Hal itu diakui suami korban, Darwin, 45 saat ditemui FAJAR (JPNN Group) di rumahnya, BTN Batangase Permai Blok B-9 Nomor 19 Maros, Jumat (16/11). Sang suami pun tak sanggup menyembunyikan rasa duka.
Kabar duka yang menimpa istrinya itu, diakui Darwin baru diketahuinya setelah adanya pemberitahuan dari perusahaan penyalur TKI yang memberangkatkan istrinya, yaitu PT Prima Duta Persada, Kamis, 8 November. Padahal istrinya dikabarkan meninggal oleh Tim Forensik Rumah Sakit Umum Kalba di Fujairah Arab Saudi atau United Arab Emirates Ministri of Justice Forensic Medicene sejak 18 Oktober. "Surat itu dikirim melalui kurir, Kamis lalu," kata dia.
Dalam surat itu juga terdapat lampiran surat keterangan dan penjelasan dari pihak rumah sakit penyebab kematian istrinya dengan tulisan arab gundul.
Namun, menurut surat keterangan PT Prima Duta Persada, dijelaskan, dalam proses pemeriksaan, pihak rumah sakit menemukan rongga dalam keadaan sehat. Di bahu tidak terdapat tanda atau bekas luka penyebab kematian Darni. Temuan lainnya, korban tidak bisa bernapas karena ada penyempitan di dalam pernapasan, kerangka kepala dalam keadaan selamat (tidak ada keretakan di dalamnya) dan di bagian lehernya terdapat tanda bekas lilitan kemerah-merahan.
Ironisnya, sejak diterimanya pemberitahuan dari perusahaan itu yang dibubuhi tanda tangan Direktur Operasional PT Prima Duta Persada, M Pristiwanto hingga saat ini tidak ada kabar lanjutan mengenai jenazah istrinya yang masih ada di Dubai.
"Tapi informasi yang kami dapat, katanya, kalau pemulangan jenazah itu bisa memakan waktu sampai 13 bulan dan pihak perusahaan juga meminta dana tambahan jika jenazah istrinya hendak dipulangkan ke Indonesia," ungkapnya.
Anehnya lagi, alamat perusahaan yang tercantum di dalam surat itu ada dua yaitu Jalan Sarbini No 20, Kramat Jati, Jakarta Timur dan Jalan Batu Wadas No 67 RT 006/003 Kelurahan Batu Ampar II Kramatjati, Jakarta Timur.
Darwin pun makin curiga ketika pihak perusahaan berpesan agar jangan sampai kematian istrinya diketahui oleh media. Oleh karena itu, pria yang sehari-harinya berjualan ini hanya bisa berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap masalah yang dihadapinya.
"Jadi, besar harapan saya bisa mendapat bantuan pemerintah mengenai pemulangan jenazah almarhum istri saya, karena kalau menyinggung biaya, kami mungkin sudah tidak mampu," katanya.
Diakui Darwin, dirinya sama sekali tidak pernah mendapat firasat apapun sepeninggal istrinya. Hanya saja dua atau tiga hari sebelum kejadian, sang istri yang baru sebulan bekerja sebagai IRT itu mengiriminya pesan singkat.
"Dia bilang, saya sudah tidak tahan. Saya mau ke luar dari rumah ini (rumah majikannya, red) entah dalam keadaan hidup atau mati. Setelah itu tidak ada lagi informasi dari dia," kenangnya.
Darwin menjelaskan, beberapa kali istrinya mengeluh capek bekerja di sana. Pasalnya majikannya memiliki dua istri dengan sembilan anak.
"Istriku bilang, di sana kerjanya setengah mati. Karena kerja dari pukul 05.00 subuh hingga pukul 12.00 malam waktu Arab Saudi," kata dia.
Istrinya Darwin pernah ingin berhenti. Namun, pihak keluarga dimintai uang ganti rugi Rp25 juta dengan alasan istrinya masih terikat kontrak. "Tapi saya tidak punya biaya sebesar itu," kata Darwin.
Profesi sebagai TKW sudah dilakukan korban sejak 2002. Kali ini merupakan yang ketiga kalinya dia berangkat ke luar negeri untuk membantu suaminya yang tak lagi bekerja karena strok ringan dan rabun.
Namun, sebelumnya, dia berangkat dengan menggunakan jasa PT Bumen. Yang ketiga ini korban berangkat dengan menggunakan perusahaan berbeda, yaitu PT Prima Duta Persada. "Istriku berangkat untuk memenuhi biaya sekolah anak kami yang masih duduk di bangku kelas 1 SMK Teknologi An Nas. Soalnya, sekarang kondisi saya sudah tidak memungkinkan untuk bekerja" ungkapnya.
Jumat kemarin, 16 November, terhitung satu bulan masa kerja korban di Dubai. Dia resmi bekerja di Dubai per 16 September lalu.
Saat ini, dia mengaku sedang mengurus surat-surat keterangan dari lurah lengkap dengan Kartu Keluarga (KK) serta fotokopi KTP dan surat-surat lainnya yang dibutuhkan untuk mengurus kepulangan jenazah istrinya. Hanya saja pihak keluarganya terkendala pada biaya pemulangan jenazah.
Wakil Ketua Komisi II Bidang Anggaran dan Pembangunan DPRD Maros yang sempat dikunjungi Darwin, Akbar Endra, mengatakan, kedatangan Darwin ke rumahnya untuk meminta bantuan difasilitasi dengan pihak pemerintah agar kematian istrinya di Dubai bisa mendapat perhatian.
"Jadi, setelah menerima Darwin, saya akan menyurat ke Menteri Luar Negeri RI untuk mempertanyakan nasib Darni dan meminta Pemerintah RI segera mengusut kematian Darni. Apakah ada rekayasa atau murni bunuh diri," kata Akbar.
Menurut dia, apa yang menimpa Darni itu harus jelas penyebabnya. Karena itu menyangkut nasib TKI yang diperlakukan semena-mena di Luar Negeri.
"Kita juga akan menuntut pihak perusahaan sebagai penyalur jasa TKI yang memberangkatkan Darni untuk bertanggung jawab atas kejadian ini," kata politikus Partai Demokrat itu dengan tegas.
Hingga kini pihak keluarga korban sangat berharap agar jenazah Darni yang masih ada di rumah sakit Kalba bisa segera dipulangkan ke Tanah Air dan ada kejelasan mengenai penyebab meninggalnya korban.
Suami dan putri semata wayangnya, Nurmainnah sangat terpukul. Mereka belum bisa menerima baik kenyataan itu. Putrinya, bahkan lebih banyak diam dan menunduk.
Salah seorang kemenakan korban, Sukaedah, mengatakan, sejak diterimanya kabar meninggalnya Darni, pihak keluarga melakukan pengajian. (fajar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Digelar Pameran Foto Bencana
Redaktur : Tim Redaksi