jpnn.com, JAKARTA - Kemeterian Pertanian terus mendorong daya saing produksi, produktivitas, akses pasar, logistik produk hortikultura sekaligus meningkatkan nilai tambah produk untuk kesejahteraan petani.
Salah satunya dengan sistem pertanian modern yang ramah lingkungan.
BACA JUGA: Sip! Pak Jokowi Dukung Kementan, Pelatihan Petani Milenial Digenjot
Upaya pencapaian ini dilakukan dengan tiga strategi meliputi pengembangan kampung hortikultura, penumbuhan UMKM serta digitalisasi hortikultura. Pada 2021 ini, Kementan menargetkan penumbuhan 200 UMKM hortikultura.
Guna mewujudkan hal tersebut, sesuai arahan Menteri Pertanian menginstruksikan agar bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat harus tetap berjalan sekalipun di masa pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Kementan Beberkan Cara Manjur Mengembangkan Produksi Jeruk, Ada Kuncinya...
Peserta bimtek juga terjalin jejaring bisnis antar peserta khususnya produk hortikultura.
"Untuk itu informasi dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha hortikultura terkait teknologi coating dan pengemasan dilakukan untuk mendukung upaya tersebut,” ujar Prihasto dalam webinar bertajuk Mendongkrak Bisnis Hortikultura Segar Melalui Teknologi Coating dan Pengemasan, Selasa (3/8).
BACA JUGA: Kemendes Bidik Desa Wisata Jadi Pemicu Perekonomian Perdesaan
Virtual literacy yang menyedot 2800 peserta via zoom meet dan YouTube ini, disadari oleh kenyataan bahwa masyarakat menyukai produk yang selalu fresh dan mempunyai penampilan yang menarik. Kesegaran produk menjadi poin penting khususnya produk buah dan sayur. Dengan tampilan yang segar, konsumen dapat merasakan kenikmatan buah matang pohon dengan kesegaran yang hampir sama saat buah baru dipetik
“Dengan kesegaran yang bertahan lama, pedagang buah dan sayur dapat memperluas pasar penjualnya, tidak hanya di dalam pulau tapi bisa sampai ke luar pulau. Menggunakan suhu dingin, bahkan bisa mencapai ekspor,” terang Prihasto.
Produk hortikultura memiliki beberapa tantangan tersendiri di antaranya inkonsistensi aspek mutu produk dan supply, minim sentuhan teknologi dan biaya logistik yang mahal. “Belum termasuk diplomasi perdagangan internasional lemah dan produk yang belum didesain mengacu permintaan pasar,” lanjutnya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura, Bambang Sugiharto mengatakan suatu nilai tambah komoditas hortikultura adalah semua hal terkait pengolahan, pengangkutan ataupun pascapanen dalam suatu produksi.
"Peningkatan nilai tambah sangat berpengaruh terhadap daya saing suatu produk yang terdiri dari peningkatan mutu produk development pemanfaatan teknologi yang kompetitif,” ujar Bambang.
Dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Petanian IPB, Emmy Darmawat mengatakan daya saing buah dan sayuran secara umum terletak pada mutu tampilan, rasa, mutu nutrisi serta aman dikonsumsi.
"Jika awal pemanenan, semua unsur di atas tersedia. Lalu bagaimana jika usai panen? Secara umum lapisan lilin pada buah akan berkurang dan lamban laun membusuk,” ujar Emmy.
Secara alami, lanjut Emmy, buah dan sayuran akan layu dan membusuk dikarenakan proses respirasi (perombakan secara oksidasi) dan transpirasi (air keluar melalui stomata).
Kondisi ini dapat dicegah dengan memberikan lapisan produk dengan bahan yang aman dimakan (edible coating). Beberapa bahan yang dapat digunakan di antaranya polisakarida, protein, lemak (lipid), resin serta komposi dengan bahan tambahan semisal antimikroba, antioksidan, anti browning, flavor, dan pewarna. Pengaplikasiannya bisa dilakukan dengan direndam, disemprot dan dikuas.
Dengan adanya teknologi coating, risiko food loss dan food waste dapat dikurangi. Salah satu produk yang direkomendasikan untuk mempertahankan kesegaran produk buah dan sayur adalah Chitasil Edible Coating berbasis alam (chitosan).
“Kami telah bekerja sama dengan lebih dari 20 perusahaan dan kelompok tani hortikultura. Dengan keunggulan bahan alami yang dimiliki berdasarkan standar keamanan dan kesehatan produk, resiko food loss dan food waste bisa turun hingga 1750 ton,”ujar CEO PT BIKI, Hafid Rosidin.
CEO sekaligus founder berusia muda ini menerangkan, dengan treatment pencelupan coating Chitasil Edible Coating selama 1-3 menit pada buah dan sayuran, bisa mempertahankan kesegaran produk lebih baik. Ketahanannya kurang lebih selama satu hingga dua minggu tergantung jenis produk.
"Pengaplikasian lapisan edible coating diyakini mampu mendongkrak bisnis hortikultura segar baik penjualan luar negeri maupun dalam negeri," ujar Hafid. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia