JAKARTA - Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan salah satu penyebab banjir di DKI Jakarta karena banyak yang menggunakan air dari permukaan tanah. Sehingga kekuatan permukaan tanah menjadi berkurang.
"Akibatnya wilayah genangan menjadi tinggi," ungkapnya menjawab JPNN, Rabu (16/1). Ditambahkan Yayat, banjir juga diakibatkan kerusakan sistem drainase. "Drainase tidak optimal," tegas akademisi Universitas Trisakti Jakarta itu.
Ia menambahkan, di samping itu juga penyebab lainnya adalah karena perilaku yang tidak menjaga lingkungan. "Perilaku pembuangan sampah sembarangan," paparnya.
Karenanya, Yayat menyatakan, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh oleh pemerintah untuk mengatasi banjir ini.
Kata Yayat, proyek-proyek harus dievaluasi dan memperkuat aspek pendekatan non struktur. Selain itu kasadaran masyarakat terhadap lingkungan harus disiapkan. "Pendekatannya lebih berbasis ke masyarakat untuk mengubah Jakarta dari kota seribu bencana menjadi kota seribu harapan," pungkasnya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Nasional melaporkan hujan yang turun di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/1) pagi dan siang menyebabkan debit sungai Ciliwung hulu naik drastis. Pada pukul 11.00 tinggi muka air Bendung Katulampa 70 centimeter (Siaga 3) namun pada pukul 12.00 naik menjadi 170 cm (Siaga 2).
"Hingga pukul 14.00 tinggi muka air Bendung Katulampa 180 cm dan bertahan di Siaga 2. Pada pukul 15.00 ketinggian turun menjadi 150 cm (Siaga 3). Kondisi ini akan berpengaruh pada banjir di Jakarta di sepanjang Ciliwung hilir yang saat ini masih banjir," kata Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada JPNN, Rabu (16/1). (boy/jpnn)
"Akibatnya wilayah genangan menjadi tinggi," ungkapnya menjawab JPNN, Rabu (16/1). Ditambahkan Yayat, banjir juga diakibatkan kerusakan sistem drainase. "Drainase tidak optimal," tegas akademisi Universitas Trisakti Jakarta itu.
Ia menambahkan, di samping itu juga penyebab lainnya adalah karena perilaku yang tidak menjaga lingkungan. "Perilaku pembuangan sampah sembarangan," paparnya.
Karenanya, Yayat menyatakan, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh oleh pemerintah untuk mengatasi banjir ini.
Kata Yayat, proyek-proyek harus dievaluasi dan memperkuat aspek pendekatan non struktur. Selain itu kasadaran masyarakat terhadap lingkungan harus disiapkan. "Pendekatannya lebih berbasis ke masyarakat untuk mengubah Jakarta dari kota seribu bencana menjadi kota seribu harapan," pungkasnya.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Nasional melaporkan hujan yang turun di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/1) pagi dan siang menyebabkan debit sungai Ciliwung hulu naik drastis. Pada pukul 11.00 tinggi muka air Bendung Katulampa 70 centimeter (Siaga 3) namun pada pukul 12.00 naik menjadi 170 cm (Siaga 2).
"Hingga pukul 14.00 tinggi muka air Bendung Katulampa 180 cm dan bertahan di Siaga 2. Pada pukul 15.00 ketinggian turun menjadi 150 cm (Siaga 3). Kondisi ini akan berpengaruh pada banjir di Jakarta di sepanjang Ciliwung hilir yang saat ini masih banjir," kata Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada JPNN, Rabu (16/1). (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DKI Kebanjiran, 9.374 Jiwa Diungsikan
Redaktur : Tim Redaksi