jpnn.com, JAKARTA - Kemarau panjang yang terjadi saat ini menyebabkan daerah-daerah di Indonesia mengalami kekeringan termasuk Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Namun, keberadaan Embung Tirta Mulya di wilayah setempat sangat membantu masyarakatnya dari kekurangan air.
BACA JUGA: Musim Kemarau, Danone-AQUA Kucurkan Air Bersih untuk Warga Kekeringan di Jawa Barat
Masyarakat bisa tetap bertanam sayur-mayur dan menjadi sumber air minum untuk ternak-ternak mereka.
Terlihat, beberapa warga, baik pria maupun wanita, sedang mengantri di Embung Tirta Mulya, untuk mengisi jerigen-jerigen mereka dan membawanya dengan sepeda motor.
BACA JUGA: Pabrik AQUA Klaten Dukung Pengembangan Ekonomi Penyandang Disabilitas ODGJ
“Kami sangat terbantu dengan adanya embung ini karena bisa kami gunakan untuk menyiram tanaman dan kasih minum ternak. Apalagi air di desa kami sangat sulit dan terjadi musim kemarau yang sangat panjang,” kata seorang warga bernama Eko, baru-baru ini.
Kepala Desa Tegalmulyo Sutarno menyampaikan air dari embung itu sangat membantu masyarakat di desa itu.
Masyarakat biasanya menggunakan air dari embung untuk kebutuhan air ternak.
"Selain itu juga digunakan untuk menyirami tanaman sayur-mayur itu. Apalagi saat musim kemarau panjang saat ini, air dari embung itu sangat membantu masyarakat di Desa Tegalmulyo ini,” ujarnya.
Menurut Sutarno, setiap hari, terutama saat kemarau panjang ini, masyarakat Desa Tegalmulyo selalu memenuhi Embung Tirta Mulya untuk mengambil air dengan menggunakan sepeda motor.
Seperti diketahui, setiap musim kemarau, desa-desa di kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi selalu mengalami krisis air, termasuk Desa Tegalmulyo. Jarak desa ini dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar 4 kilometer, menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten.
Mayoritas lapisan tanah atasnya yang berupa pasir, menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya. Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk kemarau, sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air.
Namun, sejak PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (AQUA Klaten) membangun embung dengan menggandeng Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) maka air hujan bisa ditampung sebagai sumber air baku masyarakat, terutama saat musim kemarau.
“Embung ini menahan limpasan air dari lereng Merapi saat musim penghujan dan lapisan embungnya menahan air sebagai persediaan air selama masa kemarau seperti saat ini. Dengan kedalaman 5 meter mampu menampung sekitar 12.000 meter kubik air”, tukas Sutarno.
Embung Tirta Mulya diresmikan pada 2017 bertepatan dengan Hari Air Sedunia di 22 Maret.
Dia menuturkan selama ini air yang ada di Embung Tirta Mulya ini tidak pernah kering dan sangat membantu warga Desa Tegalmulyo.
“Karena musim kemarau yang sangat panjang saat ini, memang air di embung makin lama makin menipis. Apalagi kemarin kan sempat bocor di atas satu meter dari permukaan. Karenanya, kita nanti akan merenovasinya dan mengurasnya lagi,” tukasnya.
Dalam keterangan resmi AQUA yang diterima Rabu (11/10), Embung Tirta Mulya dibangun bersama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, akademisi UGM dan AQUA Klaten.
Berawal dari kebutuhan masyarakat, bersama para relawan Merapi didukung tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di bawah bimbingan DR Ir Heru Indrayana dan juga bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) milik PT Tirta Investama dan atas ijin dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi Magelang dibangunlah embung.
Bangunan air yang hampir menyerupai lonjongan itu didesain dengan pagar besi dan paving sebagai jalan setapak mengelilingi embung dengan tanaman hias di sekelilingnya.(mcr10/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul