Kemendikbudristek Restorasi Sederet Film Lawas, Kali Dr. Samsi

Rabu, 20 Desember 2023 – 10:06 WIB
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) segera meluncurkan film hitam putih hasil restorasi berjudul Dr. Samsi. Foto: dok Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) segera meluncurkan film hitam putih hasil restorasi berjudul Dr. Samsi produksi 1952.

Film Dr. Samsi besutan Ratna Asmara adalah salah satu film bermateri seluloid 35mm yang tersimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia dengan kondisi yang nyaris punah dan tidak lengkap.

BACA JUGA: Kemendikbud Libatkan 15 Ribu Pemain untuk Restorasi Film Kereta Api Terakhir 

Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek menyatakan harus segera melakukan tindakan restorasi sebagai bentuk penyelamatan dari format seluloid ke format digital yang lebih modern.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan restorasi dan peluncuran kembali film Dr. Samsi diharapkan dapat menambah kekayaan arsip dan penyelamatan materi yang selama ini pernah menjadi catatan kejayaan sinema nasional.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Rilis Fitur Baru untuk Kinerja ASN Guru & Kepsek, Berlaku Awal 2024

Menurutnya, pengarsipan dan restorasi film ini menjadi salah satu kerja nyata Kemendikbudristek menghargai peran para sutradara sekaligus karya-karyanya dalam membangun industri perfilman di Indonesia.

"Kegiatan pengarsipan dan penyelamatan film-film kolosal yang pernah berjaya sudah dilakukan sejak 2019 melalui pendataan dan pemetaan judul sinema dengan materi pita seluloid di seluruh Indonesia. Dari situ kemudian dilakukan kurasi dengan beberapa kriteria,” ujar Mahendra, di Jakarta, Rabu (13/12).

Mahendra melanjutkan film-film masa lampau yang telah didata dan memenuhi kriteria itu diarsip dan diselamatkan melalui alih teknologi dari format seluloid ke digital (restorasi).

Adapun Film Dr. Samsi bercerita mengenai perjalanan emosional seorang dokter bernama Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan seorang perempuan bernama Sukaesih.

Anak tersebut diberi nama Sugiat dan lantas makin tumbuh besar. Sugiat tumbuh dewasa dan menjadi pengacara tanpa mengetahui kebenaran ibu kandungnya.

Saat Sugiat pulang ke Indonesia dari sekolah hukum di luar negeri, ia harus menangani kasus Sukaesih yang dituduh membunuh suaminya sendiri bernama Leo.

“Film yang diproduksi 1952 ini menjadi penanda penting perkembangan industri sineas Indonesia yang tetap relevan hingga kini," kata Mahendra.

Dia menilai dari film ini memberikan inspirasi ke pegiat sinema sekarang untuk menjelajahi tema-tema universal menggugah hati,” tutup Mahendra.

Ratna Asmara (1913-1968) dikenal sebagai seorang sutradara perempuan pertama di Indonesia dan perempuan berbakat yang kerap membawa nuansa eksploratif ke setiap adegan karya ciptaannya.

Ratna juga cukup sering melibatkan alur cerita dengan visual yang indah serta narasi yang kaya.

Setiap karya Ratna Asmara tidak hanya mencerminkan kepiawaian dalam pengarahan, tetapi juga menyajikan warisan budaya yang kaya dalam sejarah perfilman Indonesia. Dengan begitu film-filmnya selalu menyajikan ciri khas kekayaan budaya nasional untuk disaksikan publik.(mcr10/jpnn)

Sampai saat ini, Kemdikbudristek telah melakukan restorasi sebanyak empat judul film yaitu:

1) Darah dan Doa (The Long March), karya Usmar Ismail, produksi 1950 dan di restorasi pada 2013

2) Pagar Kawat Berduri, karya Asrul Sani, produksi 1961 dan di restorasi pada 2017

3) Bintang Ketjil, karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, produksi 1963 dan di restorasi pada 2018

4) Kereta Api Terakhir, karya Mochtar Soemodimedjo, produksi 1981 dan di restorasi pada 2019.


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler