jpnn.com - MADIUN - Sebanyak 300 orang memadati pendopo Padepokan Seni Kirun, Kota Madiun, Sabtu (22/10). Mereka merupakan peserta ruwatan massal atau sukerto pada Gelar Budaya Suroan Purnama Sura yang diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjenbud Kemendikbud) dengan Padepokan Seni Kirun.
Ruwatan merupakan ritual menghilangkan hambatan atau sukerto di dalam diri seseorang. Sri Hartini, selaku Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Ditjenbud, menjelaskan keterkaitan ritual ruwat sebagai rangkaian peringatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1438 Hijriyah.
BACA JUGA: Satu Miliar Shalawat Nariyah Dibacakan Serentak
“Bagi masyarakat Indonesia, terdapat peringatan Tahun Baru Hijriyah atau Suro yang sangat berbeda perayaannya dengan tahun baru di tahu masehi,” jelasnya.
Ketika merayakan Tahun Baru Suro, masyarakat Indonesia selalu berusaha merekatkan hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. “Di sinilah ruwat hadir sebagai bentuk perenungan agar mencapai penyucian baik di dunia maupun akhirat,” terangnya.
BACA JUGA: Kemenhub Buat Gerakan Setop Pungli
Ruwatan bisa sekaligus menjaga tradisi bangsa Indonesia. Ada kekayaan budaya dan kearifan lokal yang mengerucut di dalam kehidupan bangsa jadi Pancasila dan ideologi negara terakumulasi dalam nilai kehidupan.
Pemimpin Padepokan Seni Cak Kirun, mengungkapkan antusiasme masyarakat tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Ini di Padepokan Kirun sudah terlaksana delapan kali, dan kali ini yang terbanyak, sampai 300 sukerto, kemarin-kemarin hanya 100-an,” ungkapnya.(esy/jpnn)
BACA JUGA: Demo Menentang Ahok Meluas, Pengurus FPI Ucapkan Hamdalah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat: Apa Maksud Jokowi Kirim Jaksa Agung Periksa SBY?
Redaktur : Tim Redaksi