Kereta Supercepat, Jakarta-Bandung Hanya 45 Menit

Rabu, 21 Maret 2012 – 03:53 WIB

JAKARTA - Proyek kereta api supercepat Jakarta-Surabaya (Argo Cahaya) belum terbangun, pemerintah malah ingin membangun kereta supercepat Jakarta-Bandung dengan biaya Rp 58,108 triliun. Oleh karena itu, PT Kereta Api menolak untuk ikut serta dalam proyek tersebut.

Direktur Utama PT Kereta Api, Ignatius Jonan mengatakan, pihaknya menilai pembangunan kereta api supercepat Jakarta-Bandung belum mendesak. Untuk mendongkrak ekonomi nasional, proyek kereta supercepat Jakarta-Surabaya dipandang lebih penting. "Menurut saya itu (kereta supercepat Jakarta-Bandung) baru akan menjadi kebutuhan mendesak kalau pendapatan per kapita masyarakat sudah di atas USD 10 ribu," ujarnya, Selasa (20/3).

Pria kelahiran Surabaya ini mengaku PT KA tidak akan membiayai proyek tersebut karena nilainya besar dan kurang ekonomis. "Penumpang kereta Jakarta-Bandung hanya sekitar 4.000 penumpang per hari. Artinya, kalau harga tiket tidak Rp 500 ribu, investasi tidak akan untung. Padahal untuk tarif nanti kan diatur pemerintah. Jadi saya lebih menyarankan pemerintah dan swasta yang membangun," sebutnya.

Sebelumnya, pejabat Bappenas mengatakan akan memprioritaskan proyek kereta api supercepat Jakarta-Bandung daripada Jakarta-Surabaya karena biayanya lebih murah dan jaraknya lebih pendek. Dengan kereta supercepat Jakarta-Bandung itu, waktu tempuh Jakarta-Bandung dengan kereta bisa dipangkas dari sebelumnya tiga jam menjadi 45 menit.

Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan mengakui adanya rencana pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Bandung sejauh 144 kilometer itu. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 58,108 triliun."Itu nanti bisa dengan skema PPP (public private partnership). Kita belum tahu porsi (pemerintah) berapa)," ujarnya.

Namun supaya proyek kereta supercepat Jakarta-Bandung itu bisa diminati investor, Tundjung berharap porsi pemerintah bisa lebih besar dari swasta. "Supaya bisa valiable dan menarik investor, tentunya porsi pendanaan pemerintah harus lebih besar. Itu juga karena kaitannya dengan tarif yang akan ditetapkan pemerintah untuk kereta api ini," katanya.

Berdasarkan hasil studi kelayakan awal yang dilakukan MILT (The Ministry of Land, Infrastructur, Transport and Tourism of Japan) bersama Japan Railway Technical Service (JARTS) dan Yachiyo Engineering Co. Ltd, kecepatan kereta api ini adalah 210 kilometer perjam. Dengan begitu jarak Jakarta-Bandung bias ditempuh dalam 45 menit,"Beda dengan kereta sekarang yang 2,5-3 jam," tandasnya.

Berdasarkan kajian, perkiraan biaya investasi sekitar Rp 52 triliun atau sekitar 90 persen dari total biaya, yang akan dipakai untuk konstruksi, meliputi pekerjaan sipil dan pembangunan jalur (track), pembangunan stasiun, penyediaan armada, pengoperasian dan perawatan. Sementara, 10 persennya atau Rp 6 triliun untuk biaya konsultasi, pajak, administrasi, dan pengalihan lahan.

Perinciannya, untuk konstruksi pengerjaan sipil senilai Rp23,62 triliun, konstruksi pengerjaan jalur kereta Rp3,11 triliun, konstruksi pengerjaan stasiun Rp3,81 triliun, konstruksi lain-lain Rp12,10 triliun, konstruksi rolling stock Rp3,6 triliun, jasa konsultan Rp2,31 triliun, pajak Rp1,4 triliun, administrasi Rp2,31 triliun, akuisisi lahan dan Kompensasi Rp1,6 triliun serta kontinjensi Rp2,13 triliun. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ABG Pembuat Aplikasi di iPhone Dihukum Karena Meretas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler