jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyatakan pihaknya menggenjot lahirnya petani milenial lewat sejumlah program.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi keynote speaker webinar, mewakili Mentan SYL pada Webinar Nasional dalam rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis (12/8) pagi. Tema yang diangkat adalah Pertanian dan Petani Milenial Menuju Era Society 5.0.
BACA JUGA: Kementan Bidik Pengembangan Pisang Mas Kirana, Menguntungkan dan Berprospek Ekspor
"Oleh karena itu, kami genjot lahirnya petani milenial melalui sejumah program, seperti pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, PWMP, program YESS, Kostratani, juga Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA)," tuturnya.
Dedi menyampaikan sejumlah data yang menyebabkan regenerasi harus dilakukan.
BACA JUGA: Kementan Ajak Petani Tanam Bawang Merah Biji TSS, Menguntungkan dan Berprospek Ekspor
"Secara usia, saat ini pertanian Indonesia banyak diisi petani dengan rentang usia 45 hingga 54 tahun. Ini petani-petani yang akan segera memasuki masa kolotnial. Tidak sedikit juga petani yang berusia 55-64 tahun, bahkan 65 tahun ke atas," katanya.
Menurut Dedi, jika tidak dipersiapkan regenerasi sejak awal, maka Indonesia akan kekurangan petani.
BACA JUGA: Ekspor Meningkat Tajam, Menko Airlangga Ajak Masyarakat Ikut Mencintai Buah Nusantara
Berdasarkan pendidikan, petani Indonesia sebagian besar hanya mengenyam pendidikan di tingkat SD. Dedi Nursyamsi juga menyebut banyak tantangan yang akan dihadapi para petani milenial.
"Tantangannya antara lain jumlah rumah tangga petani dalam 10 tahun terakhir berkurang sebanyak 5 juta, 61 persen petani kita saat ini berusia di atas 45 tahun atau sudah mulai memasuki usia yang tidak produktif, kemudian banyak anak muda masih menilai pertanian itu kumuh, miskin, tidak keren. Menurunnya jumlah petani bisa mengancam upaya Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan," katanya.
Oleh karena itu, Kementan juga mendorong potensi yang dimiliki milenial. Sebab milenial dibutuhkan untuk meneruskan pembangunan pertanian.
"Selain itu, kemajuan teknologi 4.0 membutuhkan SDM yang bisa bersaing. Dan 4.0 adalah eranya generasi milenial. Petani milenial juga diharapkan mampu berinovatif, menghadirkan pemikiran kreatif untuk mendukung pertanian, serta mampu memanfaatkan ketersediaan lahan," paparnya.
Untuk mendukung hal tersebut, Kementan menghadirkan sejumlah kegiatan, seperti Bimtek Petani Milenial di Jombang, Milenial Smart Farming di Kabupaten Bandung, juga Fasilitasi Kemitraan Petani Milenial-Kerja sama dengan PT Tsamarot, dan masih banyak lagi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan regenerasi petani adalah sebuah keniscayaan.
"Masa depan pertanian Indonesia ada di anak-anak muda, para generasi milenial. Mereka yang nantinya akan memberikan perubahan serta mengangkat pertanian kita ke arah yang lebih baik lagi. Untuk itu, Kementan akan terus mengupayakan lahirnya banyak petani milenial," kata SYL. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia