Kenapa Dunia Usaha yang Selalu Disalahkan Ketika Kasus COVID-19 Meningkat?

Jumat, 08 Januari 2021 – 22:03 WIB
Ilustrasi COVID-19. Foto: diambil dari covid19goid

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyebutkan, dunia usaha sebenarnya sudah paling maksimal menerapkan protokol kesehatan. Hariyadi justru menyoroti rendahnya penerapan protokol kesehatan di masyarakat. 

Hingga kini, kata dia, komunitas di masyarakat belum bekerja baik mengajak warga menerapkan protokol kesehatan.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Rizieq Sakit, Bu Mega Murka, Wapres Ma’ruf Langsung Berikan Tugas Khusus untuk Menag Yaqut

"Kalau dari sisi dunia usaha, kami menggunakan protokol kesehatan paling maksimal, yang saya ingatkan justru di masyarakat, karena sistem komunitas tidak jalan," kata Hariyadi dalam diskusi daring bertajuk Implementasi PPKM Jawa-Bali: Kesiapan Sektor Bisnis dan Pelaku Usaha, Jumat (8/1).

Menurut dia, sektor usaha selalu menjadi pihak yang disorot ketika pertambahan kasus COVID-19 meningkat. Mengacu data, angka pertambahan kasus justru rentan terjadi di masyarakat.

BACA JUGA: Aduh Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Cetak Rekor Tertinggi Lagi, Kok Bisa?

"Jadi, yang diuber-uber itu sektor usaha melulu. Ini yang menurut saya tidak tepat. Justru di masyarakat ini tidak tersentuh," ujar Hariyadi.

"Kalau di kami, manufaktur (kasus COVID-19) memang besar. Begitu ditelurusi, didapatnya dari lingkungannya. Bukan lingkungan kerja, tetapi lingkungan rumahnya. Itu yang berat di sana," ungkap dia.

BACA JUGA: Ternyata ini Alasan Indonesia tidak Memberi Vaksin Covid-19 pada Lansia

Menurut Hariyadi, angka kasus tetap tinggi ketika langkah antisipasi pemerintah salah dalam menekan penularan.

Bahkan, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sekali pun tidak akan berhasil menekan penularan pada saat masyarakat masih abai terhadap protokol kesehatan.

"Mau PSBB berapa kali tidak akan menyelesaikan masalah. Kalau akar masalah itu dari masyarakat tidak diantisipasi," pungkasnya. (ast/jpnn)


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler