Kemendikbud Minta Guru Tidak Paksakan Ketuntasan Kurikulum

Kamis, 18 Juni 2020 – 11:31 WIB
Dirjen GTK Iwan Syahril. Foto: Humas Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Iwan Syahril meminta para guru tidak memaksakan penuntasan kurikulum.

Pembelajaran yang diberikan guru pada masa pandemi COVID-19 harus menyesuaikan dengan kemampuan murid.

BACA JUGA: Mapel Agama Bakal Dilebur dengan PKN? Ini Penjelasan Kemendikbud

"Ini menjadi poin utama saat penyesuaian kurikulum, tidak perlu dituntaskan dan jangan dipaksakan," tegas Iwan, Kamis (18/6).

Dia menambahkan, konteks kurikulum ada dua yakni dari murid dan guru.

BACA JUGA: Kemendikbud Siapkan Modul PJJ Selama Masa Pandemi COVID-19

Dalam hal ini, relasi kurikulum dengan kebutuhan siswa harus selalu terjadi dan aktif, maka pada situasi COVID-19 kurikulum menjadi sebuah hal yang perlu disesuaikan dengan keadaan.

“Jadi kurikulum apa pun yang disederhanakan atau tidak, tetap saja seorang pendidik harus selalu berinteraksi sehingga pembelajaran harus disesuaikan dengan konteks sekolah dan murid berada,” ujarnya.

BACA JUGA: Realokasi Anggaran Kemendikbud Rp 450 M untuk Perkuat RSP dan FK

Menurutnya, interaksi yang dinamis antara guru dan siswa tetap dibutuhkan karena interaksi ini tidak bisa berjalan sendiri.

Oleh karena itu, kata Iwan, perlu bantuan dari komunitas seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk berdiskusi agar mendapat ide baru dalam menjalankan pembelajaran di era pandemi.

“Dengan demikian, guru mendapat ide baru untuk bisa menerjemahkan ide-ide materi dalam pembelajaran,” ungkapnya.

Iwan juga mengatakan dalam menentukan skema pembelajaran jarak jauh (PJJ), para guru harus menggunakan asesmen atau penilaian.

Misalnya, untuk siswa kelas empat sebelum memasuki materi guru dapat mengulangi terlebih dahulu materi kelas sebelumnya, sehingga akan membantu guru dalam mengajar sesuai dengan kondisi anak.

“Asesmen ini dilakukan agar para guru bisa melihat kondisi tahun ajaran baru ini, kemampuan siswa ada di level mana, dan para guru perlu menjemputnya. Ini perlu diferensiasi, jadi asesmen bisa simpel. Materi kelas sebelumnya bisa digunakan untuk tes kondisi murid seperti apa,” tandasnya. (esy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler