jpnn.com, JAKARTA - Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Tommy Nugraha menyampaikan kapulaga memiliki prospek yang luar biasa.
Apalagi kondisi pandemi seperti ini, kapulaga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat peningkat imun.
BACA JUGA: 6 Manfaat Minum Teh Kapulaga yang Semakin Membuat Anda Menyukainya
“Kapulaga menurut saya adalah tanaman yang diam-diam menghanyutkan. Jarang sekali terdengar pemberitaannya di televisi maupun informasi di lapangan, namun kapulaga ini prospeknya luar biasa,” ujar Tommy.
Tommy mengatakan ekspor kapulaga dalam kurun 2018 hingga 2020 meningkat luar biasa.
BACA JUGA: 5 Manfaat Kapulaga yang Harus Anda Ketahui, Nomor 3 Baik untuk Jantung
Hal ini menunjukkan komoditas ini memiliki prospek yang luar biasa baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.
Belakangan ini banyak sekali pelaku usaha memakai kapulaga sebagai bahan baku industri.
BACA JUGA: Kementan Pacu Produksi Kapulaga Sebagai Tanaman Obat
Beberapa negara tujuan ekspor seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Jepang.
Pasar luar negeri masih terbuka lebar karena tidak banyak negara yang memproduksi kapulaga.
Tomy berharap melihat potensi tersebut budidaya kapulaga banyak diminati masyarakat.
"Pemerintah, petani dan pelaku usaha bisa saling berdiskusi sekaligus memberikan ide dan gagasan agar pengembangannya lebih besar lagi,” tambah Tommy.
Peneliti Ahli Madya di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Chevy Syukur mengatakan, dalam berbudidaya ada 3 tiga faktor yang harus diperhatikan, yakni benih, pelaksanaan teknis budidaya dan proses pascapanen.
Ketiga faktor inilah yang akan menentukan hasil akhir produk yang dibudidayakan.
Untuk budidaya kapulaga, Chevy mengatakan sangatlah dianjurkan untuk melakukan penyiapan lahan dengan cara yang dapat memperbaiki dan memelihara struktur tanah serta dapat menekan laju erosi.
“Tanaman kapulaga ini sangat tidak menginginkan genangan air di permukaan yang menyebabkan pembusukkan bunga-bunga yang akan tumbuh di permukaan sekitar tanaman,” terang Chevy.
Chevy menyampaikan di sekitar tanaman kapulaga diperlukan adanya tanaman naungan seperti pisang, albasia, mahoni, manggis, karet dan lain-lain sebanyak 30 persen.
Salah satu syarat tumbuh tanaman kapulaga adalah lahan memiliki ketinggian 300-800 meter dpl dengan suhu 20-30 derajat Celcius.
Panen buah kapulaga yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur tujuh bulan.
Panen kapulaga dapat dilakukan secara rutin dan berkala sampai tanaman tidak produktif lagi, yaitu pada umur 5 hingga 6 tahun.
Keuntungan budidaya kapulaga telah dirasakan Direktur PT Kapolaga Berkah Pangandaran Kunkun Herwanto.
Kunkun menuturkan pengembangan kapulaga di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat ini tidak terganggu dengan kondisi pandemi.
Bahkan, harga kapulaga sempat tembus angka Rp 340 ribu per kilogram.
“Alasan memilih tanaman kapulaga sebagai komoditas yang dikembangan karena memang biaya produksinya sangat rendah," kata Kunkun.
Untuk modal awal bertanam untuk luasan 1 hektare dibutuhkan Rp 38 juta.
Panen basah 10 ribu kg dikalikan harga Rp 10 ribu per kg menghasilkan Rp 100 juta sehingga apabila dikurangi modal maka perolehan laba senilai Rp 61 juta.
Untuk panen kering menghasilkan 2500 kg apabila dihargai Rp 90 ribu per kg bisa mencapai keuntungan kotor Rp 225 juta.
"Jika dikurangi modal maka keuntungan normal bisa mencapai Rp 185 juta,” terangnya.
Selain bernilai ekonomi tinggi, tanaman ini tidak mengganggu tanaman lain karena kapulaga ini bukan tanaman monokultur sehingga sangat cocok dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari.
“Kapulaga juga tidak sekali panen. Panen kapulaga bisa beberapa kali sehingga keuntungannya jangka panjang,” pungkas Kunkun. (mrk/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi