JAKARTA - Aksi 73 murid kelas III SMA dan sederajat yang digaruk jajaran Polda Metro Jaya sangat brutal ketika terlibat tawuran pelajar di jalanan. Namun, ketika disambangi Mendikbud Mohammad Nuh dan dipertemukan dengan orangtua, tidak tampak wajah sangar. Mereka justru berlinangan air mata karena menyesal sekaligus berjanji tobat.
Keputusan Nuh mengikuti silaturahmi antara polisi, siswa nakal, dan orangtua tadi cukup langka. Sebab, yang sering terjadi adalah menteri dari Surabaya itu menyambangi siswa-siswa pintar atau berprestasi di ajang tertentu.
"Bagaimanapun juga, para siswa ini adalah generasi bangsa. Mereka hanya terpengaruh lingkungan," kata dia di aula Mapolda Metro Jaya, Jumat (20/4).
Nuh menuturkan, laporan dari kepolisian bahwa pelajar yang ditangkap ini adalah siswa kelas III SMA dan sederejat. Artinya, mereka tertangkap bertindak brutal rata-rata usai mengikuti unas hari terakhir Kamis lalu (19/4) dan ada juga yang ditangkap pada Rabu (18/4). Ke-73 pelajar nakal ini digaruk polisi dari beberapa TKP yang tersebar di kawasan Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.
Menteri yang juga mantan rektor ITS itu menuturkan, dia tidak bisa menjamin siswa yang ditangkap polisi ini lulus unas atau tidak. "Kita pasrahkan ke sekolah," kata dia. Nuh menerangkan, nilai unas adalah kriteria keempat kelulusan siswa.
Dia menuturkan, kriteria kelulusan yang nomor satu adalah siswa dinyatakan berperilaku baik. Nuh menuturkan, ketentuan yang bisa memutuskan siswa itu berperilaku baik atau tidak itu wewenang sekolah. "Jika kriteria nomor satu ini gagal, maka mengagalkan seluruh kriteria di bawahnya," terang mantan Menkominfo itu.
Nuh menyerahkan kepada pihak sekolah untuk menentukan apakah siswa yang sudah ditangkap polisi karena terlibat tawuran pelajar ini berperilaku baik atau tidak. Kalaupun nanti akhirnya dinyatakan tidak lulus, Nuh berpesan kepada siswa supaya tidak patah semangat. "Jangan putus sekolah," tandasnya. Dia menyarankan supaya para siswa nakal yang akhirnya tidak lulus unas ini untuk melanjukan kembali pendidikannya dan mengikuti unas tahun depan.
Pada momen langka itu, Nuh sempat memanggil beberapa siswa, orang tua, dan kepala sekolah. Diantara siswa yang diajak berbincang adalah Yogi Hermawan siswa asal Bogor. Yogi yang masih menggunakan seragam penuh coretan cat, layaknya pelajar yang sudah lulus unas, menuturkan dirinya hanya ikut-ikutan teman-temannya yang lain. "Saya tidak bawa senjata," ujarnya polos.
Setelah diingatkan Nuh dan diminta untuk meminta maaf kepada orang tuanya, Yogi langsung memeluk ibunya Sri Hartatik sambil berlinangan air mata. "Maaf bu, saya tidak akan mengulangi lagi. Saya berjanji, saya tobat," tutur Yogi sambil sesenggukan.
Melihat peristiwa ini, sejumlah pelajar yang diamankan polisi ikut terharu. Beberapa di antara mereka ada yang menangis. Begitu pula dengan para orang tua yang duduk bersebelahan, juga ikut-ikutan tersedu menyesali ulah anak mereka di luar jam sekolah.
Dari kejadian ini, Nuh berpesan kepada seluruh orang tua supaya tidak lelah untuk membimbing anak-anak mereka. "Harus ditelateni. Bagaimanapun juga anak-anak ini adalah generasi bangsa," katanya.
Sementara kepada para siswa, Nuh mengaku trenyuh dan prihatin saat melihat kabar dari beberapa media terkait perilaku mereka. Nuh yakin para siswa itu pada dasarnya ingin jadi baik. Tapi karena terpengaruh lingkungan, akhirnya mereka terjerumus dalam perilaku menyimpang ini.
"Sekarang tidak boleh cengengesan, tidak boleh cengar-cengir, harus serius belajar," tegas Nuh. Dia mengingatkan para siswa supaya ikut prihatin dengan jerih payah para orang tua yang mencari uang untuk biaya makan dan sekolah. Nuh lantas menyalami satu persatu siswa yang berjajar didampingi orang tuanya. Keharuan lagi-lagi pecah dalam momen ini. Ada sebagian siswa sampai bersujud di kaki orang tuanya memohon ampunan.
Kepada sejumlah kepala sekolah yang hadari, Nuh berpesan supaya ikut menjaga perilaku siswa. "Memang wewenangnya hanya di lingkup sekolah. Tetapi harusnya juga bertanggung jawab di luar sekolah," kata dia.
Kepada para kepala sekolah yang siswanya terus-terusan terlibat tawuran pelajar, akan dilakukan pembinaan. Jika masih tidak bisa mengatasi siswanya, Nuh meminta ada penyegaran kepala sekolah yang dilakukan kepala daerah.
Sebelum memberikan wejangan, Nuh terlihat kaget saat diberi kesempatan melihat barang bukti yang disita dari para pelajar itu. Barang bukti itu di antaranya gir sepeda motor yang diikat sejenis sabuk. Selain itu juga ada ketapel dengan kelereng sebagai pelurunya. Yang paling menyesakkan, anak-anak tersebut membawa celurit, gergaji, samurai, dan aneka benda tajam lainnya.
"Ini sudah bukan kenakalan lagi. Tapi sudah menjurus pada tindakan kriminal," katanya.
Nuh menyatakan tindakan siswa tadi sudah bergeser dari kenakalan ke tindakan kriminal karena sudah mengarah pada keinginan untuk melukai orang.
Sementara itu, Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suhardi Alius membenarkan jika perilaku siswa ini sudah bukan kenakalan lagi. "Mereka ini sudah masuk dalam tindakan kriminal," ujar jendral bintang satu itu.
Suhardi menuturkan, hampir tidak pernah ada tatap muka antara menteri pendidikan dengan generasi yang "bermasalah". Dia berharap, tindakan Nuh ini bisa membuat para pelajar yang terjaring ini insaf dan tidak mengulangi perbuatan mereka.(wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ancam Persulit Siswa yang Aksi Vandalisme
Redaktur : Tim Redaksi