JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengisaratkan rencana revisi penyelenggaraan ujian nasional (unas). Yakni mengembalikan fungsi unas sebagai alat pemetaan pemerataan kualitas pendidikan nasional. Meski belum frontal sampai menghapus unas, rencana itu patut dikawal.
Garis besar rencana evaluasi penyelenggaraan unas di bawah kepemimpinan Anies adalah, menata kembali fungsi penyelenggaraan unas. "Kita fokuskan dulu bahwa unas itu sebagai alat ukur pendidikan. Apakah pendidikan itu sudah merata atau belum," paparnya di Jakarta kemarin.
Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu mengatakan, unas sebagai alat ukur harus bisa diterapkan untuk mengukur apapun metode belajar siswa. Jadi selama proses belajar berjalan dengan metode yang bagus, penyelenggaraan unas sebagai alat pemetaan bisa dihadapi dengan tenang.
Sedangkan fungsi unas sebagai faktor kelulusan, akan dibahas lebih mendalam lagi. Pembahasan ini mulai dari internal Kemendikbud, hingga melibatkan unsur-unsur eksternal kementerian. Kebijakan paling ekstrim nantinya, unas tidak lagi dipakai sebagai penentu kelulusan siswa. Kelulusan siswa akan diputuskan berdasarkan hasil belajar di sekolah masing-masing.
Dia mendapatkan sejumlah masukan langsung dari para siswa terkait penyelanggaraan unas. Diantaranya adalah, siswa merasa terus didorong supaya lulus dan nilainya harus tinggi. Padahal tujuan pendidikan bukan serta-merta untuk mendapatkan nilai tinggi. Apalagi nilai tinggi itu didapat dengan kecurangan.
Mendikbud ke-27 itu menjelaskan, dalam Undang Undang Dasar (UUD) sudah digariskan bahwa masalah yang krusial adalah urusan pemertaan pendidikan. Dengan landasaan ini, unas harus diposisikan untuk mendukung pemetaan pemertaan kualitas pendidikan. Selain itu unas juga harus diposisikan sebagai pendukung kepentingan siswa dalam belajar.
"Saya tegaskan pendidikan jangan dijadikan penderitaan. Pendidikan harus menjadi sesuatu yang membahagiakan," papar menteri kelahiran Kuningan, Jawa Barat itu. Anies menuturkan sangat mengerikan jika dalam proses pendidikan terjadi program-program yang membuat siswa menjadi menderita. Termasuk program unas, yang setiap tahun dikabarkan selalu membuat siswa cemas. (wan)
BACA JUGA: Siswa Terpaksa Belajar Bergantian
BACA ARTIKEL LAINNYA... Surabaya Penentu Unas Online
Redaktur : Tim Redaksi