Kenaikan BBM Jangan Diikuti TDL

Kamis, 08 Maret 2012 – 08:28 WIB

JAKARTA - Kenaikan BBM tidak berimbas signifikan terhadap kinerja industri. Akan tetapi, dikhawatirkan, kenaikan itu diikuti dengan peningkatan tarif dasar listrik.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan kenaikan BBM bisa berimbas bagi industri. Akan tetapi, dari hasil kalkulasi dampak yang dihasilkan tidak terlalu besar. Justru dampak semakin terasa kalau kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan tarif dasar listrik.

"Nah itu mungkin production cost komponennya akan meningkat. Kemungkinan apakah ada yang ditunda itu masih baru wacana. Itu kan bisa bertahap," ujarnya.

Kendati demikian, Hidayat mengatakan, belum ada skema sebagai kompensasi atas kenaikan BBM. Saat ini pihaknya masih mengkaji dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap pertumbuhan industri.

"Kalau pertumbuhan nasionalnya terkoreksi, saya akan melihat dampaknya. Tapi, dari efek optimisme saya menghitung, sekarang ini justru investasi yang dirundingkan dua tahun lalu, sudah mulai terealisasi. Nantinya, itu juga akan mempengaruhi pertumbuhan industri. Lagipula, target saya bukan kenaikan pertumbuhan, tapi tetap seperti yang ditetapkan," ungkapnya di sela acara Raker Kementerian Perdagangan, Rabu (7/3).

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi menambahkan, berdasarkan asumsi pihaknya sudah melakukan penghitungan dampak kenaikan BBM. Asumsi itu ada dua, yakni opsi menaikkan BBM seharga Rp 1.500 dan Rp. 2000.

"Hasilnya, adanya kenaikan Rp 1.500 atau sebesar 33 persen menyebabkan output sektor industri pengolahan non migas turun relatif kecil, yakni hanya 0,12 persen. Untuk asumsi kenaikan Rp 2.000 atau 44 persen, penurunan hanya 0,14 persen," urainya. Sedangkan, bila ada penggabungan dengan kenaikan tarif dasar listrik dampak dari dua opsi itu masing-masing sebesar 0,26 persen dan 0,29 persen.

Dedi menjelaskan, dampak paling signifikan bakal dialami industri logam dasar besi dan baja. Sedangkan industri dengan dampak relatif kecil dirasakan industri makanan minuman (mamin). Menurut dia, industri mamin tertolong oleh konsumsi dalam negeri yang besar. Selain itu, bahan bakunya juga diperoleh dari dalam negeri.

"Tahun ini pertumbuhan industri didorong selain konsumsi masyarakat, juga investasi. 2011 lalu, investasi yang masuk sangat tinggi, seperti penjualan lahan mencapai 1.200 hektar khusus di Tangerang dan sekitarnya. Padahal 2010 tidak sampai 500 hektar," kata dia.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menuturkan dampak yang terasa khususnya inflasi. Menurut dia, kalau terjadi inflasi, maka suku bunga riil akan turun. Nah, kalau mengalami penurunan maka akan terjadi pelemahan nilai rupiah.

"Dengan demikian kalau terjadi pelemahan rupiah, ekspor meningkat. Tapi itu akan dikompensasi dengan peningkatan biaya yang tentunya harus dipikul oleh produsen dan konsumen," ucapnya.

Dia memperkirakan, net ekspor akan berkurang sedikit, tapi di sisi lain juga menurunkan impor. Untuk itu, kalau dilihat berdasar neraca perdagangan akan berdampak positif bagi RI. Apalagi, dengan upaya menggenjot investasi yg selama ini sudah positif melaju.

"Saya tidak terlalu kuatir kalau ini akan menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi nasional. Saya rasa untuk bisa menempuh 6.5-7 persen itu masih bisa tercapai dari sisi perdagangan. Tentunya ini ceteris paribus, dengan asumsi bahwa penyerapan anggaran tetap maksimal dan konsumsi tetap seperti tahun lalu dan investasi tetap meningkat," ujar Gita. (res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hatta: Kenaikan BBM Selamatkan Masyarakat Miskin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler