Kematian Hassan memantik reaksi keras pemerintahan Perdana Menteri (PM) Najib Mikati. Pemimpin 56 tahun itu langsung menuding Syria berada di balik insiden maut tersebut. "Saya rasa semua ini ada kaitannya dengan kasus yang sedang ditangani korban," katanya dalam jumpa pers kemarin. Belakangan ini, petinggi ISF itu sedang mengusut kasus intelijen yang berhubungan dengan Syria.
Stasiun televisi pemerintah Lebanon melaporkan bahwa Hassan menjadi target bom mobil yang meluluhlantakkan kawasan ibu kota tersebut. Saat itu, tokoh 47 tahun tersebut menggunakan mobil yang dikemudikan sopir pribadinya. Karena bukan perjalanan dinas atau tugas, dia pun tidak menggunakan mobil antipeluru dan tidak didampingi oleh pengawal.
Setiba di jalan ramai di kawasan Achrafieh, bom seberat 30 kilogram yang sengaja disembunyikan di dalam sebuah mobil meledak. Mobil Hassan yang menjadi sasaran utama insiden tersebut hancur lebur. Bahkan, deretan kafe dan toko di kiri kanan jalan sempit itu juga berantakan. Kaca pintu dan jendela berserakan. Mobil-mobil yang terparkir rapi di sepanjang jalan ikut hangus terbakar.
"Jasad Jenderal Wissam al-Hassan nyaris tidak dapat dikenali. Badannya sudah tidak utuh dan para pengawal hanya bisa mengidentifikasi beliau dari sepatu kets yang dikenakannya," kata seorang petugas paramedis yang ikut mengevakuasi para korban. Tak hanya Hassan, mayat tujuh korban lain pun tidak utuh. Genangan darah dan serpihan tubuh menghiasi jalan di salah satu pusat keramaian Beirut tersebut.
Seorang pejabat keamanan Lebanon mengatakan bahwa Hassan baru saja kembali ke Beirut setelah mengunjungi kerabatnya di Kota Paris, Prancis. Oleh karena itu, dia tidak langsung berdinas. Tapi, kabarnya, dia sempat berkunjung ke markas ISF Jumat lalu. "Investigasi masih berlangsung. Setelah semua selesai, kami akan sampaikan kronologi dan penyebab kejadiannya kepada publik," ujar pejabat itu.
Di bawah komando Hassan, ISF berhasil mengungkap kedok mantan Menteri Informasi Michel Samaha. Salah seorang sekutu paling loyal pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tersebut diamankan karena terlibat dalam skenario pembunuhan dan pengeboman di Lebanon. Atas perintah Damaskus, konon, dia bertugas memecah belah masyarakat Lebanon.
"Samaha mengaku membawa masuk bahan-bahan peledak dari Syria ke Lebanon dengan mobil pribadinya. Menurut dia, bahan-bahan peledak itu lantas dirangkai menjadi bom untuk menimbulkan kekacauan di Lebanon," ungkap seorang pejabat senior kepolisian Lebanon yang merahasiakan namanya. Setelah penangkapan Samaha itu, Hassan menjadi target kelompok pro-Assad di Lebanon.
Kemarin Washington langsung mengutuk ledakan yang merenggut nyawa Hassan tersebut. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyebut insiden itu sebagai aksi teror. "Melakukan pembunuhan atas dasar kepentingan politik jelas tidak bisa dibenarkan," kecam Tommy Vietor, jubir National Security Council.
Washington mendesak agar Beirut mengusut insiden tersebut sampai tuntas. Terutama, menyeret para pelakunya ke meja hijau. Mantan PM Saad Hariri sependapat dengan AS. "Rakyat Lebanon tidak bisa tinggal diam menghadapi aksi kriminal keji seperti ini," tegasnya. Dia pun meyakini bahwa Assad berada di balik insiden maut tersebut.
Para pengamat politik pun punya pendapat yang sama dengan Lebanon dan AS. Mereka yakin Assad adalah otak pembunuhan keji atas Hassan pada Jumat lalu. "Rezim Damaskus pasti lega atas kematian (Hassan) ini. Seorang tokoh yang mengancam kepentingan Syria (di Lebanon) sudah lenyap," komentar Ayham Kamel, pengamat Timur Tengah pada Eurasia Group di Kota London, Inggris.
Pemerintahan Mikati mendeklarasikan sehari berkabung kemarin. Warga Lebanon pun ramai-ramai memberikan penghormatan terakhir. Jasad Hassan pun disemayamkan di Masjid Al-Amine di pusat ibu kota. Rencananya, jenazah Hassan akan dimakamkan di samping kuburan mantan PM Rafiq Hariri. (AFP/AP/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korut-Korsel Memanas karena Pamflet
Redaktur : Tim Redaksi