SURABAYA - Banyak negara di penjuru dunia yang kewalahan menghadapi ekses pemanasan global dan perubahan iklim. Di Finlandia, telah diaplikasikan berbagai inovasi agar lingkungan tetap menjadi sahabat setia. Negara itu mengedepankan penerapan green technology.
Senior Lead Sitra Fellow, organisasi green business asal Finlandia, Teppo Turkki mengatakan, pengkajian secara intensif green technology atau teknologi yang berbasis lingkungan sangat urgen untuk diajarkan kepada mahasiswa. Sebab, merekalah calon pemimpin dan konseptor masa depan.
Teppo yang ditemani Project Assistant Kedutaan Finlandia Eeli Wordman kemarin pagi (6/3) berkunjung ke Universitas Ciputra untuk menyampaikan hal itu. Sore harinya dia berkunjung ke redaksi Jawa Pos dan menyampaikan betapa urgennya penerapan teknologi yang berbasis lingkungan di Indonesia.
Dia mencontohkan tempat pembuangan sampah di Bantar Gebang, Jakarta. Dalam sehari ada ratusan ribu ton sampah yang masuk ke sana. Sekitar 45 persennya adalah sampah organik yang bisa dibuat sebagai sumber energi biomassa. ""Indonesia butuh teknologi untuk mengolah energi agar itu bisa dipakai secara optimal. Di sanalah tantangan bagi pemuda dan para teknokrat," paparnya.
Di Finlandia, tambah dia, ada tiga pemuda yang berhasil membuat robot pemilah sampah. Robot ditempatkan di tempat pembuangan sampah dan memiliki banyak tangan yang dilengkapi sensor. Robot tersebut bisa memilah sampah logam, plastik, dan organik.
Contoh lainnya, di Helsinki saat ini pemakaian AC dan pemanas ruang dikurangi secara besar-besaran. Umumnya, satu ruang atau satu rumah dipasangi satu AC atau pemanas ruang khusus musim dingin. Saat ini semua rumah sudah dialiri semacam pipa tabung yang dilengkapi aliran hawa dingin dan panas.
Helsinki punya sebuah sistem pemanas besar. Panasnya dialirkan ke rumah-rumah dengan energi terbarukan. Jadi, hanya ada satu pemanas utama yang penggunaannya dikontrol di satu wadah.
AC juga dialirkan melalui satu sistem pipa tabung ke rumah-rumah. Hawa dinginnya diambil dari bawah laut di daerah tersebut. "Kami mengalirkan suhu bawah laut. Kami memanfaatkan alam untuk pendingin di ruang kami," papar Teppo. (rio/c8/roz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Merkurius Pernah Ada Lautan Magma
Redaktur : Tim Redaksi