Keren, Begini Langkah PII Mendukung Kepemimpinan Indonesia di G20

Minggu, 12 Desember 2021 – 08:40 WIB
Ketua Umum PII Heru Dewanto (tengah) menggelar jumpa pers terkait rencana Kongres PII XXII di Nusa Dua, Bali pada 17 Desember 2021. Foto: Dok. PII

jpnn.com, JAKARTA - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mendukung kepemimpinan Indonesia di G20 dengan melakukan penguatan insinyur profesional Indonesia hingga mencapai ‘bonus insinyur’ atau jumlah insinyur yang surplus melampaui kebutuhan.

Ketua Umum PII Heru Dewanto mengatakan langkah tersebut akan menjadi pembahasan dalam Kongres PII XXII di Nusa Dua, Bali pada 17 Desember 2021.

BACA JUGA: Kemnaker Usung Empat Isu Prioritas pada Presidensi G20, Apa Saja?

“Bonus insinyur itu merupakan kata kunci dalam memastikan Indonesia sukses dalam kepemimpinan G20,” kata Heru.

Menurut Heru, tema Kongres PII XXII kali ini adalah Penguatan Insinyur Profesional Indonesia Menuju Kepemimpinan Indonesia di Panggung Dunia.

BACA JUGA: Menteri Johnny Sebut Presiden Jokowi Berharap Presidensi G20 Beri Semangat Baru

Dia mengatakan tema tersebut sejalan dengan visi Indonesia sebagai Presidensi G20 yang fokus menyukseskan tiga hal. Yakni penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.

Heru mengatakan foskus organisasi PPI adalah memastikan peran insinyur dengan segala potensi serta aset SDM untuk mendukung keberhasilan kepemimpinan Indonesia di G20.

BACA JUGA: Kabar Terbaru Terkait Kerja Sama TNI AL dan AL Vietnam

Menurut Heru, PII telah melakukan banyak hal dalam memenuhi kebutuhan insinyur hingga nantinya mencapai ‘Bonus Insinyur’ di Indonesia.

PII telah mempraktikkan proses lima rantai nilai keinsinyuran (engineer value chain) sejak para calon insinyur menempuh pendidikan teknik, menjadi sarjana, lalu menjadi insinyur profesional, sertifikasi hingga memiliki standar global.

“Saat ini para mahasiswa dan alumni vokasi bisa menempuh proses untuk menjadi insinyur, tersertifikasi hingga mencapai standar yang diakui sebagai international engineer,” kata Heru.

Heru menjelaskan jumlah anggota PII saat ini mencapai 47.125 orang dan yang profesional mencapai 19.025 orang.

Di menyebutkan jumlah ideal insinyur di Indonesia sangat tergantung dari program pemerintah mengenai infrastruktur. Namun, Indonesia terdapat sekitar 3.200 insinyur untuk setiap satu juta penduduk. Sementara Vietnam memiliki sekitar sembilan ribu insinyur untuk setiap satu juta penduduk.

Jika Indonesia berniat bersaing dengan Vietnam, maka minimal Indonesia butuh insinyur yang jumlahnya lebih banyak lagi.

Insinyur, menurut Heru juga bisa berkontribusi dalam tujuan G20 mengenai penanggulangan permasalahan pandemi Covid 19,  termasuk di bidang ekonomi.

“Para insinyur adalah orang-orang yang dididik bekerja membuat inovasi. Makin banyak insinyur, makin banyak membuka peluang solusi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya," ujar Heru.

Heru menyebutkan salah satu agenda pertemuan di forum G20 yang akan digelar di Bali adalah membahas pemberdayaan perempuan melaui Aliansi G20 EMPOWER, The Empowerment and Progression of Women's Economic Representation.

PII ikut membantu permasalahan ketidaksetaraan gender melalui Forum Perempuan Insinyur (FPI) PII.

Wakil Ketua Komisi X (Bidang Pendidikan) DPR RI Hetifah Sjaifudian yang juga Ketua Forum FPI PII menambahkan PII melalui FPI-PII telah memberi ruang yang luar biasa bagi perempuan insinyur Indonesia untuk berperan baik di PII maupun di kancah internasional melalui The ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO).

PII bersama Association for Engineering Education in Southeast and East Asia and the Pacific  (AEESEAP) dan UNESCO juga menjalin publikasi bersama melalui buku Enhancing Engineering Value Chain for Global Collaboration to Achieve SDGs 2030.

Hetifah menjelaskan perempuan insinyur melalui FPI-PII menjadi penggerak bagi penerbitan majalah digital PII. Yaitu e-majalah ENGINEER+ yang terbit online dwimingguan.

Selain itu, membangun PII Digital Library yang menghimpun dokumentasi karya keinsyuran sepanjang sejarah Indonesia secara digital. Termasuk majalah Insinjur Indonesia yang diterbitkan PII di tahun 1950-an era Soekarno.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler