Kejadian di Bogor, Tanah Tiba-Tiba Terbelah, Bangunan dan Jalan Rusak

Kamis, 15 September 2022 – 16:14 WIB
Warga melintasi bagian jalan yang retak akibat pergeseran tanah di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/9/2022). (ANTARA/M Fikri Setiawan)

jpnn.com, BOGOR - Sebanyak 23 bangunan dan bagian jalan sepanjang satu kilometer rusak akibat pergeseran tanah yang terjadi di wilayah Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bogor mencatat ada 24 warga yang mengungsi akibat pergeseran tanah yang terjadi di Bojong Koneng.

BACA JUGA: Mayat Terbakar PNS Semarang, Potongan Tulang Tangan Ditemukan di Sini

"Dari kejadian ini yang terdampak 20 KK, kemudian yang terancam saat ini 177 KK dari dua RW dengan total (penghuni) 589 jiwa," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Aris Nurjatmiko saat ditemui di lokasi bencana, Kamis.

Dia menuturkan bahwa pergeseran tanah mulai menyebabkan permukaan jalan retak pada Rabu (14/9) siang dan kejadian itu mendorong warga yang tinggal di sekitarnya mengungsi ke rumah kerabat.

BACA JUGA: Peristiwa yang Dialami Satu Keluarga Ini Harus jadi Pelajaran Seluruh Masyarakat, Bapak-Anak Tewas

Saat ini satu kilometer dari dua kilometer jalan yang dibeton oleh Pemerintah Desa Bojong Koneng pada tahun 2021 rusak akibat pergeseran tanah.

Aris mengemukakan kemungkinan hujan deras yang turun sejak Senin (12/9) memicu pergeseran tanah di Desa Bojong Koneng, yang berada di daerah perbukitan.

"Sebelumnya tiga hari hujan berturut-turut di sini, sore itu (Rabu) pada pukul 15.30 WIB tanah mulai bergerak," kata Aris.

Di samping itu, Kecamatan Babakan Madang termasuk wilayah yang rawan mengalami pergeseran tanah di Kabupaten Bogor.

Badan Informasi Geospasial (BIG) menyatakan bahwa ada 10 kecamatan di Kabupaten Bogor yang berisiko tinggi mengalami bencana akibat pergerakan tanah, yakni Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Citeureup, Babakan Madang, Sukamakmur, Tamansari, Tenjolaya, Cijeruk, dan Cigombong.

"Ada beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan kawasan rawan gerakan tanah, di antaranya topografi wilayah tersebut. Asumsinya, semakin curam tentu akan semakin rentan terjadinya gerakan tanah," kata Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim BIG Ferrari Pinem. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler