Kejuaraan Paralayang International di Sumbawa Barat Diikuti 14 Negara

Rabu, 19 Juli 2017 – 18:28 WIB
Foto: Kemenpar

jpnn.com, SUMBAWA BARAT - Keindahan bumi Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) bakal di-eksplore atlet-atlet paralayang internasional dari udara dalam Mantar Paragliding XC Open 2017 ini akan berlangsung 18-24 Juli 2017 di Desa Mantar, Kecamatan Poto Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

Kejuaraan paralayang ini bakal diikuti 14 negara yang telah konfirmasi menyatakan keikutsertaannya. Paralayang sendiri merupakan olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap kain (parasut), yang lepas landas dengan kaki.

BACA JUGA: Multaqa Dai Internasional Dibuka, Destinasi Family Friendly di Sumbar Makin Terasa

"Sebanyak 40 pilot Paralayang dari 14 negara, termasuk Indonesia, telah confirm (mendaftar) di Mantar Paragliding XC Open 2017 untuk kategori cross country. Kegiatan juga akan diikuti oleh sekitar 50 pilot paralayang dari berbagai klub di Indonesia untuk kategori fun dan pemula,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Lalu M Faozal, Senin (17/7).

Menurut Faozal, kegiatan sport tourism kali ketiga ini merupakan agenda tahunan Pemerintah Provinsi NTB, khususnya Dinas Pariwisata NTB. Selain sebagai ajang prestasi, juga untuk meningkatkan grade dari olahraga Paralayang ini di NTB.

BACA JUGA: Melintasi Keindahan Gunung Poco Ndeki, Edgar Nohales Nieto Juara Etape 4 TdF 2017

“Itu mengapa tahun ini untuk kategori lomba Paralayang di Mantar, KSB ini dibuat agak berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana untuk tahun ini selain menggelar kejuaraan dengan kategori akurasi atau ketepatan mendarat, juga diselenggarakan lomba dengan kategori XC atau cross country (lintas alam) yang lebih bergengsi,” ujar Faozal.

Lebih dari itu, melalui penyelenggaraan Mantar Paragliding XC Open 2017 ini, berbagai potensi kepariwisataan yang ada di NTB, khususnya di KSB akan lebih terekspose keluar. Sehingga kedepan daerah KSB yang memiliki keindahan alam dan keunikan seni budaya, serta kelezatan aneka kulinernya ini bisa menjelma jadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi para wisatawan.

BACA JUGA: Ayo Berlari dengan Latar Belakang Alam di Ijen Green Run 2017

"Ada yang sangat unik di Mantar, konon berasal dari beragam etnis, juga memiliki keanehan, ada orang albino yang jumlahnya selalu tujuh orang. Kalau ada yang meninggal satu, maka akan lahir satu lagi orang albino, sehingga tetap tujuh orang," katanya.

Nixon Ray, Wakil Presiden Asian Continental Paragliding Association (ACPA), yang juga perwakilan dari FASI Pusat mengatakan, kegiatan ini selain akan mengangkat nama Mantar ke dunia internasional , juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas para pilot Paralayang Indonesia, termasuk menambah jam terbangnya.

"Spot di Mantar ini sangat bagus sekali, world class. Di Indonesia baru ada dua lokasi seperti ini, Mantar, dan satunya lagi di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah," ujarnya.

Sejak Mei 2015, daerah ini memang dibuka sebagai lokasi Mantar Paralayang oleh Ketua KONI Kabupaten Sumbawa Barat. Puncak Mantar berada di areal seluas 2.000 meter persegi. Desa di ketinggian 558 meter di atas permukaan laut ini dikembangkan menjadi seluas 7.000 meter persegi.

Di Mantar, para atlet bisa terbangkan parasut setinggi 3.000 kaki dan kecepatan angin kurang dari 15 kilometer per jam. Daerah ini setiap pekan mendatangkan 600 orang wisatawan. Namun untuk ke sana, turis harus menggunakan mobil four wheel drive mengingat jalanan tanjakan yang sebagian terjal. "Di sini penerbang mancanegara menyebut lokasinya seperti di Oludeniz di Turki," tuturnya.

