jpnn.com, BOGOR - Perubahan iklim, dampak pandemi, dan dinamika geopolitik global membuat rantai pasok terganggu, dan menjadikan banyak negara menahan produk pangannya untuk menjaga kecukupan stok pangan dalam negeri.
Mencermati kondisi tersebut, upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal dipandang sangat penting menjadi strategi menjaga ketahanan pangan domestik.
BACA JUGA: NFA Siap Lakukan Intervensi Jika Harga Telur Ayam Tidak Turun Minggu Ini
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Kuliah Umum Polbangtan Bogor, Rabu (31/8).
"Saya mau memberi contoh bagaimana kita mengambil sudut pandang berbeda menghadapi challenge di sektor pangan ini. Kalau hari ini gandum sulit masuk ke Indonesia akibat dampak perang dan perubahan iklim, ini sebenarnya kesempatan kita mengembangkan produk pangan di dalam negeri. Negara kita ini subur sekali. Kalau di luar ada krisis pangan, sebenarnya Indonesia tidak terkena krisis pangan, karena kita masih punya beragam sumber daya pangan," ujar Arief.
BACA JUGA: Karangan Bunga Terlihat di Rumah Ferdy Sambo, Baca Tuh Ucapannya, Jangan Gentar
"Ini waktunya kita memproduksi pangan lokal. Ini waktunya kita berdaulat atas pangan kita sendiri," tegasnya.
Apa yang disampaikan Arief tersebut selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mengoptimalkan sumber pangan di dalam negeri untuk mensubtitusi produk impor.
BACA JUGA: Adegan Ini yang Ditolak Diperankan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi
Hal itu untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan akibat dampak pandemi, perubahan iklim, dan perang Rusia-Ukraina yang hingga saat ini masih belum reda.
Lebih lanjut Arief menjelaskan sebagai institusi yang salah satu fokus utamanya adalah penganekaragaman pangan, pihaknya mendorong semua pihak untuk hidup sehat, aktif, dan produktif dengan mengonsumsi produk pangan dalam negeri, dan menerapkan pola pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman atau B2SA.
Berdasarkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2021, masih berada di angka 87,2 persen dari target 91,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan belum beragam dan seimbang di mana masih tingginya konsumsi padi-padian sebanyak 60,1 persen, dan kurangnya konsumsi protein hewani, sayur dan buah serta umbi-umbian.
"Karena itu, saya mengajak kita semua untuk turut mempromosikan gerakan pangan beragam bergizi seimbang dan aman atau B2SA. Gerakan ini bukan hanya slogan, akan tetapi merupakan lifestyle baru yang keren." ujar Arief.
"Sehat adalah tanggung jawab semua orang, yang salah satunya perlu didukung dengan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA)," kata dia.
Beragam, kata dia, berarti tidak terpaku pada satu macam bahan. Bergizi, mengandung zat gizi makro dan mikro, seimbang, yaitu seimbang antarsumber zat gizi (makanan pokok, lauk pauk, serta sayur dan buah) serta sesuai dengan kebutuhan individu, dan aman, tubuh bebas dari kontaminasi fisik, kimia, dan mikro biologis atau tidak mengandung zat yang berbahaya.
Tercatat Indonesia dianugerahi keragaman sumber daya hayati, terdapat 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah- buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.
Kekayaan seumber daya pangan tersebut harus dimanfaatkan melalui pengembangan pangan lokal secara massif, dan juga melalui pemanfaatan teknologi untuk mencapai hasil yang optimal.
Dalam kuliah umum yang dilaksanakan secara hybrid dan dihadiri 600 lebih mahasiswa secara offline dan online, Arief berharap para mahsiswa Polbangtan ke depan dapat menjadi penerus estafet ke depan.
"Saya berharap kepada para Mahasiswa Polbangtan Bogor selaku generasi Millenial dan Post Millenial, Jika Saudara ingin menjadi Agripreneur yang sukses, maka perhatikan hal-hal berikut: cintai apa yang dilakukan, lakukan secara sistematis, belajar cara mempromosikan diri, buat rencana dan realisasikan bisnis, bangun reputasi bisnis, tidak ada kata terlambat, bangun tim kerja yang solid, dan bersikap dinamis, inofatif, dan agile," kata dia.
Merespon hal tersebut, Direktur Polbangtan Bogor Detia Tri Yunandar mengatakan bahwa institusi yang dipimpinnya berfokus pada lulusan yang siap bekerja di sektor pertanian.
Bukan saja sebagai pencari kerja (job seeker) tetapi juga siap menjadi pencipta lapangan kerja (job creator) khususnya wirausaha di bidang pertanian. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Putri, Bripka RR, Bharada E, dan Ferdy Sambo Berkumpul: Siapa yang Sanggup Menembak Brigadir J?
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti