itu sunyi.
"Saya pikir saya akan mendengar teriakan orang-orang di dalam, tapi justru sebaliknya, hening," kata Ramon.
Para warga yang menyaksikan kecelakaan itu menyangga tangga di atas tumpukan puing, dan Ramon segera melihat seorang pria muncul dari salah satu gerbong.
"Pertama, itu adalah bayangan. Ketika kami akhirnya bisa melihat dengan baik, kami semua berteriak, 'ada seseorang yang turun!'"
Pria itu melompat dan mendarat di atas puing-puing, dengan kondisi bingung.
Dua orang lainnya mengikuti, termasuk seorang pria berusia 20-an tahun yang tampak syok, berlumuran darah dan mengeluh bahwa tubuhnya sakit.
Ramon tidak menemukan ada sesuatu yang cedera pada pria tersebut, dan menyadari darah itu ternyata berasal dari orang lain.
Korban keempat adalah seorang pria yang kehilangan satu tangan dan mengalami pendarahan hebat.
Besarnya bencana mulai meresap ke diri Ramon saat menyaksikan sekitar 20 korban dibawa dengan tandu.
Kerabat mulai berdatangan, mencari orang yang mereka cintai dan mereka khawatir bahwa anggota keluarganya berada di kereta metro itu.
Ramon bertanya-tanya siapa yang harus disalahkan. "Apakah itu korupsi? Apakah ini impunitas ?," dia bertanya-tanya.
Sejak peresmian kereta metro pada tahun 2012, Ramon mengatakan bahwa dia melihat jalur tersebut sebagai berkah untuk membantu masyarakat sekitar menjangkau sekolah, pekerjaan, dan keluarga yang berjauhan dengan menempatkan wilayahnya yang jauh di Tlahuac di jaringan transit ibu kota yang luas.
Dan ketika beberapa orang khawatir rel yang ditinggikan akan runtuh karena beban kereta besar, Ramon mencoba meyakinkan bahwa rel kereta yang dibangun oleh para insinyur berpengalaman tidak akan jatuh.
"Saya mendorong banyak orang untuk menggunakannya, terutama nenek dan ibu kami yang takut dengan ketinggian," kenangnya.
Ia mengatakan bahwa dia secara pribadi merasakan kegagalan.
"Ini menyakitkan, sangat menyakitkan," katanya. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil