jpnn.com - JAKARTA - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2002-2007, Chusnul Mariyah mengkritik Ketua KPU, Husni Kamil Manik karena berlatar-belakang pendidikan sarjana pertanian.
"Ketua KPU itu kan sarjana pertanian. Jadi bisa saja dia menganggap pemilu itu ibarat menanam jagung di kebon," kata Chusnul Mariyah, di gedung DPD, Senayan Jakarta, Rabu (14/5).
BACA JUGA: Hasil Konvensi Diumumkan Besok, Dahlan Titip Pesan ke Relawan
Sebagai sarjana pertanian, lanjut dosen ilmu politik FISIP Universitas Indonesia itu, Husni Kamil Manik dinilai tidak paham substansi dari sebuah pemilu.
"Dia tidak paham roh suksesi kepemimpinan nasional di Indonesia. Ini bukan suksesi kepemimpinan di India," tegasnya.
BACA JUGA: Pendiri PD: SBY tak Perlu Ragu Capreskan Dahlan Iskan
Selain itu, Chusnul juga mengritik sistem rekrutmen komisioner KPU yang dia nilai mirip rekrutmen buruh pabrik.
"Rekrutmen komisioner KPU oleh DPR jangan kayak merekrut buruh pabrik, ada psikotest dan kesehatan segala. Tidak begitu caranya," ujar Chusnul.
BACA JUGA: Bawaslu: UU Pemilu Dorong Kolaborasi Jahat
Akibat proses rekrutmen yang salah itu ujar dia, komisioner KPU telah melakukan Kesalahan mendasar.
"Komisioner KPU telah melecehkan institusi KPU karena gagal menjalankan amanat UUD 45 terhadap KPU, yakni memelihara suara rakyat hingga kepala Negara tidak memberi apresiasi terhadap kinerja komisioner KPU," ungkapnya.
Ditegaskannya, sebagai kepala Negara, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih memberikan apresiasi kepada lembaga survei yang melakukan hitung cepat pemilu legislatif.
"Hasil hitung cepat faktanya diapresi SBY. Hasil hitung KPU tidak diapresiasi. KPU kalah oleh hitung cepat. KPU ibarat sopir angkot karena kejar setoran (target) 30 hari sudah harus diumumkan," pungkasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas! Penipuan Pengangkatan Honorer K2 Marak
Redaktur : Tim Redaksi