Dengan letak geografis dan angin yang sangat mendukung, terlebih saat ini sudah ada dua titik lokasi landing dan take off yang telah dibangun. Mantar merupakan salah satu spot untuk olahraga Paralayang terbaik di dunia. Apalagi keindahan alamnya juga sangat luar biasa, ini akan sangat menarik minat para Pilot Paralayang untuk datang mencoba.

Event ini disponsori PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). Menurut Manager SR PTNNT, H Syarafuddin Djarot, event kali ini merupakan kegiatan paralayang tingkat internasional yang pertama dilaksanakan di Mantar. Dan untuk menyukseskannya, Pemda KSB dan PT NNT dan berbagai pihak lainnya turun tangan menyukseskannya.

“Harapan kami pada event lain kita bisa melakukan hal yang sama, karena dampak kegiatan ini sangat positif bagi daerah terutama dalam rangka promosi wisata,” sebutnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti berharap kerja sama dengan PT NNT ini terus berjalan dengan baik demi pengembangan sport tourism di Indonesia.

"Di Kemenpar ada tiga produk besar yang menarik wisatawan, yaitu wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Sport tourism adalah bagian dari wisata buatan. Kami berharap bisa bekerja sama dengan PT NNT untuk menangani masalah teknis. Untuk paralayang di Mantar ini, biar PT NNT yang menangani event dari sisi teknis, untuk Kemenpar akan menangani promosi destinasi, promosi daerah dan branding untuk lebih menarik minat wisatawan," katanya.

Esthy menambahkan, untuk perencanaan kegiatan pihaknya berharap PT NNT melibatkan Kemenpar. Apalagi pihaknya memiliki 10 daerah wisata yang menjadi prioritas.

"Kami berharap di dalam Mantar Paragliding XC Open ini kita bisa bersama-sama melakukan promosi. Kami juga memiliki media yang bisa dimanfaatkan untuk mengekspos program sport tourism," lanjut wanita berkerudung itu.

Menteri Pariwisata Arief Yahya melihat ini sebagai kesempatan emas buat promosi destinasi Sumbawa Barat. "Even ini berkelas dunia, Mantar bisa ter-ekspose dan terkenal lewat lomba paralayang ini, hanya persoalan yang masih menghambat pariwisata Sumbawa Barat adalah masalah aksesibilitas," ungkapnya.

Pria asal Banyuwangi itu menyambut baik langkah Bupati Kabupaten Sumbawa Barat H Musyafirin yang ingin mengembangkan Bandara Sekongkang, KSB demi kemajuan pariwisata di sana. Dua bandara yang sudah ada di Kabupaten Sumbawa dan Bima pun belum dipandang maksimal dalam meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Pulau Sumbawa lantaran terbatasnya jam operasional bandara.

“Bandara Bima dan Sumbawa, di sana jam 17.00 WITA (bandara-red) sudah tutup. Ini persoalan bagi sektor pariwisata, jadi turis kalau jam 14.00 WITA sudah harus siap-siap pulang,” paparnya.

Saat ini Bandara Sekongkang dilakukan kajian teknis terkait perpanjangan landasan pacu dan juga daya tampung bandara. Saat ini memiliki landasan pacu sepanjang 800 meter dan tinggal meningkatkan menjadi 1.200 meter agar bisa didarati pesawat jenis ATR.

“Nah, bila pekerjaan peningkatan landasan pacu ini selesai, kalau dari Lombok perjalanan darat dan laut bisa memakan waktu enam jam, kalau lewat pesawat paling 15 menit. Butuh semangat Indonesia Incorporated, Menteri Perhubungan sebagai pengambil kebijakan, Angkasa Pura lakukan kajian, pemerintah Sumbawa Barat proses pengerjaan dan Kementerian Pariwisata bagian promosi dan garap even pariwisatanya. Ayo, kita bisa,” ujarnya penuh semangat.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau Nonton Keroncong Gaul? Yuk, ke Solo Keroncong Festival 21-22 Juli


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler