Kemegahan Istana di Atas Air

Senin, 11 Juni 2012 – 21:22 WIB

Warsawa tidak hanya memiliki puluhan museum dengan berbagai macam koleksi. Untuk melepas penat, warga ibu kota Polandia itu bisa berkunjung ke Taman Lazienki. Bukan hanya pusat botani, taman seluas hampir 80 hektare ini juga menyimpan bermacam peninggalan sejarah.

Setelah mencapai puncak keramaian pada Jumat lalu (8/6), kota Warsawa berangsur normal. Stadion Narodowy, atau yang dikenal sebagai Stadion Nasional Warsawa baru menghelat pertandingan lagi pada Selasa besok (12/6) atau Rabu dini hari WIB antara tuan rumah Polandia melawan Rusia. Karena itu, pada akhir pekan, banyak warga menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi Lazienki Park.
   
Apalagi, ini adalah musim panas, momen paling tepat menikmati aktivitas outdoor seperti di Lazienki. Di berbagai informasi travel, taman Lazienki dikenal atas Palace on the Isle-nya, alias Istana di atas air. Tidak salah kalau istana dari pualam putih ini menjadi perhatian utama, karena memang sangat indah. Tapi, sejatinya Lazienki Park menyimpan lebih dari itu.
   
Ya, sebagai taman dengan luas hampir 80 hektare, banyak sekali yang bisa dilihat di sini. Rasanya tidak akan habis dijelajahi dalam satu hari. Apalagi jika ingin menikmati bagian-bagiannya satu per satu.
   
"Taman ini sudah ada sejak abad ke-12 atau 13, tidak begitu jelas. Namun, bangunan-bangunan di dalamnya dibangun bertahap antara abad ke-17 hingga 18," jelas Joanna Lewandowska, salah satu manajer pengelola Lazienki. "Palace on the Isle, atau oleh orang Polandia disebut Palac na Wyspie, dibangun paling akhir. Menjadi kediaman musim panas Raja Stanislaw August," paparnya.
   
Joanna mengatakan taman sudah direnovasi besar-besaran akibat kerusakan selama Perang Dunia II. Karena itu, ada bangunan-bangunan baru yang ditambahkan di sana-sini. Tapi, masih banyak juga yang asli peninggalan dari abad ke-18.
   
Masuk kompleks taman ini tidak perlu bayar. Begitu masuk, pengunjung bisa memilih. Masuk mampir ke Old Orangery (berisi semacam auditorium dan teater) yang kini menjadi museum, atau bablas ke Monumen Chopin. Selain rombongan tur sekolah, biasanya pengunjung akan langsung menuju monumen.
   
Monumen musisi terkenal ini berdiri megah di tengah padang rumput berbentuk lingkaran. Ada bangku taman di sisi-sisinya. Biasanya, taman ini di sekeliling monumen ini penuh bunga warna-warni. Selama bulan Mei hingga September, tiap Minggu digelar konser komposisi-komposisi karya Chopin. Semua bisa menikmatinya gratis pula.
   
Berjalan lebih dalam lagi, rasanya seperti masuk hutan. Pepohonan subtropis dengan daun-daun yang rapat memenuhi taman. Jalan aspal kecil yang dibangun jadi sejuk dan teduh. Tapi begitu masuk kompleks istana, pepohonan semakin jarang, digantikan padang rumput hijau dan danau-danau yang menyegarkan mata.
   
Sebelum mencapai istana di atas air, pengunjung akan melewati Myslewicki Palace, sebuah istana mungil berdesain klasik, White Pavilion (tempat tinggal istri raja), serta sebuah amphiteater berdesain romawi klasik, tempat raja biasa menyaksikan pertunjukan. Dari amphieteatr ini, keindahan Palace on the Isle tampak jelas.
   
Istana ini sejatinya tidak benar-benar di atas air. Dia dibangun di ujung sebuah danau yang sangat luas. Dari jauh, memang seolah-olah mengambang di atas danau. Begitu indahnya pemandangan di sekitarnya sehingga sering digunakan sebagai lokasi pemotretan pre-wedding. Saat Jawa Pos berkunjung ke sana Sabtu lalu (9/6), tak kurang dari lima pasangan difoto untuk pre-wed.  
   
Dari pinggir danau, pengunjung bisa memberi makan angsa dan bebek-bebek yang berenang-renang jinak. Banyak pula burung dara, tupai, bahkan burung merak! Saking terbiasanya dengan manusia, hewan-hewan ini tenang-tenang saja lewat sela pengunjung. "Anak-anak senang sekali memberi makan tupai dan burung merak. Mereka semacam hewan langka kan?" kata Joanna.
   
Bagian dalam Palace on the Isle sendiri secara arsitektur mencerminkan perpaduan gaya. Ada sentuhan romawi klasik, Belanda, bahkan gaya Tiongkok. Dia menyimpan lukisan, medali, dan plakat-plakat yang diambil dari Kiev. "Ketika istana ini dijual kepada Kaisar Rusia di pertengahan abad ke-18, banyak koleksinya diboyong ke Rusia. Kami mengambilnya kembali," tegas Joanna. (na)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fans Beraksi, Jerman Terancam Sanksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler