Kenaikan Harga Bahan Pangan dan Tiket Transportasi Picu Inflasi

Minggu, 09 Juni 2019 – 05:20 WIB
Ilustrasi cabai di pasar tradisional. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Seperti tahun-tahun sebelumnya, inflasi Lebaran kali ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Namun, angkanya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang lalu. Harga komoditas menjadi faktor utama yang memicu tingginya inflasi.

Tepatnya harga cabai, bawang putih, dan bawang merah. Meski begitu, inflasi tahun ini tidak melampaui target pemerintah.

BACA JUGA: Tenaga Infal Bisa Bertarif Rp 250 Ribu per Hari

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksi inflasi Lebaran mencapai 0,6 persen. Sebab, harga tiga komoditas pangan itu masih tinggi hingga pekan kelima Mei.

’’Sampai akhir bulan, harga cabai dan bawang putih masih tinggi dan naik,’’ katanya beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Kantor Imigrasi Medan Tetap Buka selama Libur Lebaran

Semula, Darmin berharap harga tiga komoditas tersebut kembali normal saat memasuki Lebaran. Sebab, waktunya bersamaan dengan panen raya. ’’Semestinya karena sudah panen itu (harga) mulai turun. Yang sempat naik tinggi itu bawang putih,’’ ungkapnya.

Berdasar data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata cabai merah pada akhir Mei berkisar Rp 44 ribu per kilogram. Harga tersebut naik menjadi Rp 57.950 per kilogram pada 3 Juni dan naik lagi menjadi Rp 63.500 per kilogram per 4 Juni.

BACA JUGA: Besok Diprediksi Puncak Arus Balik Pengguna Kereta

BACA JUGA: Pemilu Lancar Salah Satu Faktor Penunjang Tumbuhnya Perekonomian

Sementara itu, harga bawang putih yang tercatat Rp 41.500 per kilogram pada akhir Mei menjadi Rp 42.150 per kilogram pada 3 Juni. Harga itu lantas naik lagi menjadi Rp 42.550 per kilogram mulai 4 Juni.

Bawang merah yang dijual Rp 36.600 per kilogram pada akhir Mei lantas mengalami kenaikan harga menjadi Rp 38.300 per kilogram pada 3 Juni. Esoknya, harga komoditas tersebut sudah naik lagi menjadi Rp 38.900 per kilogram.

Darmin menyatakan, angka inflasi itu masih berada dalam batas normal jika dibandingkan dengan periode Lebaran tahun lalu. Tahun lalu perayaan Idul Fitri jatuh pada 15 Juni. Saat itu inflasi Juni tercatat 0,59 persen.

’’(Inflasi tahun ini, Red) Bisa meleset, tapi perkiraan saya nggak jauh,’’ ujarnya. Pada bulan-bulan normal, inflasi berkisar 0,3 persen.

Dia juga memprediksi inflasi 2019 berada pada angka 3,5 persen. Angka itu masih sesuai dengan target inflasi tahunan yang ditetapkan pemerintah (3,5 persen). Meski mengalami kenaikan karena harga komoditas pangan cukup tinggi saat ini, dampak inflasi hanya akan bersifat sementara.

Jadi, angka inflasi tidak bakal terpengaruh secara keseluruhan. ’’(Harga, Red) Cabai dan bawang boleh naik, tapi bisa turun lagi. Beda dengan beras, kalau sudah naik, turunnya dikit,’’ jelas Darmin.

Di tempat terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil survei pemantauan harga. Menurut dia, sampai pekan kelima Mei, angka inflasi masih tetap rendah. Yakni, pada level 0,47 persen secara month-to-month (mtm). ’’Sementara untuk inflasi secara tahunan (year-on-year) itu 3,1 persen,’’ terangnya.

Perry menyebutkan, beberapa komoditas pangan lain yang berkontribusi terhadap inflasi adalah daging ayam dan dan beberapa jenis buah. Faktor yang menyumbang deflasi adalah harga beras, tarif angkutan udara, dan harga beberapa jenis sayuran.

Rendahnya tingkat inflasi hingga pekan kelima Mei tersebut, kata Perry, tidak terlepas dari peran pemerintah pusat dan daerah serta BI dalam menjaga kestabilan harga. ’’Alhamdulillah, harga-harga terpantau rendah terkendali. Stok di seluruh Indonesia juga cukup,’’ ungkapnya.

Itulah bukti bahwa pemerintah dan BI bersinergi memastikan ketersediaan pasokan dan distribusi pangan dengan baik. Karena itu, Perry optimistis inflasi tahun ini sesuai dengan target pemerintah. Yaitu, 3,5 persen plus minus 1 persen.

Bahkan, pihaknya meyakini realisasi inflasi secara full year mungkin bisa lebih rendah daripada target. ’’Akhir tahun ini kita perkirakan inflasinya bisa lebih rendah daripada 3,5 persen. Inflasi yang rendah itu bisa mendukung daya beli,’’ terang Perry.

Sementara itu, ekonom Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Alexander Sugandi memprediksi inflasi Mei 2019 berada di level 5,5 persen (mtm) dan 3,18 persen (yoy). Menurut dia, kenaikan harga bahan makanan dan tiket transportasi menjadi penyebab utama inflasi.

’’Selain itu, item komunikasi dan rekreasi mendorong inflasi,’’ paparnya saat dihubungi (7/6). (vir/ken/c14/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilu Lancar Salah Satu Faktor Penunjang Tumbuhnya Perekonomian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler