KENDARI - Mutasi kepala sekolah (Kepsek) masal yang dilakukan oleh Walikota Baubau AS Tamrin, pada Kamis (28/2), berbuntut panjang. Ratusan siswa SMAN 6 Kota Baubau, Sulawesi Tenggara yang didominasi siswa kelas III melakukan aksi penyegelan sekolah.
Selain enggan mengikuti proses belajar mengajar, para siswa ini juga memasang palang kayu di 11 kelas. Tindakan tersebut merupakan bentuk protes digantinya kepala sekolah yang lama, La Babu oleh mantan guru Biologi SMAN 3, Siti Yuliana.
Salah seorang siswa yang enggan menyebutkan namanya menilai pergantian kepala sekolah mereka, bukanlah cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar mereka. Justru dengan pergantian kepala sekolah tersebut merupakan bentuk politik praktis untuk memperkuat kursi jabatan AS Tamrin sebagai Walikota Baubau.
"Kami melakukan aksi ini murni dari kami semua. Dikarenakan kami tidak mau kepala sekolah kami yang baru menjabat beberapa bulan lalu sudah diganti lagi," katanya seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Senin (4/3).
Sementara mantan kepala SMAN 6 Baubau, La Bapu mengaku kaget mendapat informasi penyegelan sekolah. Mendengar kabar tersebut dirinya langsung bergegas ke sekolah untuk mengetahui kondisi yang terjadi di sekolah yang pernah dipimpinnya.
"Saya tidak tau menahu tentang aksi para siswa ini. Saya tau nanti ada seorang guru yang menelepon agar saya ke sekolah secepatnya. Karena seluruh siswa tidak mau mengikuti proses belajar mengajar. Bahkan gedung-gedung disegel oleh siswa sendiri," kata La Bapu.
Dirinya sangat prihatin tindakan siswa yang melakukan penyegelan seluruh gedung belajar. Pasalnya tindakan tersebut menjadi kerugian yang besar bagi siswa. "Karena melakukan aksi sehingga para siswa tidak lagi mengikuti pelajaran," ujarnya.
Selain siswa SMAN 6 melakukan aksi penyegelan sekolah, juga terjadi di SMKN 5 (Pertanian). Di sekolah tersebut para siswa juga membentangkan spanduk bertuliskan masa bodoh dengan kepala sekolah yang baru. Penyegelan dilakukan karena kekesalan siswa yang sudah mendekati ujian nasional justru dilakukan pergantian kepala sekolah.
Para guru di sekolah tersebut tidak dapat berbuat, mereka sudah berusaha melarang para siswa untuk tidak melakukan penyegelan, namun tidak diindahkan para siswa. Akibat insiden tersebut proses belajar mengajar di dua sekolah tersebut terganggu. (cr4/awa/jpnn)
Selain enggan mengikuti proses belajar mengajar, para siswa ini juga memasang palang kayu di 11 kelas. Tindakan tersebut merupakan bentuk protes digantinya kepala sekolah yang lama, La Babu oleh mantan guru Biologi SMAN 3, Siti Yuliana.
Salah seorang siswa yang enggan menyebutkan namanya menilai pergantian kepala sekolah mereka, bukanlah cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar mereka. Justru dengan pergantian kepala sekolah tersebut merupakan bentuk politik praktis untuk memperkuat kursi jabatan AS Tamrin sebagai Walikota Baubau.
"Kami melakukan aksi ini murni dari kami semua. Dikarenakan kami tidak mau kepala sekolah kami yang baru menjabat beberapa bulan lalu sudah diganti lagi," katanya seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Senin (4/3).
Sementara mantan kepala SMAN 6 Baubau, La Bapu mengaku kaget mendapat informasi penyegelan sekolah. Mendengar kabar tersebut dirinya langsung bergegas ke sekolah untuk mengetahui kondisi yang terjadi di sekolah yang pernah dipimpinnya.
"Saya tidak tau menahu tentang aksi para siswa ini. Saya tau nanti ada seorang guru yang menelepon agar saya ke sekolah secepatnya. Karena seluruh siswa tidak mau mengikuti proses belajar mengajar. Bahkan gedung-gedung disegel oleh siswa sendiri," kata La Bapu.
Dirinya sangat prihatin tindakan siswa yang melakukan penyegelan seluruh gedung belajar. Pasalnya tindakan tersebut menjadi kerugian yang besar bagi siswa. "Karena melakukan aksi sehingga para siswa tidak lagi mengikuti pelajaran," ujarnya.
Selain siswa SMAN 6 melakukan aksi penyegelan sekolah, juga terjadi di SMKN 5 (Pertanian). Di sekolah tersebut para siswa juga membentangkan spanduk bertuliskan masa bodoh dengan kepala sekolah yang baru. Penyegelan dilakukan karena kekesalan siswa yang sudah mendekati ujian nasional justru dilakukan pergantian kepala sekolah.
Para guru di sekolah tersebut tidak dapat berbuat, mereka sudah berusaha melarang para siswa untuk tidak melakukan penyegelan, namun tidak diindahkan para siswa. Akibat insiden tersebut proses belajar mengajar di dua sekolah tersebut terganggu. (cr4/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Calon Dokter Tidak Lagi Praktek di RS Umum
Redaktur : Tim Redaksi