jpnn.com - KEMENTERIAN Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menganggap PSSI membuat terminologi sendiri terkait kondisi force majeure.
Deputi V Kemenpora Gatot S Dewobroto menyebutkan, force majeure ditulis jelas di statuta PSSI terkait kondisi yang benar-benar luar biasa. Tapi, untuk kasus PSSI, kondisi kahar atau force majeure yang mereka nyatakan, sejatinya bisa dihindari.
BACA JUGA: Menpora Sebut Tim Transisi Bakal Penuh Kejutan
"Kondisi kahar itu ya jelas disebut perang, bencana alam, dan sejenisnya. Jangan di balik, kondisi kahar itu sebenarnya karena PSSI sendiri. Itu bisa dihindari, tapi PSSI memilih mengkondisikan dirinya seperti itu. Logikanya jangan di balik," katanya, Minggu (3/5).
Kemenpora paham betul kondisi ini memang dibuat sedemikian rupa oleh PSSI agar pihak pemerintah dianggap salah. Strategi yang diterapkan PSSI sejauh ini mampu membenturkan pemerintah dengan klub, pemain dan suporter.
BACA JUGA: Gol Tunggal Aguero Bawa City Kunci 4 Besar
"PSSI lebih memilih menghentikan kompetisi. Menganggap kompetisi posisinya kalah penting dengan Arema Cronus dan Persebaya," terangnya.
Memang, PSSI ngotot memainkan Arema Cronus dan Persebaya meskipun keduanya masih bermasalah dari sisi legalitas. Ulah itu akhirnya membuat PSSI diperingatkan. Sayang, mereka tak menggubris dan abai sampai akhirnya muncul pembekuan kegiatan PSSI.(dkk/jpnn)
BACA JUGA: Napoli Bikin Milan Lupakan Liga Europa
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diimbangi Atalanta, Lazio Melorot ke Posisi Ketiga
Redaktur : Tim Redaksi