jpnn.com - JAKARTA - Keputusan Partai Amanat Nasional (PAN) mendukung pencapresan Prabowo Subianto justru dinilai mendukung kekuatan yang ada di masa Orde Baru, dan tentunya bertentangan dengan cita-cita mendirikan partai tersebut. Kondisi itulah yang membuat salah satu pendiri PAN, Goenawan Mohamad, kecewa.
"Yang diupayakannya hanyalah agar ketua umum dapat jabatan wakil presiden. Karena itu, PAN bersedia mendukung kekuatan yang di masa Orde Baru ingin memadamkan gerakan pro demokrasi, antara lain dengan cara-cara kekerasan," kata Goenawan seperti dilansir Rakyat Merdeka Online (grup JPNN), Kamis (15/5).
BACA JUGA: Megawati Ingatkan KPU dan Intelijen Tak Bermain di Pilpres
Goenawan yang juga pendiri Majalah Tempo itu menceritakan terbentuknya PAN di awal Reformasi. Sejak kejatuhan rezim Suharto, Goenawan dan kawan-kawan seperjuangan ingin membangun sebuah partai yang punya platform politik jelas untuk diperjuangkan ke arah demokrasi yang lebih luas, kebhinekaan yang lebih hidup, dan kesejahteraan yang lebih merata.
"PAN adalah kelanjutan dari gerakan pro demokrasi yang melawan kekuasaan otoriter Jenderal Suharto," tegasnya.
BACA JUGA: Harapkan Caleg Terpilih Tobat Sebelum Dilantik
Dalam sejarahnya PAN pernah berusaha ke arah tersebut. Namun menurut Goenawan, makin lama makin tidak memandang politik sebagai perjuangan. Melainkan hanya hasrat mengukuhkan posisi dalam struktur yang ada dan untuk memperoleh jabatan empuk bagi para elitnya.
Atas kondisi tersebut, Goenawan menyatakan mundur dari PAN. "Saya menyatakan berhenti dari keanggotaan," tegasnya.(dem/rmol/jpnn)
BACA JUGA: Sarankan Jokowi Hindari Kakek-Kakek Jadi Cawapres
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggap Jokowi Untung Andai Mau Gandeng Akbar Tandjung
Redaktur : Tim Redaksi