jpnn.com, BATAM - Jelang implementasi Batam Logistic Ecosystem (BLE) yang merupakan bagian dari National Logistic Ecosytem (NLE), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi adakan kunjungan ke Pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Kabil untuk meninjau kesiapan di lapangan pada Kamis (10/9) lalu.
Penasihat Khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bidang Pertahanan dan Keamanan Maritim Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, menyatakan bahwa pelabuhan menjadi perhatian karena pelabuhan adalah salah satu unsur penting dalam penerapan BLE.
BACA JUGA: Ini Langkah Bea Cukai Manado Wujudkan Ekspor Langsung ke Negara Tujuan
“Batam Logistic Ecosystem akan efektif apabila pelabuhan memiliki sarana dan prasarana yang baik dan up to date, karena hal tersebut berhubungan dengan kelancaran arus barang yang masuk ataupun keluar dari dan ke Batam,” ungkap Marsetio, didampingi oleh Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Agus Sudarmadi, dan Kepala Kantor Bea Cukai Batam Susila Brata.
BLE yang merupakan bagian dari NLE ini adalah salah satu dari upaya nyata pemerintah dalam mendorong program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
BACA JUGA: Bea Cukai Jateng DIY Ungkap Modus dan Merek Rokok Ilegal yang Sering Digunakan Pelaku
NLE sendiri merupakan sebuah platform untuk mempertemukan komunitas logistik di sektor permintaan yang kini sudah ada di CEISA yaitu importir/eksportir dengan komunitas logistik di sektor supply yaitu penyedia jasa logistik.
Platform ini memfasilitasi importir dan eksportir dapat melihat dan memilih harga dan kualitas atas ketersediaan truck, vessel, dan warehouse dalam satu aplikasi.
BACA JUGA: Lihat Nih, Bea Cukai Jakarta Musnahkan Berbagai Produk Ilegal Hasil Sitaan
Marsetio juga menyampaikan bahwa kawasan Batam melalui BLE akan menjadi menjadi percontohan penataan logistik di Indonesia yang berbasis green and smart port.
Dia menambahkan, penataan logistik dan mewujudkan green and smart port dibutuhkan teknologi informasi yang memadai, dan menurutnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai patut diapresiasi karena dapat menginisiasi adanya BLE yang juga bagian dari NLE.
“Kami dari Kemenko Manves sangat terbantu dan berterima kasih kepada jajaran Bea Cukai yang sangat responsif dan menguasai IT, sehingga bisa mengembangkan aplikasi untuk membenahi permasalahan logistik di Batam ini,” kata Marsetio.
Senada dengan Marsetio, Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Sahat Manaor Panggabean, menyampaikan bahwa Batam menjadi percontohan nasional karena statusnya sebagai Kawasan Bebas atau free trade zone (FTZ).
Batam memiliki kompleksitas dalam hal arus lalu lintas barang, sehingga menurutnya apabila Batam dapat dibenahi maka akan mudah menerapkan BLE ini di daerah Indonesia lainnya.
“Melalui Inpres 5 Tahun 2020 tentang Penataan Logistik Nasional, Batam ini menarik menjadi percontohan karena statusnya sebagai FTZ, (apabila) Batam ini rapi, maka mudah untuk (menjadi) percontohan daerah lain, secara nasional akan rapi nanti Indonesia ini. Daya saing kita akan meningkat, logistic performance index menjadi baik, logistic cost dapat ditekan, sehingga kita akan cepat maju dan sejajar dengan negara lain bahkan bisa lebih hebat, inilah harapan kita ke depan,” ujar Sahat.
Menanggapi pernyataan Marsetio dan Sahat, Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Agus Sudarmadi menyampaikan bahwa BLE adalah sebuah pekerjaan besar bangsa Indonesia untuk membenahi logistik di Indonesia.
“Dibutuhkan kolaborasi antar instansi terkait dengan memanfaatkan Information Communication Collaboration Technology (ICCT) sebagai pemandunya,” ungkapnya.
Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Susila Brata menyampaikan bahwa Bea Cukai Batam siap mendukung penuh inisiasi pemerintah pusat dan berkolaborasi dengan instansi terkait di Batam.
“Saya sebagai Kepala Bea Cukai Batam, mewakili Bea Cukai di Batam akan mendukung sepenuhnya apa yang menjadi inisiasi nasional, seperti yang disampaikan Prof. Marsetio, melalui ICCT (BLE) ini kita harap dapat mengurangi high cost tadi, kita sudah inisiasi dan kolaborasi dengan instansi terkait yaitu BP Batam dan KSOP, juga dengan Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, dan diharapkan dapat meningkatkan investasi di Batam," pungkas Susila Brata. (ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi