JAKARTA--Indonesia sepakat untuk tidak mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan pembuatan senjata. Sebagai kompensasi atas sikap itu pemerintah mendapatkan komitmen dari lembaga berwenang di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi baru.
Menteri Luar Negeri, Marty M Natalegawa, mengatakan komitmen tersebut sejalan dengan keinginan negara-negara di Asean terhadap pemusnahan senjata nuklir. Pihaknya butuh dukungan nyata dari negara lain di luar kawasan agar tercipta kedamaian di seluruh dunia.
Menurut Marty ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merealisasikan keinginan itu khususnya di kawasan Asean. Di antaranya implementasi nasional terkait ketentuan hukum international. "Meningkatkan berbagai upaya untuk mendorong aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir kepada protokol Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ), sinergi antara organisasi di bidang keamanan nuklir baik di tingkat regional maupun global," ujarnya saat membuka Regional Seminar on Maintaining a Southeast Asia Region Free of Nuclear Weapons di Jakarta, Selasa (12/2).
Sinergi dimaksud antara lain dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau badan tenaga atom international di bawah PBB dan Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty Organization (CTBTO), lembaga yang lebih fokus pada pengembangan teknologi nuklir non senjata.
Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Najib, yang juga pembicara utama dalam seminar regional itu mengatakan Indonesia, baik pemerintah maupaun parlemen, sudah memutuskan Indonesia tidak akan mengembangkan kemampuan teknologi nuklir yang dimiliki untuk senjata nuklir. "Tetapi untuk tujuan damai seperti energi,kesehatan, pertanian, peternakan, atau hal lain yang bermanfaat untuk manusia dan kemanusiaan," ungkapnya.
Najib yang juga menjabat sebagai Chairman of the Parliamentary Caucus for Mid-East itu menegaskan Indonesia sudah rela melepas keinginan memiliki senjata nuklir. Tetapi tentu harus dikapitalisasi untuk mendapatkan konmpensasi dari negara lain khususnya negara-negara yang punya mimpi sama dengan Indonesia agar dunia aman tanpa nuklir. "Bahkan kita bersyukur bisa memengaruhi negara-negara Asean untuk tetapkan kawasan Asia Tenggara ini sebagai kawasan bebas senjata nuklir," ucapnya.
Apresiasi dari CTBTO dinilai sebagai salah satu kompensasi. Organisasi bermarkas di Wina, Austria, itu siap untuk melakukan transfer teknologi baik melalui forum resmi maupun berupa bantuan teknis. Najib mengatakan mereka bisa memberikan banyak bantuan teknologi maupun pelatihan pembinaan sumber daya manusia.
"Karena mereka punya kompetensi dan peralatan-peralatan canggih. Mereka punya alat sangat canggih sekali, ini bisa digunakan untuk keperluan memantau bencana alam; banjir, badai, tsunami, gunung meletus," paparnya.
Secara bertahap, kata Najib, sudah mulai terealisasi di Indonesia meskipun belum di banyak tempat. Diupayakan dilakukan secara konsisten sehingga menjangkau semua wilayah. Urusan teknisnya dilakukan bersama lembaga kompeten di Indonesia seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Hal ini dinilai penting untuk terus dilakukan karena sebagai negara berpenduduk banyak dan memiliki penguasaan teknologi, ada kebutuhan yang tinggi. "Saat ini dan ke depan keperluan energi sudah tak terhindarkan. Di Korea dan Jepang misalnya sudah tergantung energi nuklir sebab dibanding minyak dan gas, ini lebih ramah lingkungan dan murah. Memang masih banyak yang mengaitkan dengan senjata sehingga masyarakat kita masih banyak yang menolak," ucapnya.
Sebaliknya, Indonesia sampai saat ini di dalam pengembangannya dibanding negara lain dinilai lamban. Semestinya Indonesia sudah mulai melangkah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Maka sudah saatnya kita alokasikan anggaran, paling tidak untuk 5 sampai 10 tahun karena ini proyek multiyear," pikir politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Teknologi nuklir saat ini menurutnya sudah lebih canggih dan terus diupayakan semakin aman. Sudah memasuki teknologi generasi keempat yang dikenal dengan teknologi Water Jacket. Seandainya terjadi musibah, teknologi ini menciptakan semacam hujan di dalamnya. "Dulu kan mengandalkan kubah beton. Sekarang ditambah water jacket Jadi reaksi berantai itu akan berhenti kalau kena air.
Artinya manusia akan terus mencari teknologi baru yang lebih aman untuk sesuatu yang bermanfaat Seperti listrik kan masih saja ada yang kebakaran gara-gara listrik. Tetapi kan penggunaan listrik tidak berhenti," ulasnya.(gen)
Menteri Luar Negeri, Marty M Natalegawa, mengatakan komitmen tersebut sejalan dengan keinginan negara-negara di Asean terhadap pemusnahan senjata nuklir. Pihaknya butuh dukungan nyata dari negara lain di luar kawasan agar tercipta kedamaian di seluruh dunia.
Menurut Marty ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merealisasikan keinginan itu khususnya di kawasan Asean. Di antaranya implementasi nasional terkait ketentuan hukum international. "Meningkatkan berbagai upaya untuk mendorong aksesi negara-negara pemilik senjata nuklir kepada protokol Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ), sinergi antara organisasi di bidang keamanan nuklir baik di tingkat regional maupun global," ujarnya saat membuka Regional Seminar on Maintaining a Southeast Asia Region Free of Nuclear Weapons di Jakarta, Selasa (12/2).
Sinergi dimaksud antara lain dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau badan tenaga atom international di bawah PBB dan Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty Organization (CTBTO), lembaga yang lebih fokus pada pengembangan teknologi nuklir non senjata.
Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Najib, yang juga pembicara utama dalam seminar regional itu mengatakan Indonesia, baik pemerintah maupaun parlemen, sudah memutuskan Indonesia tidak akan mengembangkan kemampuan teknologi nuklir yang dimiliki untuk senjata nuklir. "Tetapi untuk tujuan damai seperti energi,kesehatan, pertanian, peternakan, atau hal lain yang bermanfaat untuk manusia dan kemanusiaan," ungkapnya.
Najib yang juga menjabat sebagai Chairman of the Parliamentary Caucus for Mid-East itu menegaskan Indonesia sudah rela melepas keinginan memiliki senjata nuklir. Tetapi tentu harus dikapitalisasi untuk mendapatkan konmpensasi dari negara lain khususnya negara-negara yang punya mimpi sama dengan Indonesia agar dunia aman tanpa nuklir. "Bahkan kita bersyukur bisa memengaruhi negara-negara Asean untuk tetapkan kawasan Asia Tenggara ini sebagai kawasan bebas senjata nuklir," ucapnya.
Apresiasi dari CTBTO dinilai sebagai salah satu kompensasi. Organisasi bermarkas di Wina, Austria, itu siap untuk melakukan transfer teknologi baik melalui forum resmi maupun berupa bantuan teknis. Najib mengatakan mereka bisa memberikan banyak bantuan teknologi maupun pelatihan pembinaan sumber daya manusia.
"Karena mereka punya kompetensi dan peralatan-peralatan canggih. Mereka punya alat sangat canggih sekali, ini bisa digunakan untuk keperluan memantau bencana alam; banjir, badai, tsunami, gunung meletus," paparnya.
Secara bertahap, kata Najib, sudah mulai terealisasi di Indonesia meskipun belum di banyak tempat. Diupayakan dilakukan secara konsisten sehingga menjangkau semua wilayah. Urusan teknisnya dilakukan bersama lembaga kompeten di Indonesia seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Hal ini dinilai penting untuk terus dilakukan karena sebagai negara berpenduduk banyak dan memiliki penguasaan teknologi, ada kebutuhan yang tinggi. "Saat ini dan ke depan keperluan energi sudah tak terhindarkan. Di Korea dan Jepang misalnya sudah tergantung energi nuklir sebab dibanding minyak dan gas, ini lebih ramah lingkungan dan murah. Memang masih banyak yang mengaitkan dengan senjata sehingga masyarakat kita masih banyak yang menolak," ucapnya.
Sebaliknya, Indonesia sampai saat ini di dalam pengembangannya dibanding negara lain dinilai lamban. Semestinya Indonesia sudah mulai melangkah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Maka sudah saatnya kita alokasikan anggaran, paling tidak untuk 5 sampai 10 tahun karena ini proyek multiyear," pikir politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Teknologi nuklir saat ini menurutnya sudah lebih canggih dan terus diupayakan semakin aman. Sudah memasuki teknologi generasi keempat yang dikenal dengan teknologi Water Jacket. Seandainya terjadi musibah, teknologi ini menciptakan semacam hujan di dalamnya. "Dulu kan mengandalkan kubah beton. Sekarang ditambah water jacket Jadi reaksi berantai itu akan berhenti kalau kena air.
Artinya manusia akan terus mencari teknologi baru yang lebih aman untuk sesuatu yang bermanfaat Seperti listrik kan masih saja ada yang kebakaran gara-gara listrik. Tetapi kan penggunaan listrik tidak berhenti," ulasnya.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 44 Ribu Honorer K1 Kantongi NIP
Redaktur : Tim Redaksi