jpnn.com, JAKARTA - Juru bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi buka-bukaan terkait hal yang menjadi tantangan terbesar dalam penanganan COVID-19, terutama terkait vaksin.
Menurutnya tantangan terbesar yakni penyebaran hoaks dan misinformasi terkait vaksin dan COVID-19.
BACA JUGA: Ingin Tunda Pemilu 2024 ke 2027? Siap-siap Hadapi 2 Risiko
"Kendala terbesarnya adalah misinformasi dan hoaks."
"Seiring dengan informasi yang kami berikan, hoaks dan misinformasi juga makin banyak."
BACA JUGA: Tumpas Benih-Benih Pendukung Taliban di Indonesia!
"Saat ini informasi salah atau hoaks terkait vaksin ada 1.300. Ini adalah sebuah tantangan," ujar dr. Nadia dalam jumpa pers daring, Senin (23/8).
Menurut dokter Nadia hoaks dan misinformasi muncul secara timbul-tenggelam.
BACA JUGA: Banyak Banget Pelamar CPNS tak Lolos Administrasi Ajukan Sanggahan
Karena itu penting bagi masyarakat untuk lebih jeli dan kritis dalam menerima, hingga menyebarkan sebuah informasi.
"Ini adalah tantangan utama, agar masyarakat mau cek beritanya hoaks atau tidak," kata dia.
Dokter Nadia melanjutkan, isu yang paling banyak diangkat di narasi hoaks terkait vaksinasi adalah mengenai efek samping.
"Misalnya setelah vaksin malah menjadi lumpuh, meninggal dunia, sampai tubuh tertanam chip, dan lainnya."
"Kalau (hoaks/misinformasi) terkait COVID-19 banyak sekali, terutama soal obat-obatan COVID-19 dan setelah vaksinasi seperti air kelapa, susu kaleng, minyak kayu putih, dan lainnya."
"Ada juga soal COVID-19 adalah penyakit seperti flu dan tidak perlu masker. Ini misleading jika kemudian masyarakat membaca hal tersebut," katanya.
Menurut dokter Nadia, hoaks dan informasi salah dapat menciptakan keraguan masyarakat untuk mengikuti vaksinasi.
"Ini membuat masyarakat ragu-ragu, karena edukasi dan sosialisasi yang belum sampai dan tidak tahu harus bertanya ke mana," katanya.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang