jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah sangat mendukung berbagai program pelaku usaha yang melibatkan masyarakat.
Apalagi bila sifatnya padat karya termasuk di dalamnya upaya-upaya peningkatan kegiatan usaha produktif dan meningkatkan daya beli masyarakat.
BACA JUGA: Washington Izinkan Kompos dari Jenazah Manusia
Hal tersebut menjadi prioritas dalam kegiatan e-learning mitra usaha produktif yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).
E-learning mitra binaan ini memberikan pelatihan terkait peningkatan ekonomi produktif masyarakat mitra binaan perusahaan di sekitar atau dalam kawasan hutan.
BACA JUGA: Jutaan Ikan Mati di Danau Toba Dijadikan Pupuk Kompos
Program e-learning ini dibagi dalam beberapa sesi yaitu pembuatan kompos, pengembangan hortikultura melalui pola agroforestry, budidaya madu, pemanfaatan embung untuk budidaya ikan dan kegiatan peternakan dan pembukaan lahan tanpa Blbakar (PLTB).
PT Wirakarya Sakti (PT WKS) yang merupakan unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas juga mendukung program e-learning peningkatan kapasitas masyarakat ini dengan melibatkan Supari sebagai Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya, Desa Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, yang menjadi narasumber untuk pelatihan pembuatan kompos.
BACA JUGA: Daus Mini Membantah Tak Lagi Memberi Nafkah kepada Putranya
Kelompok Tani Mekar Jaya bisa memproduksi kompos 2.000 ton per bulan dengan omzet mencapai Rp22,8 miliar per tahun.
Kegiatan pembuatan kompos ini telah membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan, memanfaatkan limbah (kotoran sapi, pelepah sawit dan abu boiler) sebagai bahan baku kompos serta memberikan kontribusi bagi desa melalui Bumdes.
Supari menjelaskan, peternakan sapi yang terintegrasi di kawasan hutan taman industri (HTI) PT Wirakarya Sakti Jambi diharapkan mampu menjawab tantangan pemulihan percepatan ekonomi masyarakat yang terdampak Covid-19.
Dengan peternakan sapi terintegrasi ini, nantinya jumlah kotoran sapi sebagai bahan baku pembuatan kompos akan menghasilkan lebih banyak.
"Peternakan terintegrasi ini akan segera dimulai pada Maret ini. Nantinya akan dilengkapi klinik kesehatan hewan, apotik kesehatan hewan, dan pasar ternak modern di Desa Dataran Kempas. Dengan begitu, kesempatan kerja lebih banyak lagi bisa diserap,” tutur Supari dalam keterangannya, Selasa (2/3).
Pengembangan peternakan ini merupakan hasil kerja sama PT WKS dengan Universitas Jambi, dan Bumdes untuk lima tahun ke depan.
Kelompok tani yang menggarap kompos berkembang dari satu desa hingga saat ini sudah tiga desa. Dalam waktu dekat diharapkan bisa menjangkau menjadi tujuh desa.
"Dengan tiga kelompok tani saat ini saja pendapatan per bulan yang mereka hasilkan kurang lebih Rp4 miliar atau Rp 48 miliar rupiah setiap tahunnya," ungkapnya.
"Saat ini rata-rata pekerja mendapatkan pemasukan hingga tiga juta rupiah per bulan. Kalau peternakan terintegrasi berjalan, kami harapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja lagi,” sambung Supari. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad