Kementan Sigap Hadapi Perubahan Iklim Lewat Sistem Peringatan Dini & EWS SIPANTARA

Rabu, 25 Oktober 2023 – 12:42 WIB
Kementan menerapkan tiga langkah strategis dalam penanganan dampak perubahan iklim dalam menjaga ketersediaan pangan strategis bagi 270 juta penduduk Indonesia. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menerapkan tiga langkah strategis dalam penanganan dampak perubahan iklim dalam menjaga ketersediaan pangan strategis bagi 270 juta penduduk Indonesia.

Plt. Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa strategi penanganan dampak El Nino dapat dilakukan melalui 3 strategi, yaitu antisipasi, adaptasi dan mitigasi. 

BACA JUGA: Bangun Kampung Hortikultura Bawang Merah, Kementan: Jadi Salah Satu Terobosan

“Kami harus mengambil langkah cepat dan konkret untuk penanganan El Nino di lapangan, sehingga pangan kami tetap terjaga dan cadangan bahan pangan pemerintah aman,” ujar Arief. 

Sementara itu, Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan langkah antisipasi penanganan El Nino pada subsektor hortikultura dengan terus berupaya mengembangkan berbagai langkah adaptasi dan mitigasi yang mudah, efektif dan efisien.

BACA JUGA: Jajaki Kerja Sama dengan Kemenparekraf, Kementan Tingkatkan Potensi Agrowisata di Kalsel

Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan terus mengawal, mensosialisasikan dan memperbaharui sistem peringatan dini dan pengelolaan tanam hortikultura (EWS Sipantara). 

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto telah meluncurkan EWS Sipantara pada Agustus lalu. 

BACA JUGA: Kementan Buka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh

Prihasto menambahkan EWS Sipantara merupakan salah satu alat antisipasi dalam upaya menangani dampak perubahan iklim pada subsektor hortikultura khususnya komoditas aneka cabai dan bawang merah. 

"Dengan EWS Sipantara, kegagalan pertanaman, khususnya pertanian bawang merah dan cabai ami harapkan dapat diminimalisir," ungkap Prihasto.

Jekvy Hendra selaku Direktur Perlindungan  Hortikultura menyampaikan upgrading dan perbaikan berkelanjutan pada sistem EWS Sipantara ini sangat diperlukan  untuk memastikan bahwa data dukung yang ada pada sistem aplikasi terus terpantau dan sebagai langkah sigap dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang dialami saat ini.  

"Sebagaimana informasi BMKG bahwa kondisi El Nino akan berlanjut sampai akhir tahun 2023 dan terus berlanjut sampai awal tahun 2024, meskipun kondisinya ke arah moderat," terang Jekvy.

Untuk mendukung performa dan akurasi data prediksi pada aplikasi ewssipantara.id  maka tim IT Ews Sipantara, Darmawan Lahru, Dosen Vokasi UNS akan melakukan normalisasi database dan redesain fitur updating data CH (curah hujan) Prediksi.

Hal ini bertujuan agar data CH Prediksi dari BMKG bisa selaras dengan arsitektur pada aplikasi ewssipantara.id.  

"Rencana pengembangan selanjutnya adalah penambahan fitur prediksi hama penyakit berdasarkan curah hujan prediksi. Fitur tersebut memungkinkan untuk peramalan hama yg akan muncul ke depan, berdasarkan data CH prediksi dari BMKG," jelas Darmawan. 

Senada dengan hal tersebut, Tim EWS Sipantara dari BMKG, melalui perwakilannya Adi Ripaldi menyampaikan terkait situasi dan kondisi Iklim terkini

IOD positif dan El-Nino skala moderat masih mengganggu iklim di Indonesia hingga saat ini, dampaknya juga sudah dirasakan dan dibuktikan di lapangan.

"Tentu hal ini akan berdampak juga pada sektor pertanian khususnya sektor hortikultura. Kemudian diprediksi juga bahwa IOD dan El Nino bertahan setidaknya sampai dengan akhir tahun 2023, bahkan El-Nino masih bisa lanjut hingga Februari 2024," ungkapnya.

.Oleh karena itu, dengan adanya EWS Sipantara pihaknya bisa memberikan warning dan rekomendasi jadwal tanam subsektor horti yang harus menyesuaikan dengan kondisi iklim yang akan terjadi.

Ferarry Pinem, perwakilan badan informasi geospasial menambahkan EWS Sipantara diharapkan mempu mengakomodir proses integrasi data secara sistem sehingga penyampaian informasi kepada publik dapat dilakukan secara cepat.

"Kemudahan dalam integrasi data juga akan semakin memudahkan penambahan informasi dari sistem-sistem yang terkoneksi pada simpul jaringan yang ada, hal ini tentunya akan berimbas kepada penguatan Analisa dalam mencapai tujuan ketahanan pangan,” terangnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan dan Pegadaian Bangun Ekosistem Pertanian yang Kukuh


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler