Kehidupan Anak di Kawasan Merah Surabaya

Awalnya Ngamen, Lama-Lama Jadi PSK

Rabu, 06 November 2013 – 10:09 WIB

jpnn.com - Kawasan lokalisasi menjadi momok bagi perkembangan anak. Kasus kriminalitas yang melibatkan anak-anak di kawasan merah ternyata cukup menonjol. Rata-rata mereka ''belajar'' sejak kecil dan kian menjadi saat dewasa. 

--- 

BACA JUGA: Maling Sapi, Sepasang Pengantin Anyar Urusan dengan Polisi

EKS mucikari yang meminta disebut Anton masih ingat betul wajah RT saat masih berusia 12 tahun. Remaja perempuan itu setiap hari meminta-minta di wisma sepanjang Jalan Jarak, Kawasan Lokalisasi Dolly, Surabaya. Dengan merengek, RT menengadahkan tangan untuk meminta belas kasihan pengunjung wisma.

Rata-rata pengunjung sedang bernyanyi dan menenggak minuman keras dengan ditemani perempuan penjaja seks komersial (PSK) yang berbaju minim dan memamerkan sebagian anggota tubuhnya. Tak jarang, mereka mengumbar perbuatan mesum, termasuk di depan RT.

BACA JUGA: Ditabrak Mobil Polisi, Siswi MTsN Malah jadi Tersangka

Remaja yang saat itu masih duduk di bangku SD tersebut melakoni aktivitas memintanya sampai usia 15 tahun. Awalnya, RT hanya menerima uang dari tamu wisma. "Karena banyak yang ngasih, akhirnya ketagihan," kata mantan mucikari itu.

Namun, tidak disadari sedikit demi sedikit RT terlibat jauh dalam lingkungan lokalisasi. Badannya yang bongsor membuat usianya yang sebenarnya masih belia seolah-olah sudah lima tahun lebih tua. Karena itu, tidak jarang tamu wisma menggodanya dengan mencolek bagian tubuh RT ketika memberikan uang. 

BACA JUGA: Korban Dibacok lalu Disekap

Tidak hanya mencolek, pengunjung wisma juga mengajaknya untuk menemaninya bernyanyi layaknya PSK. Karena diiming-imingi uang, RT menyetujuinya. Saat menemani pengunjung, RT juga menenggak minuman keras. Pemilik wisma pun mendiamkannya. Hal itu terus terjadi setiap kali pengunjung wisma itu datang.

Sampai akhirnya, RT bersedia untuk diajak tidur. Lama-kelamaan, RT mau melayani nafsu pengunjung wisma dan resmi menjadi PSK. Sekarang, di usianya yang masih 16 tahun, dia mengandung bayi hasil hubungan dengan tamu yang tidak dikenalnya. Maklum, banyak tamu yang sudah pernah diajak kencan tanpa tahu identitasnya. 

Cerita RT adalah sepenggal kisah betapa lokalisasi sangat berdampak bagi pertumbuhan anak. Bukan hanya RT, puluhan anak lain justru harus berhadapan dengan hukum karena bersinggungan dengan kawasan merah. 

Direktur Yayasan Genta Surabaya Riyanto menyatakan tidak memungkiri bahwa anak-anak di lingkungan lokalisasi yang terlibat tindak pidana lumayan signifikan. Selama 2013 ini saja, ada 11 anak dari kawasan lokalisasi Dolly dan Klakahrejo yang terlibat kasus kriminalitas. Sebagian besar berasal dari Dolly.

Hal itu, menurut dia, disebabkan pengaruh ingar-bingar lokalisasi dalam tumbuh kembang anak. Ingar-bingar tersebut adalah tindakan liar yang berlangsung di kawasan itu setiap hari. "Miras, prostitusi, dan kekerasan sudah menjadi hal umum. Anak-anak melihat langsung," kata pentolan yayasan yang sering menangani anak dan perempuan yang tersangkut kasus pidana tersebut.

Pria yang sejak kecil tumbuh di Klakahrejo itu menambahkan, anak-anak di lokalisasi tumbuh tidak normal. Betapa tidak, sesuatu yang menurut pandangan umum tidak wajar, si anak justru melihatnya sebagai hal biasa. Sebab, anak tumbuh di lingkungan yang permisif. (eko/aph/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Skripsi, Mahasiswi Nekat Tabrak Penjamret


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler