Kementan Siapkan EWS dan Bantuan Pascapanen Antisipasi Gejolak Harga Cabai

Senin, 22 Februari 2021 – 16:12 WIB
Ilustrasi pertanian. Foto: dari Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) sudah menyiapkan sejumlah langkah dalam mengantisipasi melonjaknya harga cabai dalam puncak musim hujan dan iklim basah tahun ini.

Hal ini sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kepada Ditjen Hortikultura Kementan untuk mengendalikan gejolak pasokan dan harga cabai yang terjadi pada beberapa hari terakhir, khususnya cabai rawit.

BACA JUGA: Gagal Panen, Harga Cabai Rawit di Probolinggo Makin Pedas

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto membenarkan hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa berbagai program dan kegiatan stabilisasi pasokan dan harga telah dilakukan oleh Ditjen Hortikultura.

“Kami sampaikan bahwa berbasis early warning system (EWS) aneka cabai yang kami susun hingga lima bulan ke depan memang menunjukkan terjadinya penurunan surplus pada Bulan Februari, namun akan kembali meningkat surplusnya di akhir Maret,” kata Anton sapaan akrabnya saat dihubungi via telepon pada Kamis (18/2).

BACA JUGA: Ikhtiar Makmurkan Petani Melalui KUR Pertanian, Kementan Gandeng Bank Syariah Indonesia

“Selanjutnya, diprediksi akan terjadi panen raya di bulan April sampai Juli,” tegas Anton.

Terkait penjagaan ketersediaan, Anton menyebutkan bahwa Kementan telah memiliki sistem EWS yang dapat memberikan acuan untuk pola tanam.

BACA JUGA: Petani Food Estate: Kami Betul-betul Dikawal Teman-teman dari Kementan

Data EWS tersinkronisasi ke seluruh provinsi di Indonesia yang datanya langsung dari tingkat kecamatan.

Saat ini memang terdapat kondisi yang tidak mampu dikendalikan, yakni faktor alam dan tingginya curah hujan yang terjadi sejak Desember atau fenomena la nina.

Tingginya curah hujan tidak dapat dipungkiri berpengaruh pada proses produksi cabai maupun distribusinya dari wilayah produsen ke wilayah konsumen.

“Hujan juga menyebabkan banjir di beberapa wilayah sentra dan jalur distribusi. Salah satunya di Kabupaten Malang, Lumajang, Nganjuk dan Probolinggo. Lahan cabai di daerah tersebut tergenang akibat hujan yang tidak berhenti sejak Minggu (14/2) malam,” tambah Anton.

Untuk mengatasi gejolak harga cabai, termasuk cabai rawit, Kementan melalui Ditjen Hortikultura telah melakukan usaha pengendalian OPT.

Selain itu, disediakan juga bantuan biaya untuk mendistribusikan produk dari daerah yang sedang panen ke titik-titik pasar yang membutuhkan.

Bantuan tersebut dapat diakses melalui dua cara.

Pertama, petani menggunakan truk ekspedisi, membayar terlebih dahulu, kemudian mengajukan reimburse.
Kedua, jika pengiriman telah direncanakan dapat menghubungi Ditjen Hortikultura untuk dikirimkan truk berpendingin yang akan menjemput produk tersebut dan mendistribusikannya ke pasar tujuan.

Dari sisi pengolahan dan pemasaran pascapanen, Ditjen Hortikultura juga turut memfasilitasi rumah produksi, alat-alat pengering (dome drying), alat pengolahan pasta bawang atau pasta cabai.

Tak sampai di situ, Ditjen Hortikultura turut menyediakan aplikasi penjualan daring (online) produk segar dan olahan secara gratis untuk pelaku agribisnis lewat platform hortitraderoom.com yang dapat diakses bebas bayar. Selain itu pemerintah juga mengajak pihak swasta dan BUMN untuk dapat menyerap produk dari petani. (*/jpnn)

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler