jpnn.com, JAKARTA - Pangan yang dikonsumsi masyarakat seyogyanya tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan.
Karena itu, aspek kehalalan dalam pangan menjadi spirit dalam pembangunan ketahanan pangan, termasuk di dalamnya aspek keamanan pangan.
BACA JUGA: 2 WN China Petinggi Perusahaan Batu Bara Dibantai Pakai Parang
“Aspek kehalalan pangan merupakan bagian dari keamanan yang menjadi penopang ketahanan pangan kita. Selain itu, jaminan produk halal memiliki urgensi yang kuat. Saat ini halal sudah menjadi lifestyle masyarakat global,” ujar Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Nasional atau National Food Agency (NFA) Andriko Noto Susanto, Kamis (29/9).
Hal itu dia sampaikan saat menjadi Keynote Speaker dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA) yang diselenggarakan Rumah Produktif Indonesia bekerja sama dengan Perpusnas Press dan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI).
BACA JUGA: Apa Alasan Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika Gugat Cerai Dedi Mulyadi? Ini
Lebih lanjut Andriko menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar pangan halal yang besar, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan proprosi penduduk muslim mencapai 12,8 persen dari total penduduk dunia.
Uregnsi jaminan produk halal telah diakui dalam forum perdagangan dunia (WTO). Pada tahun 2030 populasi muslim dunia diperkirakan mencapai 26 persen dan pangsa produk Asia-Pasifik mencapai 62 persen.
Kini, halal telah menjadi gaya hidup masyarakat global. Berkembangnya industri halal akan mendorong tumbuhnya ekonomi syariah.
Sebagai informasi, ICIGA merupakan event yang diselenggarakan secara hybrid atau online sebagai forum untuk mendiseminasi gagasan terkait berbagai topik G20 sebagai masukan kepada Presidensi G20 Indonesia 2022.
Sebanyak 150 penulis dari berbagai latar belakang berkontribusi dalam penerbitan buku G20 Recover Together Recover Stronger dalam 4 jilid yang diterbitkan oleh Perpusnas Press. (rhs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti