Kemesraan PDIP - Gerindra Demi Proyek Jangka Panjang, Apa tuh?

Rabu, 14 Agustus 2019 – 17:25 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat menjamu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jakarta, Rabu (24/7). Foto: dokumentasi pribadi Hasto Kristiyanto

jpnn.com, JAKARTA - Hubungan PDI Perjuangan dengan Partai Gerindra semakin mesra setelah rangkaian Pilpres 2019 berakhir.

Kemesraan itu dibuktikan ketika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengundang Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto ke Kongres V partai berlambang kepala Banteng moncong putih.

BACA JUGA: Masuk Istana, Andre Rosiade Sebut Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi Luar Biasa

Sebaliknya, Megawati diundang menghadiri Rapat Kerja Nasional Gerindra yang sedianya dilaksanakan di Hambalang, Jawa Barat, pada September 2019.

Pengamat politik Satyo Purwanto menilai kemesraan PDI Perjuangan dengan Gerindra tidak berkaitan dengan penguatan nilai tawar alias bargaining di mata Presiden Jokowi agar memperoleh kursi kabinet.

BACA JUGA: Ada Isyarat Demokrat Dukung Jokowi, Fadli Zon Bilang Begini

"Pusaran baru antara PDIP dan Gerindra itu bisa diartikan itu kepentingan yang bukan kebutuhan dalam konteks pemilihan menteri di kabinet Jokowi," kata Satyo saat dihubungi jpnn.com, Rabu (14/8).

BACA JUGA: Masuk Istana, Andre Rosiade Sebut Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi Luar Biasa

BACA JUGA: Fadli Zon Yakini Prabowo Tak Bawa Penumpang Gelap, Ini Alasannya

Menurut Satyo, kemesraan PDI Perjuangan dengan Gerindra berkaitan dengan 2024. Terbuka kemungkinan kedua partai akan bersatu untuk mengusung calon tertentu sebagai pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2024.

"Saya melihat ini proyek jangka panjang PDI Perjuangan dan Gerindra. Bukan nilai tawar untuk mendapatkan posisi di kabinet. Itu terkait pemilu berikutnya di 2024," ucap dia.

Satyo menerangkan, kedua partai memiliki persamaan sehingga cocok bersama dalam jangka waktu panjang. PDI Perjuangan dan Gerindra beririsan pada ideologi nasionalisme.

"Ideologi PDI Perjuangan dan Gerindra sama. Nasionalisme kerakyatan. Kalau Demokrat, kan demokrasi religius. Makanya wajar PDI Perjuangan dan Gerindra ketemu. Kalau Demokrat wajar tidak ketemu karena beda ideologi," ungkap dia.

Meski begitu, Satyo menyadari kedua partai berselisih kuat saat Pilpres 2019. PDI Perjuangan masuk barisan pendukung Jokowi, sedangkan Gerindra mengusung Prabowo Subianto.

BACA JUGA: Mendikbud Sampaikan Kabar Baik dari Menkeu untuk Guru Honorer

Hanya saja, ucap dia, perbedaan saat Pilpres 2019 tidak akan terbawa secara terus menerus. Kader-kader dari kedua partai memahami bahwa politik itu dinamis.

"Kan, harus hafal kalau jadi politikus. Prinsip politik itu kan tidak ada musuh abadi," pungkas dia. (mg10/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tina Toon Pilih Kuliah Hukum di UT karena Tidak Harus Rutin Tatap Muka


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler