Keraton Surakarta Berduka, GKR Retno Dumilah Meninggal Dunia Usai Melihat Gerhana

Jumat, 28 Mei 2021 – 10:43 WIB
Jenazah GKR Retno Dumilah saat disemayamkan di Sasana Mulya Keraton Kasunanan Surakarta. Foto: M.IHSAN/RADAR SOLO

jpnn.com, SURAKARTA - Ratusan pelayat mengiringi pelepasan iring-iringan jenazah Gusti Raden Ayu (GRAy) Koes Isbandiyah, Kamis (27/5).

Perempuan 67 tahun itu tutup usia pada Rabu (26/5) sore, saat Gusti Is (panggilan akrab Koes Isbandiyah) dan kerabat sedang menyaksikan gerhana bulan di kawasan Gunung Lawu.

BACA JUGA: Gusti Moeng Terkunci di Dalam Keraton Surakarta, Sudah Bisa Keluar, Sebut RI 10

Kepergian kerabat raja yang juga dikenal sebagai Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Retno Dumilah ini dilakukan dengan tata cara adat dalam prosesi ritual adat layu masyarakat Jawa yang kental.

“Gusti Is meninggal di usia ke-67 pada Rabu (26/4) sekitar jam 19.04. Almarhumah dimakamkan di Imogiri Kamis (27/5) siang. Kami sangat kehilangan beliau,” kata GKR Wandansari yang merupakan adik kandung dari Gusti Is disela layatan kemarin, seperti dilansir Radar Solo.

BACA JUGA: Dampak Gerhana Bulan Total: Sejumlah Perahu Milik Nelayan Hanyut

Meninggalnya Gusti Is yang dikabarkan karena mengalami serangan jantung itu dibenarkan oleh Gusti Moeng, panggilan GKR Wandansari.

"Memang memiliki riwayat sakit jantung, tetapi saat itu kondisinya masih sehat walafiat. Bahkan sempat makan sop buntut bersama keluarga. Sampai akhirnya mengalami serangan jantung,” ujarnya.

BACA JUGA: Nabi Mengingatkan, Jangan Memitoskan Gerhana

Sebelum meninggal, Gusti Is sempat menyaksikan gerhana bulan dari ketinggian pegunungan Lawu selama beberapa saat.

Hingga kemudian Gusti Is pergi ke toilet. Namun, karena tidak segera kembali, keluarga mencoba menengok kondisi Gusti Is. Ternyata dia sudah terduduk di kamar mandi.

“Sempat dibopong dan bisa jalan. Langsung saya dudukkan, kemudian saya baluri minyak kayu putih sampai lumayan baikan. Mbak Is (panggilan akrab keluarga, Red) lalu pengin tiduran, tetapi tangannya saya tepuk-tepuk terus karena saya tahu itu serangan jantung," kata Gusti Moeng.

Gusti Is meninggal dalam perjalanan ketika hendak dibawa ke puskesmas terdekat. Dia meningal pukul 19.04.

“Di puskesmas sempat ditangani dokter, tetapi tidak tertolong. Kemudian tiba di Solo pada Rabu (26/5) malam pukul 23.00. Setelah disemayamkan di Sasana Mulya, almarhumah dikebumikan di Imogiri," kata Gusti Moeng.

Menurutnya, sosok Gusti Is merupakan perempuan yang kuat baik fisik maupun psikisnya. Sewaktu muda, dia merupakan salah satu penari Bedaya Srimpi yang andal.

Dia juga dikenal baik oleh keluarga dan masyarakat sekitar keraton.

“Mbak Is orangnya sangat baik, semua merasakan kesedihan atas kepergiannya,” kata Gusti Moeng.

Kebaikan Gusti Is semaca hidup juga terekam di benak masyarakat sekitar keraton, khususnya bagi warga Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon. Sosok kerabat keraton yang satu ini dikenal ramah dan baik pada siapa saja.

“Mewakili seluruh warga Kelurahan Baluwarti, saya mendoakan almarhumah agar husnulkhatimah dan diterima di sisi Allah,” kata Lurah Baluwarti Danang Agung Warsiyanto. (silvesterkurniawan/*/mg2/mg5/bun/ria/rs/per/jpr)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler