Kerap Maki Siswa, Guru Didemo

Jumat, 13 September 2013 – 09:02 WIB

jpnn.com - BANDARLAMPUNG – Kekerasan verbal terhadap anak didik tidak hanya muncul dalam cerita pendek (cerpen) Gerhana di buku bahasa Indonesia kurikulum 2013 untuk kelas VII.

Perilaku ini terjadi di SDN 1 Palapa, Bandarlampung. Pelakunya adalah Nurlela (33), guru kelas 2E di SD setempat. Buntutnya, puluhan wali murid kecewa dan menggelar demo pada pukul 09.00 WIB kemarin.

BACA JUGA: Tunjangan Sertifikasi Mampet, BPKP Terjun Audit

Mereka tidak terima anak-anaknya dicaci maki dengan kalimat kasar dan tidak pantas yang diucapkan Nurlela. Wali murid menilai, sebagai seorang pendidik, kata dan perilaku Nurlela sangat memengaruhi mental siswa.

’’Kami tidak terima. Setiap hari anak-anak kami selalu dimaki-maki. Mereka dibilang gob**k. Kata itu tidak pantas diucapkan guru kepada siswa yang masih duduk di bangku SD!’’ teriak salah seorang wali murid yang kesal.

BACA JUGA: Gali Inspirasi Madrasah, Kemenag Gelar Lomba

Ketika demo kemarin, wali murid membawa karton dengan berbagai tulisan. Di antaranya, Mutasikan Guru-Guru yang Arogan;  Bukan Kami Tidak Mampu, tapi Ini Program Pemerintah;  Kalau Arogan Jangan Jadi Pendidik; dan Haruskah Nurlela Dipertahankan?!.

Kepala SDN 1 Palapa Dra. Ngat Emi, M.Pd. mengatakan tidak mengetahui adanya aksi wali murid yang mendemo salah satu guru.  ’’Saya tadi sedang rapat di UPT, tapi mendengar kabar ada demo wali murid,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Kurikulum 2013 Tidak Pas untuk SD

Emi mengakui aksi demo itu bermula dari siswa/i kelas 2E yang kerap dimaki dengan kata gob**k.  ’’Sebelumnya memang telah dua kali saya mendapatkan laporan dari wali murid. Saya juga telah memberikan pembinaan dengan memanggil guru itu,’’ ucapnya.

Mantan kepala  SDN 1 Sawahlama itu menerangkan, rata-rata wali murid ingin memindahkan anaknya dari kelas 2E.  ’’Pertama hanya satu atau dua orang, tapi lama-kelamaan menjadi semuanya. Kalau semuanya kan berarti karena ada keluhan terhadap gurunya,’’ katanya.

Menurut Emi, tuntutan wali murid agar mengeluarkan guru itu dari sekolahnya. ’’Tadi juga kepala UPT Pendidikan Dasar Tanjungkarang Pusat sudah berjanji akan memindahkan guru itu," katanya.

Salah satu wali murid, Ita, mengatakan agar wali kelas 2E itu dimutasi dari sekolah. ’’Saya ingin guru itu keluar dari sekolah karena selalu berkata kasar dan gob**k terhadap anak-anak,’’ pintanya.

Dihubungi via telepon, Nurlela sempat mengangkat teleponnya, namun hanya berkata ’’halo’’, kemudian tidak menjawab pertanyaan.

Saat diulang, Nurlela akhirnya memberikan pernyataan. Ia membantah telah memaki siswa dengan kata-kata kasar. ’’Tidak ada seperti yang dituduhkan oleh wali murid. Kalau mengajar, saya ini lembut. Contohnya:  ’Silakan menulis, Nak’,’’ ungkapnya.

Menurut Nurlela,  demonya wali murid diduga digerakkan seseorang yang tidak suka kepadanya. ’’Saya curiga dengan kepala sekolah karena ngomporin (memanasi, Red) wali murid untuk demo. Memang dia otoriter dan memegang jabatan,’’ ucapnya.

Ia minta untuk menanyakan langsung kepada anak-anak apakah memang seperti yang dituduhkan wali murid itu.  ’’Coba saja silakan tanya langsung kepada anak-anak, apakah benar saya seperti itu?’’ tantangnya.

Dia menerangkan, hubungannya dengan wali murid pun baik.  ’’Dengan sesama guru tidak ada masalah dan baik-baik saja. Kok beritanya bisa sampai nasional gini,’’ ungkapnya. (asy/p3/c2/ary)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kadis Pendidikan Medan Mengundurkan Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler