jpnn.com - JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia ternyata tidak banyak mengganggu PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Buktinya, salah satu bank swasta terbesar di Tanah Air itu membukukan kinerja yang cukup memuaskan. Laba bersih perusahaan sepanjang tahun lalu naik 9,3 persen menjadi Rp 18 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 16,5 triliun.
Kenaikan laba bersih BCA ini lebih tinggi dibandingkan dengan dua bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bank Mandiri hanya mencatatkan kenaikan laba bersih sebanyak 2,3 persen sepanjang tahun lalu, sementara BRI hanya naik 4 persen.
BACA JUGA: SENA, Kesempatan Emas Indonesia Memperluas Pasar Eskpor Perikanan
Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati mengungkapkan laba bersih tahun lalu ditopang oleh pertumbuhan portofolio kredit dan biaya bunga (cost of funds) yang lebih rendah. "Pendapatan bunga bersih tumbuh 12 persen menjadi Rp 35,9 triliun. Pada saat yang sama, pendapatan operasional lainnya tumbuh 28,5 persen mencapai Rp 12 triliun di tahun 2015," ujar Inge.
Portofolio kredit BCA tercatat sebesar Rp 387,6 triliun atau tumbuh 11,9 persen dari tahun sebelumnya dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kotor 0,7 persen dan rasio cadangan kredit bermasalah sebesar 322,2 persen.
BACA JUGA: Pak Kiai dan Santri, Tolong Waspada, Hasrat Mereka Dahsyat!
Pertumbuhan kredit BCA didominasi oleh pertumbuhan kredit segmen korporasi. Pada akhir tahun 2015, kredit korporasi meningkat 17,2 persen menjadi Rp 141,3 triliun. Sementara, kredit komersial dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) naik 9 persen menjadi Rp146,2 triliun.
"Pertumbuhan kredit korporasi, komersial, dan UKM ditopang oleh membaiknya kondisi ekonomi dan siklus konsumsi yang meningkat menjelang akhir tahun," ungkap dia.
BACA JUGA: Rasionalisasi Tanpa Rumahkan PNS? Kata DPR, Begini Caranya
Selanjutnya, kredit konsumer membukukan kenaikan sebesar 8,9 persen menjadi Rp 100,5 triliun pada tahun lalu. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 8,7 persen menjadi Rp 59,4 triliun sedangkan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) naik 9,6 persen menjadi Rp 31,6 triliun.
Posisi permodalan dan likuiditas BCA juga terjaga di tingkat yang sehat dengan rasio kecukupan modal atau capital asset ratio (CAR) sebesar 18,7 persen. Rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) tercatat sebesar 81,1 persen per 31 Desember 2015.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, menambahkan, tahun lalu merupakan tahun menantang bagi perekonomian dan industri perbankan. Namun demikian, BCA masih bisa membukukan kinerja positif karena memberikan layanan yang konsisten serta memelihara kualitas kredit secara proaktif.
Tahun ini, lanjut Jahja, BCA akan tetap mengedepankan kebijakan yang berhati-hati. Pasalnya, peningkatan kredit bermasalah pada sektor perbankan nasional secara keseluruhan dapat memberikan efek berantai pada kualitas kredit BCA.
"Secara umum, kami lebih optimistis memasuki tahun 2016 dari segi pelepasan kredit," ujar dia. (bca/adv)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bareskrim Tetapkan Adik BW Tersangka Korupsi Mobile Crane
Redaktur : Tim Redaksi